Langsung ke konten utama

Classroom of the Elite 2nd Year Volume 1 Chapter 5 Part 3

Chapter 5 : Kelas D dengan Kelas D



Butuh waktu yang cukup lama, tapi berkat kerja sama dari Nanase, mereka telah memutuskan untuk bernegosiasi dengan Housen walaupun secara paksa. Situasi ini tidak bisa kami prediksi sama sekali, tapi ini merupakan langkah yang pasti untuk bergerak maju.

Sebelum jam 6 malam, bel kamarku berbunyi.

Mungkin Kei baru saja kembali ke asrama, karena dia masih mengenakan seragam sekolahnya.

"Aku sedikit khawatir terlihat oleh orang-orang yang keluar masuk saat ini. Jadi aku datang kemari dengan menaiki tangga."

Tidak banyak siswa perempuan yang datang sendirian ke kamar siswa laki-laki dan menetap di sana untuk waktu yang lama.

Itu tidak akan sering terjadi kecuali mereka adalah sepasang kekasih.

"Kalau begitu kita akan segera memulainya."

"Ah! Bisakah kamu menunggu sebentar lagi?"

Kei tidak mencoba untuk mengeluarkan alat tulis dan buku pelajarannya, sebaliknya.. dia mengajakku untuk mengobrol.

Tapi sekarang waktu sangat terbatas. Jika kami tidak segera memulainya, waktu yang bisa digunakan untuk belajar akan semakin sedikit.

"Jika aku menilai tidak ada masalah dengan kemampuan akademikmu, aku bersedia untuk menemanimu dengan obrolan apa pun, Kei."

"Huuh..."

"Pertama-tama, kita perlu mencari tahu bidang yang kau kuasai dan tidak kau kuasai."

"Bagaimana kamu akan menentukannya?"

"Seperti ini."

Aku mengambil lima kertas ujian. Ini dibuat Keisei agar bisa memeriksa kelemahan mereka yang berada dalam grup Ayanokouji. Ini cukup praktis karena menghemat waktu untuk memilih sejumlah pertanyaan. Kertas ujian ini juga dibagikan dalam belajar kelompok Horikita dan Yousuke.

"Sebagian besar teman sekelas kita sudah mengerjakan soal ini."

"Oh..."

"Batas waktunya untuk masing-masing kertas ujian adalah 10 menit. Ayo kita mulai."

"Yaa~"

Kei mulai mengerjakan ujian dengan respons yang kurang menyenangkan.

50 menit kemudian, Kei merebahkan tubuhnya ke atas meja.

"Aku lelaaaah...!"

"Tidak apa-apa, kau harus bisa berkonsentrasi dalam ujian yang sebenarnya."

"Mau bagaimana lagi, hari ini aku sudah belajar seharian, tidak mudah bagiku untuk bisa bersemangat."

Aku segera menilai hasil jawaban Kei sambil mendengarkan ceritanya itu.

"Aku sudah memahami dengan baik kemampuanmu, Kei."

"Jadi bagaimana menurutmu?"

Dia melihatku dengan mata seperti harapan dan kecemasan bercampur menjadi satu, mungkin itu karena dia tidak mengetahui kemampuannya.

"Sudah kuputuskan, mulai besok kamu akan bergabung dengan kelompok belajar Yousuke."

"Eeeeh!"

"Jangan mengeluh. Jika kau tidak belajar dengan serius, kau bisa saja dikeluarkan dari sekolah."

"Ta-tapi, pasanganku adalah Shimazaki-san Kelas B tahun pertama. Bukankah seharusnya aku baik-baik saja?"

"Untuk lulus ujian khusus ini, kau membutuhkan nilai 501 poin. Dengan kemampuan akademik Kei, kau akan mendapatkan nilai sekitar 200 poin dan Shimazaki sekitar 350 poin. Berarti total nilainya 550 poin, itu masih dari kata aman. Dan seandainya Shimazaki tidak suka belajar sepertimu, ada kemungkinan dia akan mendapatkan nilai 300 poin arau lebih rendah."

