Kehebohan Tentang Rambutku
Ini merupakan rangkaian panjang peristiwa malang yang terjadi setelah aku meninggalkan asrama pagi ini.
Ketika orang-orang yang mengenalku memperhatikan diriku, mereka terkejut melihat rambutku. Kemudian mereka mulai berbisik di antara diri mereka sendiri.
Padahal semua orang memotong rambut mereka atau membiarkannya tumbuh panjang.
Ini seharusnya bukan masalah besar.
Tapi itu tidak masalah bagiku jika hanya diperhatikan oleh siswa dari kelas lain.
Masalahnya adalah sesudah itu. Ketika aku memasuki kelas, teman sekelasku menunjukkan reaksi yang berlebihan.
"Su-Suzune...? Kau... Rambutmu itu... Apa yang terjadi dengan rambutmu?"
Sebelumnya, Sudou-kun berbicara dengan gembira bersama Ike-kun dan yang lain.. tapi ketika melihatku.. dia terkejut dan mengangkat suaranya.
Para siswa yang belum memperhatikanku juga mengarahkan pandangan mereka kepadaku.
Begitu juga dengan Kushida-san, orang yang membenciku.
"Horikita-san, penampilanmu berubah drastis... Aku terkejut melihatnya."
"Apa itu aneh jika aku mengubah gaya rambutku?"
Aku bertanya pada Sudou-kun yang menunjukkan reaksi kuat akan hal ini.
"T-tidak, itu tidak aneh. Aku hanya sedikit terkejut melihatnya... Kau baru saja mengubah penampilanmu... Itu cocok untukmu. Rambut pendek juga bagus, benarkan Kushida?"
Memotong rambut bisa merubah penampilan.
Bagaimanapun juga itu memang benar.
"Ya, itu benar. Kurasa itu cocok untukmu. Tapi.. apa telah terjadi sesuatu?"
Sepertinya Kushida-san lebih tertarik alasanku memotong rambut daripada perubahan penampilanku.
"Apa maksudmu telah terjadi sesuatu?"
"Misalnya... Patah hati?"
"Pa-patah hati!?"
Aku sama sekali tidak patah hati. Ini merupakan tekadku untuk melepaskan diri dari masa lalu.
Mereka membuat tebakan yang buruk sehingga aku harus menyangkalnya sekarang juga.
"Jika aku harus mengatakannya, ini adalah tekad untuk menjadi lebih baik."
Alasan terbesarnya yaitu aku tidak ingin kenangan terbaik tentang kakak ku tercemar dengan sesuatu seperti cinta yang tak terbalas.
"Y-ya, itu benar. Tidak mungkin kau patah hati, kan?"
"Kita sekarang sudah menjadi siswa tahun kedua, kita harus berjuang untuk menaikkan Kelas D ke peringkat kelas yang lebih tinggi. Itu sebabnya aku ingin melakukan sesuatu sebisa mungkin."
Ya. Aku... ingin menjadi orang yang bisa mendukung semua teman sekelasku.
Dan kemudian kami akan mencapai Kelas A...
Aku membelai rambut pendekku ini dengan ringan, dan sekali lagi.. aku menguatkan tekad yang ada di hatiku ini.
Ini merupakan rangkaian panjang peristiwa malang yang terjadi setelah aku meninggalkan asrama pagi ini.
Ketika orang-orang yang mengenalku memperhatikan diriku, mereka terkejut melihat rambutku. Kemudian mereka mulai berbisik di antara diri mereka sendiri.
Padahal semua orang memotong rambut mereka atau membiarkannya tumbuh panjang.
Ini seharusnya bukan masalah besar.
Tapi itu tidak masalah bagiku jika hanya diperhatikan oleh siswa dari kelas lain.
Masalahnya adalah sesudah itu. Ketika aku memasuki kelas, teman sekelasku menunjukkan reaksi yang berlebihan.
"Su-Suzune...? Kau... Rambutmu itu... Apa yang terjadi dengan rambutmu?"
Sebelumnya, Sudou-kun berbicara dengan gembira bersama Ike-kun dan yang lain.. tapi ketika melihatku.. dia terkejut dan mengangkat suaranya.
Para siswa yang belum memperhatikanku juga mengarahkan pandangan mereka kepadaku.
Begitu juga dengan Kushida-san, orang yang membenciku.
"Horikita-san, penampilanmu berubah drastis... Aku terkejut melihatnya."
"Apa itu aneh jika aku mengubah gaya rambutku?"
Aku bertanya pada Sudou-kun yang menunjukkan reaksi kuat akan hal ini.
"T-tidak, itu tidak aneh. Aku hanya sedikit terkejut melihatnya... Kau baru saja mengubah penampilanmu... Itu cocok untukmu. Rambut pendek juga bagus, benarkan Kushida?"
Memotong rambut bisa merubah penampilan.
Bagaimanapun juga itu memang benar.
"Ya, itu benar. Kurasa itu cocok untukmu. Tapi.. apa telah terjadi sesuatu?"
Sepertinya Kushida-san lebih tertarik alasanku memotong rambut daripada perubahan penampilanku.
"Apa maksudmu telah terjadi sesuatu?"
"Misalnya... Patah hati?"
"Pa-patah hati!?"
Aku sama sekali tidak patah hati. Ini merupakan tekadku untuk melepaskan diri dari masa lalu.
Mereka membuat tebakan yang buruk sehingga aku harus menyangkalnya sekarang juga.
"Jika aku harus mengatakannya, ini adalah tekad untuk menjadi lebih baik."
Alasan terbesarnya yaitu aku tidak ingin kenangan terbaik tentang kakak ku tercemar dengan sesuatu seperti cinta yang tak terbalas.
"Y-ya, itu benar. Tidak mungkin kau patah hati, kan?"
"Kita sekarang sudah menjadi siswa tahun kedua, kita harus berjuang untuk menaikkan Kelas D ke peringkat kelas yang lebih tinggi. Itu sebabnya aku ingin melakukan sesuatu sebisa mungkin."
Ya. Aku... ingin menjadi orang yang bisa mendukung semua teman sekelasku.
Dan kemudian kami akan mencapai Kelas A...
Aku membelai rambut pendekku ini dengan ringan, dan sekali lagi.. aku menguatkan tekad yang ada di hatiku ini.
~End~
Komentar
Posting Komentar
Tulis komentar