Langsung ke konten utama

Classroom of the Elite 2nd Year Volume 1 Chapter 6 Part 1

Chapter 6 : Langkah Kaki Dropout



Minggu, jam 8:30 malam. Hari yang dijanjikan oleh Nanase.

Pertemuan hari ini akan menentukan bisa atau tidaknya kami bekerja sama dengan Kelas D tahun pertama.

Tidak, bagaimanapun kami harus membuatnya berhasil.

Selain siswa Kelas 2D dan Kelas 1D, hampir semua siswa telah memutuskan pasangan.

Jika negosiasi berhasil, kami dapat membangun kerja sama untuk menghindari hukuman.

Pertemuan ini akan dihadiri oleh aku dan Horikita, serta Sudou yang memaksa untuk ikut.

Mungkin sebagian alasannya karena dia ingin bersama Horikita, sebagian lainnya karena khawatir tentang Housen. Karena Housen tidak akan segan untuk melawan wanita, tergantung situasinya. Itulah sebabnya Sudou memaksa ikut agar dapat melindungi Horikita. Tentu saja Horikita sendiri sudah mengatakan bahwa itu tidak diperlukan, meski begitu Sudou tetap bersikeras untuk ikut. Namun kali ini, Horikita tidak memberi izin meskipun Sudou sudah memintanya berkali-kali. Karena diskusi ini akan berbeda dari biasanya sehingga dia menganggap Sudou sebagai gangguan.

Tapi aku menolak keputusan Horikita. Alasannya.. bila terjadi sesuatu diluar dugaan, akan ada Sudou yang menggantikanku.

Dengan kemampuannya, Sudou dapat mengatasi situasi tersebut.

Pada akhirnya, Horikita memperbolehkan dia untuk ikut dengan syarat tidak boleh bicara dan mengancam.

"Yo!"

Ketika tiba di lobi asrama, aku bertemu dengan Sudou yang sudah menunggu dan duduk di sofa.

Dia memasuki lift sambil menunjukkan senyum yang bahagia.

Aku harus meralatnya. Keinginannya untuk bersama Horikita bukanlah sebagian saja, melainkan itulah alasan utama dia ingin ikut.

"Apakah sesi belajarmu berjalan lancar?"

"Tentu saja. Kali ini aku akan mendapatkan nilai lebih dari 250 poin."

Jika Sudou mendapatkan nilai lebih dari 250 poin dengan kemampuannya saat ini, itu bisa dikatakan sebuah pencapaian yang besar.

Ada kemungkinan, mulai bulan depan kemampuan akademiknya di OAA akan meningkat menjadi C.

Dia tidak hanya sekedar bicara saja, dia juga berusaha keras untuk membuktikannya.

Faktanya, keterlambatan Sudou telah menurun drastis dan kini dia juga telah serius memperhatikan pelajaran dikelas.

"Kau telah berubah drastis... Sepertinya kau sekarang sudah mulai suka untuk belajar."

"Bukannya aku suka. Hanya saja aku merasa senang ketika menyelesaikan soal.  Selain itu, aku semangat belajar karena adanya pujian dari Suzune."

Jika dia bisa bertahan karena adanya Horikita, itu termasuk hal yang bagus. Saat baru memasuki sekolah dia selalu merasa gelisah, tapi kini dia mulai bersikap tenang. Namun sepertinya sikap Sudou yang cepat hilang kesabaran itu tidak mudah untuk dihilangkan.

Tapi saat ini Sudou tidak bisa mengendalikan perasaannya yang sedang gembira, dia berdiri dan melihat kamera di dalam lift.

Kemudian dia berjongkok, melihat ponselnya dan menyentuh rambutnya. Setelah beberapa saat, dia berdiri kembali.

Mungkin seperti itulah sikap anak laki-laki yang akan pergi kencan untuk pertama kalinya dalam seumur hidup.

"Hei, Ayanokouji."

Sudou melihatku yang sedang memperhatikannya, lalu dia berbisik sambil melihat kamera pengawas.

"Jika aku mengakui perasaanku sekarang, apa menurutmu Suzune akan menerimaku?"