Jika itu terjadi, ada peluang mereka akan mendapatkan nilai dibawah 500 poin.

"Tiba-tiba aku merasa takut..."

"Jadi karena itulah, penting bagimu untuk mempersiapkan situasi yang bisa membuatmu mendapatkan nilai 250 poin."

Jika dia belajar dengan giat, dia bisa mencetak nilai segitu meskipun kemampuan akademiknya D+.

"Aku punya sedikit pertanyaan."

"Pertanyaan?"

"Kamu mencoba untuk mengajariku, tapi bukankah kemampuan akademik Kiyotaka adalah C? Itu terlalu biasa. Sebenarnya... Kamu bisa mendapatkan lebih dari itu, kan?"

"Begitulah."

"Dan kemampuan fisikmu juga tinggi, jadi kenapa kamu menyembunyikan kemampuanmu yang sebenarnya?"

"Aku tidak ingin terlihat menonjol, jadi aku tidak memaksakan diriku untuk mencetak nilai seperti itu.",

"Kalau memang seperti itu, berapa banyak nilai yang bisa kamu dapatkan sendainya kamu serius?"

"Entahlah."

"Jangan membodohiku, beritahu aku~!"

Dia mendorong pundakku untuk menanyakan hal itu dengan senyum yang sedikit kasar.

"Aku akan memberitahumu kalau besok kau bersedia datang ke dalam sesi belajar kelompok."

"Baiklah, karena aku merasa pembicaraab hari ini cukup berbahaya."

"Terlepas dari berapa banyak nilai yang bisa kudapatkan, aku sudah memutuskan untuk mendapatkan nilai sebanyak yang kuinginkan."

"A-apa-apaan itu? Kamu mengatakan sesuatu yang tidak biasa."

Total ujian khusus ini adalah 5 mata pelajaran. Aku akan bersaing dengan Horikita dalam satu mata pelajaran, jadi aku tidak perlu berlebihan untuk 4 mata pelajaran yang lain.",

Tspi jika aku melakukan yang terbaik disemua mata pelajaran, penilaian diriku di matanorang lain akan berubah drastis.

"400 poin."

"Apa kamu serius...? Kalau tidak salah 400 poin itu..."

"Setara dengan Kemampuan Akademik A."

Di Kelas 2D, hanya ada beberapa siswa yang pintar. Seperti Horikita dan Keisei yang akan mencapai hasil seperti itu.

Lebih tepatnya hampir mendekati nilai 400 poin, tapi tidak perlu sampai mengkoreksinya.

"K-kamu pikir hanya dengan berkata begitu, kamu bisa mendapatkannya?"

"Itu wajar bagiku karena sejak masuk sekolah ini, aku belum menemukan soal ujian yang sulit untuk diselesaikan."

Aku tidak tahu seberapa sulit ujian yang ada, tapi ini adalah tempat yang lebih baik untuk belajar daripada White Room.

Ketika melihat Kei gagal paham, aku membawanya kembali ke dalam kenyataan.

"Aku harap kau bisa fokus untuk belajar karena aku bisa mengetahui segala sesuatu yang beresiko."

"Ya... Mungkin aku harus belajar sedikit sebelum pergi dari sini."

Saat ini waktu masih jam 7 malam. Tidak ada salahnya untuk belajar selama satu jam.

Mungkin adargunanya jika besok aku memberitahu situasinya kepada Yousuke.

"Aku mengerti. Kalau begitu ayo segera kita mulai."

"Kemarilah."

"Ada apa?"

Ketika aku akan duduk berhadapan dengan Kei, dia memukul lantai disebelahnya dengan telapak tangannya.

"Ajari aku dari sini."


***

Sekitar satu jam setelah itu.

Aku membantu Kei belajar di kamarku.

Pada dasarnya pemahaman Kei cukup bagus, fakta bahwa dia belum serius belajar sejauh ini memberiku kesan kalau itulah hambatan dia yang sebenarnya. Tapi aku tidak berani memberitahunya.

Dia tidak perlu khawatir jika dia hanya melarikan diri dari belajar ketika masih muda. Tapi dalam kasus Kei, dia tidak bisa mendapatkan pendidikan yang layak karena masalah di SMP.

Dia tidak mengetahui dasar-dasar pelajaran di SMP, itulah sebabnya dia mengalami kesulitan untuk mengikuti pelajaran di SMA.

Jika dipertimbangkan dari hal itu, bisa kukatakan dia baik-baik saja.

Keputusan yang tepat untuk memberinya panduan dan bimbingan.

Jika dia tidak merasa belajar itu hal yang merepotkan, dia mungkin bisa berkembang seperti Sudou.

"Eh!?"

"Ada apa?"

Kei tiba-tiba menatapi lantai.

Setelah menatap lantai selama beberapa detik, dia mengulurkan tangannya dan memungut sesuatu dilantai.

Kukira ada debu atau kotoran, tapi ternyata...

"Ini... Apa ini?"

Kei bertanya kepadaku sambil menunjukkan sesuatu yang ada di antara jari telunjuk dan jari jempol tangannya.

Sesuatu itu adalah rambut panjang berwarna kemerahan.

"Rambut..."

Setelah mengatakan apa yang kupikirkan, ekspresi wajah Kei berubah, wajahnya terlihat seperti setan.

"Rambut berwarna merah! Dan  juga rambut panjang! Ini seperti rambut seorang gadis!"

Benar. Dilihat secara fisik, tidak mungkin itu adalah rambutku.

Kualitas rambutnya benar-benar berbeda. Si pemilik rambut terlintas di benakku. Tidak salah lagi, pemilik rambut ini adalah orang yang makan disini kemarin, Amasawa Ichika.

"Siapa yang kamu bawa masuk?"

Kei bertanya apakah itu orang yang berkepentingan, seperti teman sekelas.

"Apa ini yang dimaksud dengan cemburu...?"

"Ini masalah! Aku adalah pacar Kiyotaka! Aku punya hak untuk mengawasi!"

Aku belum pernah mendengar hal ini sebelumnya.

Tapi berkat itu aku mempelajari sesuatu. Setelah mengundang gadis ke kamar, aku tidak boleh lupa membersihkan kamarku secara menyeluruh.

Aku mempelajari sesuatu, tapi bencana masih berlanjut. Selagi aku masih mengkhawatirkan cara yang tepat untuk memberinya penjelasan, bell kamarku berbunyi dan layar monitor menampilkan lobi.

Kei melihat layar monitor untuk mengetahui orang yang ada di sana.

Di sana, ada Amasawa yang tersenyum dan melambaikan tangannya.

Orang pertama yang merespons bukanlah aku, melainkan Kei dengan menggenggam kuat rambut merah ditangannya.

"Rambut merah, gadis asing..."

Dia seperti mencoba memecahkan misteri anak-anak.

Jari telunjuk Kei menerobos sebelum aku menekan tombol panggilan.

"Ya!"

Kei menjawab dengan murka, tentu saja Amasawa menunjukkan wajah yang keheranan.

"Eh? Kamar 401 adalah kamar Ayanokouji-senpai... kan?"

Aku terpaksa mengambil tindakan dengan menarik lengan Kei.

"Maaf, ini aku. Ada perlu apa?"

Kunjungan ini sungguh tidak terduga, aku tidak bisa membiarkan Kei yang menanganinya. Selain Amasawa, masalah lainnya adalah aku dan Kei berdiri di depan lobi yang dilalui oleh banyak orang.

"Oh, ada tamu, ya? Haruskah aku datang di lain waktu? Aku kemari karena ada sesuatu yang ingin kubicarakan."

Meskipun Kei menatap dengan tajam, dia membuat gerakan untuk membiarkan Amasawa masuk tanpa menyuruh untuk pergi.

Sepertinya Kei ingin memastikan apakah Amasawa benar-benar pemilik rambut itu.

"Tidak, tidak apa-apa. Masuklah."

Aku menekan tombol pelepas gembok, lalu membawa Amasawa masuk ke dalam.