Wajah Sudou terlihat sangat serius.

Tapi aku tidak bisa memberikan jawaban yang tepat untuknya.

"Mungkin tidak."

Sudou mungkin kecewa mendengarnya, tapi itulah perasaan sebenarnya dari orang yang disukainya.

Kupikir dia tidak akan puas dengan jawabanku, tapi...

"Itu benar."

Sudou menyetujui jawabanku seolah-olah sudah mengetahuinya.

"Aku tahu bahwa Suzune tidak begitu tertarik dengan percintaan. Bukan hanya itu... Tidak ada yang terlihat menarik baginya. Bahkan sampai sekarang, betapa cerewetnya Suzune, tidak ada seorangpun di kelas yang berani menganggunya.."

Dia ingin berkata bahwa Horikita tidak akan berpacaran dengan siapapun.

"Sekarang aku akan melakukan yang terbaik, tidak wajar rasanya jika aku selalu menjadi beban untuk kelas. Selama dua tahun kedepan, aku akan mengembangkan kemampuanku, kemudian secara bertahap aku akan menghilangkan kelemahanku. Dan pada saat itu aku yakin, aku akan berguna untuk kelas hingga hari kelulusan tiba."

"Yah, baguslah kalau begitu."

Sudou dapat menjadi keberadaan yang penting untuk kelas, karena kemampuan fisiknya yang unggul.

Dia bisa tumbuh menjadi orang yang diperlukan untuk kelas seperti Yousuke dan Kushida.

Aku mulai bisa melihat dirinya yang tenang.

Tapi melihat diri Sudou yang tenang ini, aku malah jadi ingin menanyakan sesuatu.

"Meskipun kau berusaha keras untuk menjadi yang terbaik di kelas... jika Horikita tidak membalas perasaanmu, apa yang akan kau lakukan? Apa kau akan berhenti belajar?"

Ketika seseorang mengetahui bahwa usahanya tidak membuahkan hasil, mereka akan langsung menyerah.

Terutama Sudou yang sudah berusaha keras demi Horikita.

"Aku mungkin merasa ingin mati. Mungkin aku akan memukul seseorang dan mengamuk sampai gila. Tapi jika aku melakukannya, Suzune akan kecewa padaku, kan? Karena itulah, aku tidak akan menyerah untuk belajar."

Itu adalah kata-kata yang luar biasa. Tentu saja, itu keinginan Sudou yang sebenarnya. Namun itu akan diketahui jawabannya ketika sudah menjadi kenyataan. Tidak peduli seberapa besar ketenangannya, ada banyak hal yang bisa mengubahnya, seperti diserang rasa sakit.

Tapi jika saat ini dia bisa berkata begitu, maka tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

"Oh, sepertinya kalian sudah datang."

Horikita muncul dan masuk ke dalam lift. Sudou berpindah tempat untuk menenangkan dirinya. Dia menarik nafas dalam-dalam sambil merentangkan tangan ke atas seperti senam radio, kemudian dia kembali ke dalam lift.

Setelah itu, lift tiba di lantai pertama.

"Apa yang sedang dilakukan Sudou-kun?"

"Sepertinya dia ingin menenangkan dirinya."

Sekilas Horikita tampak kebingungan melihat perilaku Sudou, tapi ekspresinya segera kembali seperti biasanya.

Tempat tujuan kami sekarang adalah karaoke yang berada di dalam Keyaki Mall. Ini merupakan tempat populer untuk bermain, karena bisa dikunjungi setiap harinya hingga jam 10 malam. Bicara tentang karaoke, itu memang sudah biasa sebagai salah satu fasilitas hiburan.

Karaoke juga merupakan tempat yang penting disekolah ini, karena sering digunakan untuk menghilangkan stress dan bisa juga digunakan untuk berdiskusi.

Sangat cocok untuk dijadikan tempat pertemuan rahasia. Karena percakapan didalam sini tidak akan bisa didengar oleh orang luar.

Di area sekitar sekolah, ini termasuk tempat yang mudah untuk bertemu secara diam-diam.