"Apa kau yakin? Siswa lain akan mengetahui keberadaanmu di sini."

"Ah..."

Sepertinya kemarahan Kei membuatnya lupa akan hal itu. Kei berkata bahwa dia masih menyembunyikan hubungan kami.

Jika sampai ketahuan, ada kemungkinan gosip akan segera menyebar.

"Ini sudah terlambat. Aku tidak pilihan selain menipunya dengan baik."

Suara Kei sudah terdengar sekali, jadi tidak ada gunanya untuk menyuruh dia pergi.

Sebaliknya, kami harus berusaha untuk tidak membuat spekulasi yang aneh.

Dalam waktu sekitar satu menit, Amasawa tiba dilantai empat, kemudian bell diruangan depan berbunyi.

"Aku akan membiarkannya masuk, jadi kau tunggu saja di sini dan duduk dengan tenang."

"A-aku mengerti..."

Aku membuka pintu dan menyambut kedatangan Amasawa.

"Maaf karena aku datang tiba-tiba, Ayanokouji-senpai."

Dengan menunjukkan raut muka seperti itu, Amasawa melihat dengan teliti sepatu yang ada dipintu depan.

Perilakunya ini, entah kenapa memiliki tatapan yang feminim.

"Pacarmu?"

Dia tertawa dan langsung bertanya begitu.

"Apa ada yang kau inginkan?"

"Aku tidak bisa menemukannya. Mungkin aku menjatuhkannya dikamarmu senpai."

"Ada yang ketinggalan?"

"Ikat rambut favoritku, aku tidak bisa menemukannya dimanapun..."

Jadi dia datang ke kamarku karena baru menyadari kehilangan sesuatu.

"Kalau begitu masuklah."

Aku tidak bisa membuatnya menunggu dan berdiri terlalu lama, jadi aku membiarkan dia untuk masuk.

Aku berpikir masalah ini akan lebih cepat selesai dengan membiarkan Amasawa menjelaskannya secara langsung daripada membuat alasan tentang rambut tersebut.

"Permisi."

Amasawa masuk kedalam kamarku tanpa khawatir bahwa aku memiliki pengunjung. Dia masih membawa tas tangannya, mungkin dia baru saja kembali dari sekolah. Kemudian dia bertemu dengan Kei yang telah menunggu sambil duduk dengan tenang.

"Ah! Salam kenal, aku Amasawa Ichika."

"Salam kenal."

Meskipun wajah Kei jelas terlihat marah, tapi dia masih bisa menahan amarahnya.

"Kamu senpai, kan? Kalau boleh tahu, siapa namamu?"

"...Karuizawa Kei."

"Karuizawa-senpai? Ah! Kurasa kalian sedang belajar bersama, apa mungkin kamu pacarnya? Barusan Ayanokouji-senpai terlihat terganggu, jadi aku ingin mengetahinya."

Dia memiliki bakat untuk menanyakan suatu hal yang ingin diketahuinya tanpa ragu sedikitpun.

"Itu bukan urusanmu! Apa hubunganmu dengan Kiyotaka?"

Sikap Kei yang menyebut nama depanku, secara alami membuat Amasawa melihat ke dalam ruangan sambil menyadari sesuatu.

"Tunggu sebentar. Sebelum aku menjawabnya, aku ingin mencari pita rambutku. Aku tidak melihatnya dimanapun, aku yakin tertinggal di ruangan ini. Yah... Mungkin jatuh disuatu tempat."

Amasawa mengatakan itu tanpa terganggu sedikitpun dengan tatapan Kei, lalu dia berlutut untuk melihat ke bawah tempat tidur. Secara alami, pantatnya akan terangkat ke atas.

"Ah... Senpai. Mungkin aku terlihat sedikit nakal."

Dia memberiku tatapan yang seolah-olah berbunyi Aku melakukannya dengan sengaja.

Hal itu membuat otak Kei bereaksi dengan cepat, dan mengarahkan pandangannya kepadaku.

"Aku juga akan mencarinya."