Jika menyangkut tentang rahasia, memang tidak ada yang lebih baik  dari kamar asrama, tapi jumlah orang yang dapat dimuat disana cukup terbatas.

Ujian tertulis akan diadakan minggu depan, jadi saat ini tidak banyak orang yang akan datang kemari.

Bisa dikatakan ini adalah waktu yang tepat untuk mengadakan diskusi rahasia dengan Housen.

"Hei, apa kita benar-benar bisa bekerja sama dengan tahun pertama sialan itu?"

"Jika sejak awal tidak ada peluang untuk bekerja sama, aku tidak akan mau meluangkan waktuku untuk datang kemari."

Itu sebabnya kami ada disini sekarang karena masih ada kemungkinan untuk bekerja sama.

"Saat ini, siswa tahun pertama yang berbakat telah bekerja sama dengan Sakayanagi-san dan Ryuuen-kun. Sedangkan siswa yang kurang berbakat telah bergabung dengan Ichinose-san. Pilihan yang tersisa adalah membayar dengan poin pribadi atau membangun kepercayaan."

"Kita tidak bisa menang melawan Sakayanagi dan Ryuuen mengenai poin pribadi, begitu juga dengan Ichinose dalam hal kepercayaan..."

"Ya, itu sebabnya Housen-kun merupakan keberadaan penting yang bisa kita jadikan peluang untuk bersaing dengan kelas lain."

Mengenai poin pribadi, Kelas A tahun kedua tidak akan bersaing dengan setengah hati.

Sedangkan mengenai pertemuan pertukaran Ichinose, Housen tidak mempedulikannya sama sekali.

Itu sebabnya, kemungkinannya cukup tinggi bagi kami untuk bekerja sama dengan Kelas D tahun pertama.

"Kita harus bisa membuat kesepakatan tanpa kompromi."

"Itu benar, semakin banyak waktu yang kita habiskan, kita siswa tahun kedua akan semakin tidak sabar. Karena banyak siswa yang telah berpasangan, kerugian tidak dapat dihindari."

Jika Housen menolak kesepakatan ini, maka ada kemungkinan mereka akan saling bertentangan. Tapi dia tampaknya tidak takut bila teman sekelas akan terkena penalti.

Aku akan mencoba melihat bagaimana Horikita akan menghadapi Housen.

***

"Ngomong-ngomong, pertemuannya jam 9 malam, kan? Bukankah kita datang terlalu awal?"

Sekarang masih jam 8.30, masih ada waktu kira-kira setengah jam lagi sebelum waktu yang ditentukan.

"Tidak masalah. Aku ingin datang lebih awal."

Sudou tidak dapat memahami alasannya, tapi dia juga tidak boleh membicarakannya.

Bisa dikatakan sebagai persiapan mental atau mewaspadai sesuatu seperti jebakan.

Lagipula, pola pikir Sudou yang seperti anak SMA biasa, tidak akan memahami pemikiran Horikita.

Dia terlalu waspada, tapi aku tidak bisa berkata apapun karena yang akan dihadapi adalah Housen.

Kemudian aku menerima selembar kertas dan papan dengan nomor kamar dari petugas, lalu kami memasuki ruangan.

"Bisakah kamu menghubungi Nanase-san?"

"Baiklah."

Aku mengirim pesan pada Nanase, aku memberitahunya bahwa kami sudah tiba ditempat.

Dia membalas pesanku, isi pesannya adalah dia akan datang kesini pada waktu yang ditentukan.

"Mari kita pesan minuman."

"Apa tidak masalah?"

"Tidak masalah."

Setelah kami memesan minuman yang ada di daftar menu, kami juga melihat-lihat makanan.

"Kamu boleh memesan apapun. Apa ada sesuatu yang kamu inginkan?"

"Kalau begitu, apa boleh aku memesan kentang?"

"Tentu saja boleh."

Horikita menggunakan telepon yang terpasang di dalam ruangan untuk meminta petugas mengantarkan makanan dan minuman yang kami pesan.

Setelah memesan makanan, ketegangan Sudou pun mereda, lalu dia memegang mikrofon.

"Hm, untuk mengisi waktu luang, bagaimana kalau kita menyanyikan satu atau dua lagu?"

"Aku tidak mau bernyanyi."

"Jadi kau tidak mau bernyanyi?"

Kemudian pesanan pertama yang tiba adalah pesananku.

Bagi Sudou, itu tidak begitu berbeda dengan pesanannya.

Sudou tampak kecewa, tapi bukan karena itu, melainkan karena dia ingin mendengar Horikita bernyanyi.

"Sudou-kun, aku akan memperingatkannya sekali lagi. Jangan katakan hal yang tidak perlu."

"A-aku tahu itu. Sesekali peringati juga Ayanokouji."

"Dia tidak mengatakan hal yang tidak perlu. Sebaliknya, dia tidak mengatakan sesuatu yang seharusnya dia katakan."

Itu jauh dari kata pujian, malahan aku kecewa mendengarnya.

Sudou merapatkan bibirnya dengan kuat, dia tidak menyukai jawaban Horikita.

Kemudian, Nanase muncul bertepatan dengan waktu yang dijanjikan.

"Maaf membuatmu menunggu, senpai."

"Minggir, Nanase."

Orang yang membentak Nanase dari belakang adalah Housen Kazuomi.

"Kamu datang tepat waktu. Kukira kamu akan datang terlambat."

Kata-kata Horikita kepada Housen terdengar seperti Miyamoto Mushashi yang terlambat datang ke Pulau Ganryu.

"Ketika aku memutuskan untuk pergi, aku akan datang tepat waktu. Karena aku tidak menyukai orang yang merepotkan meski hanya terlambat sedikit. Sepertinya kau datang lebih awal... Apa kau sebegitu tidak ingin membuatku menunggu? Jangan terlalu gugup."

"Jangan seenaknya menyimpulkan! Aku hanya ingin menikmati karaoke."

Dengan berkata begitu, Horikita menyarankan Housen untuk memperluas sudut pandangnya.

"Kelihatannya begitu."

Di meja ada sedikit makanan dan minuman. Kami seolah-olah terlihat menikmati karaoke sebelumnya.

Itu artinya permainan sudah dimulai.

"Yah, apakah itu cocok atau tidak, aku akan segera mengetahuinya."

Housen duduk di sofa untuk tiga orang, dia merentangkan kakinya seolah merasa hebat.

"Nanase mengatakan kepadaku bahwa kau ingin bekerja sama dengan kelasku."

Kelasku. Tampaknya Housen sudah mengendalikan kelas 1D sepenuhnya.

Baru sekitar dua minggu sejak dia memasuki sekolah, aku tidak melihat kebenaran dalam pernyataannya itu.

"Kamu salah paham. Aku berkata bahwa aku bersedia untuk bekerja sama dengan kelasmu. Ini hanyalah hubungan kerja sama yang setara. Tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah."

"Aku mengerti. Kalian tidak menggunakan status kalian sebagai senior. Itu keputusan yang tepat, senpai."

Nanase hanya mendengarkan perkataan Housen tanpa membantahnya ataupun menyetujuinya.

Mengingat dia berperan sebagai perantara, dan fakta bahwa dia satu-satunya yang datang kemari, itu berarti Housen sudah menaklukkan Nanase.

Apakah keberaniannya yang tidak akan menyerah pada kekerasan telah dihapuskan oleh Housen? Atau ada sesuatu yang lain? Bagaimanapun, Housen pasti memiliki cara untuk membuat Nanase berpihak kepadanya.

"Aku tahu beberapa siswa tahun pertama tidak begitu peduli dengan teman sekelasnya yang bermasalah. Tapi kamu akan tahu setelah melihat kami. Aku yakin akan tiba waktunya ketika kamu membutuhkan kekuatan teman sekelasmu."

"Jadi kita akan bekerja sama untuk lulus ujian khusus... Begitukah?"

"Saat ini kamu adalah orang yang memimpin kelasmu, bahkan kamu menganggapnya sebagai milikmu, itu merupakan kondisi yang bagus. Pemimpin tunggal, itu berarti banyak teman sekelasmu yang mematuhi instruksimu, kan?"