Pertama, aku akan mencari ikat rambut tersebut di bawah tempat tidur.

"Hei! Jangan abaikan aku. Jawab pertanyaanku."

"Yah, bagaimana aku harus mengatakannya... Bagiku Ayanokouji-senpai itu... Koki spesial?"

"Hah? Apa maksudmu itu?"

Kei yang tidak bisa memahaminya, kembali menatapku dengan wajah tegas.

"Dia adalah pasangan Sudou. Aku baru mengenalnya dan menghidangkan masakan untuknya."

"Maaf. Aku tidak mengerti sama sekali. Kenapa kamu memasak untuk pasangan Sudou?"

Tidak mengherankan jika dia tidak memahaminya, karena dia hanya mendengarkan garis besarnya.

Aku mencari ikat rambut dibawah tempat tidur sembari menjelaskannya lagi dan lagi kepada Kei.

"Sebaiknya aku juga mencari didapur, mungkin aku melepasnya ketika sedang mencuci piring. Senpai teruskan saja mencari disini, mungkin ada dibawah lemari."

"Baiklah."

Karena tidak menemukannya dibawah tempat tidur, kali ini aku mulai mencari dibawah lemari.

"Tunggu... Ikat rambut elastis... Apa maksudnya itu?"

Kei diam-diam bertanya kepadaku.

"Sudah kubilang, Amasawa datang kemari hanya untuk mencicipi masakan yang kuhidangkan kepadanya."

"Apa semua itu benar?"

"Tentu saja."

"...Benarkah?"

Bahkan jika aku menjelaskannya, sepertinya dia tidak akan begitu mudah percaya dengan perkataanku.

"Aku mengkonfirmasinya dari gadis itu."

Aku meraih lengan Kei yang mencoba untuk berdiri.

Dan dengan cepat aku menempelkan jari telunjukku di bibirnya untuk membuatnya diam.

Jika Kei yang biasanya, dia tidak akan membuat keributan disaat seperti ini.

"Kau juga ikut bantu mencarinya disekitar sini."

"B-baiklah."

Meskipun dia tidak memahami niatku, dia membantu pencarian seolah-olah menyadari sesuatu yang penting.

"Ah! Aku menemukannya, Ayanokouji-senpai."

Suara Amasawa terdengar dari dapur.

Disaat yang bersamaan aku dan Kei melihat ke arah dapur, Amasawa menunjukkan ikat rambut yang ada ditangannya.

"Sepertinya terjatuh dekat di kulkas dapur ini."

Amasawa tersenyum bahagia, lalu dia menyimpan ikat rambut itu kedalam sakunya.

"Sepertinya aku mengganggu kalian, lebih baik aku segera kembali."

"Maafkan aku. Aku tidak menyadarinya sama sekali."

"Tidak, itu salahku sendiri karena melupakannya. Akulah yang seharusnya minta maaf."

Amasawa segera memegang tasnya dan mengenakan sepatu dipintu masuk.

"Aku tidak bisa lagi menemui senpai. Tapi aku tidak menyangka senpai memiliki pacar yang sangat cantik."

Setelah mengatakan itu, Amasawa meletakkan jari telunjuk di pipinya seolah-olah memikirkan sesuatu.

"Itu dia. Sepertinya di lain waktu tidak baik bagi kita untuk memasak hanya berduaan saja."

"Tentu saja!"

"Kalau begitu, lain kali Karuizawa-senpai juga akan ikut makan bersama. Jadi, sampai jumpa."

Amasawa bagaikan badai, datang dan pergi begitu saja.

"Kamu sepertinya sudah mengenal dengan baik kohai yang cantik ya, Kiyotaka."

"Apapun yang kukatakan kepadamu sekarang, kurasa kau tidak akan mendengarkannya."

Suasana belajar mengajar hilang begitu saja, namun aku berulang kali menjelaskan kejadian yang sebenarnya sampai Kei puas.

***

Jum'at telah berlalu dan kini memasuki hari Sabtu, akhirnya hari libur pun tiba.

Selama lima hari dalam seminggu ini, aku mendapatkan banyak kesempatan untuk berinteraksi dengan junior karena ujian khusus. Setelah bertemu dengan Amasawa Kelas 1A, dia memberi tantangan memasak untuk membuatnya mau berpasangan dengan Sudou. Kemudian berdiskusi tentang sebuah kesepakatan dengan Nanase Kelas 1D. Sedangkan teman sekelasku yang lain yaitu Kushida, memulai kerja sama dengan Yagami Kelas 1B dan memperkenalkan siswa Kelas 1B kepada siswa Kelas 2D, untuk menjadi pasangan Kei dan siswa Kelas 2D yang lain. Keputusan ujian khusus akan bergantung pada sudut pandang kami, tapi mungkin ini lebih signifikan dalam arti pertukaran antara tahun ajaran.

Baik senpai maupun kohai, kini telah saling mengenal wajah dan mengetahui nama serta nilai masing-masing.

Dan aku telah mendapatkan informasi masing-masing kelas tahun pertama.

Kelas 1A saat ini masih belum memiliki pemimpin yang jelas, dan masing-masing dari mereka memiliki kesan yang kuat untuk bebas bertindak. Salah satu alasannya yaitu karena seluruh siswa di kelas memiliki kemampuan akademik yang tinggi. Mengingat bahwa itu Kelas A, wajat bila mereka memiliki siswa akademik B ke atas dibanding kelas lainnya. Tapi kebanyakan siswa akademik tinggi bernegosiasi secara individu, dan membuat kesepakatan melalui transfer poin yang mereka terima dari Kelas 2A dan Kelas 2C. Dan ada pula siswa akademik D yang unggul dalam bidang lain direkrut oleh Kelas 2A. 34 dari 40 orang di Kelas 1A telah membentuk pasangan.

Kelas 1B juga sama seperti Kelas 1A, mereka juga belum memiliki pemimpin yang jelas. Dan para siswa akademik tinggi menjual kemampuannya mereka dan satu demi satu sudah memiliki pasangan. Bedanya, kebanyakan dari mereka berpasangan dengan Kelas 2C dibanding Kelas 2A. Apa itu karena Ryuuen memberi jumlah poin yang lebih besar dari Sakayanagi? Saat ini rinciannya belum diketahui. Tapi yang jelas, 33 dari 40 orang di Kelas 1B telah membentuk pasangan.

Kelas 1D dipimpin oleh Housen sejak awal dengan kekerasan. Metodenya hampir sama dengan Ryuuen tahun lalu. Tapi yang mengkhawatirkan.. itu adalah kelas yang paling sedikit memiliki pasangan dibanding kelas lainnya. Aku akan segera mengetahui hal itu dalam pertemuan pada hari Minggu.

Terakhir, Kelas 1C. Dalam seminggu terakhir, aku tidak pernah terlibat dengan kelas ini. Aku memang sudah mengingat nama-nama siswanya, tapi Horikita belum melakukan interaksi dengan Kelas 1C. Apa alasannya? Salah satu alasannya adalah kebanyakan siswa Kelas 1C memutuskan untuk bekerja sama dengan Kelas 2B setelah menghadiri pertemuan pertukaran yang dipimpin oleh Ichinose. Sisanya, 10 orang belum memutuskan pasangan mereka, tapi tidak satupun dari mereka yang memiliki kemampuan akademik D ke bawah. Dengan kata lain, kesepuluh orang itu berada dalam posisi yang aman. Mungkin ada siswa yang mengarahkan kelas dan menggunakan pertemuan pertukaran itu untuk menyelamatkan teman sekelasnya.

Pada sore harinya, aku membuka aplikasi OAA dan melihat daftar pasangan hari ini.

"Sudah ada 105 pasangan. Hampir 70%, ya?"

Jika melihat sejumlah siswa diperpustakaan kemarin, tampaknya sebagian besar siswa ingin memastikannya pada hari Minggu. Sepertinya Kelas 1D telah memulai pergerakan, sebanyak 8 orang telah membentuk pasangan. Apakah Housen sudah tidak sabar karena telah memasuki akhir pekan? Atau...