Housen memasukkan jari kelingking ke telinga kirinya.

Lalu dia mengangkat jari kelingkingnya dan meniupkannya ke arah Horikita.

Wajah Sudou terlihat sangat kesal, tapi dia masih bisa menahan amarahnya karena perintah Horikita.

"Hentikan itu."

Kepalan tangan Sudou bergetar dilututnya.

Horikita menerima tindakan Housen yang tidak sopan itu tanpa mengalihkan pandangannya.

"Pertama-tama..."

Housen berbicara kepada dirinya sendiri seolah-olah dia telah mendengarkan nasihat Horikita.

"Kau adalah pemimpin Kelas D tahun kedua, kan?"

Sekarang Housen ingin mengkonfirmasi prasyarat utama.

"Bisa dibilang begitu."

"Kurasa itu wajar mengingat kemampuan Horikita-senpai."

Untuk pertama kalinya dalam pertemuan ini, Nanase membuka mulutnya dan bicara kepada Housen.

"Kalau begitu aku akan memberitahumu, pemimpin Kelas 2D. Aku tidak akan bekerja sama dengan hubungan setara."

Pada akhirnya, dia bukanlah orang yang mau diajak bekerja sama.

Tidak dapat dihindari akan ada perbedaan pendapat dengan Housen yang ingin melindungi teman sekelasnya, tapi dia mengira bisa untuk memotongnya secara terpisah.

Lagipula hukuman kami dengan mereka terlalu jauh berbeda, antara drop out dan penangguhan poin pribadi selama tiga bulan.

"Kurasa begitu. Kamu adalah orang yang seperti itu."

"Jika kau mengerti, maka jangan ragu untuk bertanya. Aku akan mendengarkannya."

"Mendengarkan? Apa yang kamu harapkan? Apa kamu pikir aku akan memberimu poin pribadi untuk meminta kerja sama?"

Meskipun situasinya kurang menguntungkan, Horikita tidak takut sedikitpun untuk menolak transaksi tersebut.

"Ayolah, keluarkan saja poin pribadimu. Kau tidak punya pilihan selain mengeluarkannya, kan? Nanase, pesankan minuman."

Setelah melihat menu, Housen memberi instruksi kepada Nanase.

Nanase mengangguk dan memesan minuman kepada petugas melalui telepon.

"Aku katakan sekali lagi. Aku tidak akan memberimu poin pribadi atau imbalan apapun, ini hanyalah kerja sama yang setara."

"Kalau begitu, aku akan pulang tanpa meminum airku!"

Dia meletakkan tangan dipahanya sebagai tumpuan untuk berdiri dan bersiap akan pergi tanpa ragu sedikitpun.

"Tunggu, Housen-kun. Kurasa kamu harus mendengarkan Horikita-senpai."

Nanase menyarankan hal itu, padahal selama ini dia hanya mendengarkan saja dengan berdiri di sebelah Housen.

"Mendengarkan? Itu tidak perlu."

"Kalau begini terus, kita tidak akan bisa menyatukan kelas."

Horikita tidak bergerak sedikitpun, dia hanya menyaksikan percakapan antara Housen dan Nanase.

"Memangnya kenapa? Abaikan saja mereka, tidak perlu mengkhawatirkan ikan teri."

"Aku tidak mau."

"Apa kau ini bodoh, Nanase?"

Kukira Housen akan memarahinya, namun dia malah mendesah seolah menghadapi sesuatu yang merepotkan.

"Kurasa tidak ada gunanya menyetujui kesepakatan ini."

"Aku tahu apa yang ingin kamu katakan. Memang benar Horikita-senpai memiliki alasan untuk melakukan ini, yaitu melindungi teman-teman sekelasnya. Beberapa siswa mungkin akan keluar jika kita tidak mencapai kesepakatan. Bahkan jika harus dengan cara paksaan, mereka akan tetap berkompromi. Bukannya kamu menunggu hal itu?"

Aku tidak mengerti, tapi Nanase tampaknya tidak mau ikut campur.

"Aku tidak berpikir strategi Housen-kun itu buruk. Ketika setiap kelas harus mendapatkan pasangan, mereka tidak akan berani bergerak dan tidak akan ragu untuk menunda negosiasi awal. Itu bisa menjadi keuntungan bagi kita dalam bertransaksi."

Jika waktu yang tersisa tinggal sedikit, para siswa tahun kedua yang belum berpasangan akan menjadi tidak sabaran.

Bahkan mereka mau bertransaksi dengan siswa tahun pertama yang tidak layak.

"Jika kau sudah tahu itu, apa untungnya membuat kesepakatan dengan Horikita?"

"Kepercayaan."

Sekilas, Nanase menatap Horikita dan Horikita pun mengangguk sebagai tanda konfirmasi.

"Kecepercayaan? Jangan membuatku tertawa. Itu hanyalah kata-kata manis yang tidak realistis, bukan?"

"Apa menurutmu begitu?"

Nanase menghadapi Housen dengan menggunakan kata kepercayaan.

"Dalam ujian khusus ini, kita mungkin tidak perlu membuat kesepakatan. Namun, beda lagi ceritanya dengan ujian di masa depan. Jika Housen-kun memusuhi semua siswa tahun kedua, ada kemungkinan terjadi situasi tak terduga dimana kamu tidak bisa mendapatkan pasangan meski membayar banyak poin pribadi. Masih mending jika kamu hanya mendapatkan penalti pada nilaimu, tapi bagaimana jika kamu kehilangan kendali dengan atas pasanganmu? Kamu tidak akan bisa menghindari pengeluaran dari sekolah."

"Hah. Apa ada orang yang siap dikeluarkan bersamaku?"

"Dalam sistem sekolah ini, ada sesuatu yang disebut poin perlindungan."

Untuk pertama kalinya dalam perdebatan ini, Nanase mengalihkan pandangannya kepada Horikita.

Meskipun Horikita sedikit terkejut mendengarnya, dia segera memahami situasinya dan mengangguk setuju.

"Ya, itu adalah poin khusus yang bisa digunakan satu kali untuk membatalkan pengualaran dari sekolah."

Tentu saja akulah menceritakan topik ini kepada Nanase diperpustakaan pada hari Jum'at kemarin.

Bagi Housen, tidak diragukan lagi bahwa ini adalah pertama kalinya dia mendengar hal ini.

"Tidak mengherankan jika kamu tidak mengetahuinya karena baru saja memasuki sekolah, jadi ingatlah itu baik-baik. Jika ada ujian serupa di masa depan dan pasanganmu memiliki poin perlindungan... Dalam beberapa kasus, kamu bisa saja dikeluarkan dari sekolah secara sepihak."

Semakin banyak musuh yang dia miliki, semakin banyak rintangan yang akan dia hadapi.

Semakin banyak kebencian yang tertuju pada Housen, semakin banyak cara yang agresif untuk mengeluarkannya dari sekolah.

"Itu sebabnya, pada saat ini kita perlu membangun hubungan kepercayaan."

"Kau hanya ingin membodohiku."

"Aku juga siswa tahun pertama. Tentu saja, aku akan mementingkan Kelas D tahun pertama. Housen-kun juga pernah berkata bahwa keberadaanku ini diperlukan bagi kelas, karena itulah aku tidak ingin kamu membuat kesalahan hanya demi keuntungan jangka pendek."

Horikita tahu bahwa Housen mengakui keberadaan Nanase.

Dia berhasil mendapat kerja sama Nanase dan melancarkan serangan kepada Housen.

Perubahan situasi ini tidak menguntungkan bagi Housen.

Pertanyaannya sekarang, apakah Housen akan menerima kesepakatan setelah memahami situasinya?

Atau dia sudah siap menerima kerugian di masa depan hanya demi suatu imbalan?

"Aku minta maaf karena aku mendapat kebijaksanaan bersama, tapi aku tidak akan setuju dengan persyaratan yang sama."

Nanase dan Horikita membuat landasan agar Housen memberikan respon.