Yang jelas, siswa yang belum memutuskan pasangan adalah 55 orang di tahun pertama dan 52 orang di tahun kedua.

Kemungkinan adanya siswa White diantara 55 orang itu cukup tinggi.

Sejujurnya, tidak ada jaminan aku tidak akan memilih siswa White Room.

Tentu saja alasannya karena dia tidak mengeluarkan sedikitpun tanda-tanda keberadaannya. Aku berharap bisa menemukan petunjuk disuatu tempat, tapi batas waktunya sudah semakin dekat. Aku harus membuat keputusan sebelum pilihannya berkurang lebih jauh.

Meskipun negosiasi dengan Kelas 1D sudah semakin dekat, aku ingin menawarkan pilihan lain.

Pada sore ini, aku memutuskan pergi ke Keyaki Mall untuk memastikan kemungkinan itu.

***

Selanjutnya Chapter 5 Part 4

Komentar

Unknown mengatakan…
1,2,3 kecap asin
Semangat terus min

Postingan populer dari blog ini

Classroom of the Elite 2nd Year Volume 2

Volume 2 Ilustrasi Prolog Chapter 1 Part 1 Chapter 1 Part 2 Chapter 1 Part 3 Chapter 1 Part 4 Chapter 1 Part 5 Chapter 2 Part 1 Chapter 2 Part 2 Chapter 2 Part 3 Chapter 3 Part 1 Chapter 3 Part 2 Chapter 3 Part 3 Chapter 3 Part 4 Chapter 3 Part 5 Chapter 3 Part 6 Chapter 3 Part 7 Chapter 3 Part 8 Chapter 3 Part 9 Chapter 3 Part 10 Chapter 3 Part 11 Chapter 4 Part 1 Chapter 4 Part 2 Chapter 4 Part 3 Chapter 4 Part 4 Chapter 4 Part 5 Chapter 4 Part 6 Chapter 4 Part 7 Chapter 5 Part 1 Chapter 5 Part 2 Chapter 5 Part 3 Chapter 5 Part 4 Epilog [PDF] SS Amasawa Ichika SS Horikita Suzune SS Tsubaki Sakurako SS Shiina Hiyori

Classroom of the Elite 2nd Year Volume 1

Volume 1 Prolog Chapter 1 Chapter 2 Chapter 3 Chapter 4 Chapter 5 Part 1 Chapter 5 Part 2 Chapter 5 Part 3 Chapter 5 Part 4 Chapter 6 Part 1 Chapter 6 Part 2 Epilog SS Horikita Suzune SS Nanase Tsubasa I SS Nanase Tsubasa II SS Karuizawa Kei

Classroom of the Elite 2nd Year Volume 2 Chapter 1 Part 1

Chpater 1 : Perubahan dalam Kehidupan Sekolah (Part 1) Pada hari itu, Kelas 2-D menghadapi situasi aneh yang belum pernah terjadi sebelumnya. Teruhiko Yukimura berkali-kali menghentakkan kakinya, sambil melihat ke arah pintu masuk kelas. "Bisakah kamu tenang sedikit? Ini bahkan belum sampai 5 menit sejak Kiyopon pergi. Dia dipanggil oleh sensei, kan? Berarti dia tidak akan kembali dalam waktu dekat." Hasebe Haruka, teman sekelas sekaligus teman terdekat, berkata begitu kepada Yukimura. Sakura Airi dan Miyake Akito duduk di sebelahnya. "Aku sudah tenang... tidak perlu khawatir," jawab Yukimura. Meskipun dia berhenti menghentakkan kaki, tidak lama setelah itu dia kembali tegang. Diam-diam dia mulai menghentakkan kakinya ke atas dan ke bawah, hingga menggesek celananya. Yukimura berencana untuk bicara dengan Ayanokouji sepulang sekolah, tapi dia menundanya karena kehadiran Horikita. Kemudian dia mendengar dari gadis itu bahwa Chabashira memanggilny