Namun, tidak ada-ada tanda Housen akan menerima ide tersebut.

"Oi, Housen. Apa kau benar-benar siap untuk menjadi musuh tahun kedua...?"

Sudou mencoba untuk memprovokasinya, namun Horikita segera menenangkan Sudou dengan merentangkan tangannya.

"Dia belum meninggalkan negosiasi ini."

"Benar, tidak perlu terburu-buru."

Tampaknya Housen tidak jadi pergi, dia kembali duduk dengan bersikap angkuh seperti biasanya.

"Jadi, apa yang akan kamu lakukan? Kami tidak akan merubah persyaratan setara."

"Aku mengerti. Kuakui kau memiliki pendirian yang teguh."

Housen bertepuk tangan sebanyak lima kali untuk memuji perjuangan Horikita.

"Tapi aku masih ragu dengan hubungan yang setara itu."

"Jadi, kalau ada bukti bahwa kita itu setara, kamu mau bekerja sama?"

"Mungkin begitu."

"Aneh. Meskipun kita berada dalam kondisi yang sama, kenapa kamu merasa bahwa kita ini setara?"

"Aku sudah tidak mempercayai siapapun lagi, kecuali orang-orangku (teman-teman). Ini bukan sebagai ucapan terima kasih, hanya saja pendapat pribadi.. sangat menyedihkan untuk mengatakan bahwa di masa depan Kelas 1D akan mengalami situasi yang sama dengan kalian."

Memang, perkatakan Housen ada benarnya juga.

Meskipun ide Horikita menyangkut kesetaraan, Kelas D tahun kedua hanya tampak seperti mencari bantuan. Alih-alih membantu mereka di masa depan, kami hanya akan lebih fokus untuk menaikkan kelas di masa yang akan datang.

Ini seperti asuransi, tidak begitu banyak yang bisa digunakan.

"Kamu bersikeras untuk menolak sejauh itu, sebagai refrensi, maukah kamu memberitahu kami keinginanmu?"

"Beri aku satu juta poin pribadi sebagai jaminan. Jika aku mendapat bantuan dari Kelas 2D ketika aku sedang dalam kesulitan, aku akan mengembalikan poin tersebut."

Mengingat jumlah transaksi kelas lain, itu bisa dikatakan cukup murah.

Namun bila mereka tidak menggunakan asuransi itu, maka satu juta poin pribadi itu akan berada ditangan mereka.

Intinya, poin tersebut akan menjadi milik Housen.

"Jika kepercayaan sangatlah penting seperti yang kau katakan, maka itu bukan masalah besar, kan?"

Jika tiba waktunya mereka meminta bantuan, satu juta poin pribadi itu akan kembali ke tangan kami.

"Kalau perlu, haruskah kita membuat perjanjian tertulis disini?"

Perjanjian tertulis akan efektif terhadap pihak sekolah, tapi dapat diasumsikan bahwa Housen akan bergantung kepada kami.

Dia mungkin akan bergantung pada kami ketika berada dalam situasi akan meninggalkan sekolah, tapi ada yang sedikit meragukan.. mungkin saja dia akan meminta teman sekelasnya untuk mengembalikan satu juta poin pribadi tersebut.

Dengan kata lain, perjanjian ini lebih berbahaya daripada kontrak kerja sama melalui transaksi poin pribadi dengan setiap orang.

Housen tidak hanya sembarangan bicara. Dia bernegosiasi dengan baik.

Dia adalah musuh yang kuat, sama seperti Ryuuen yang pandai memainkan sebuah trik dalam percakapan maupun perjanjian.

"Tentu saja yang kamu katakan itu bukan tanpa alasan, tapi kami tidak bisa menerima syarat ini."

"Sayang sekali. Padahal aku sudah memberi solusi, tapi lagi-lagi nesosiasinya menjadi sulit."

"Itu benar."

Tampaknya Horikita tidak akan membentuk aliansi sampai Housen menerima usulannya. Namun jika itu terjadi, itu tergantung pada kombinasi acak. Bahkan dengan uang diivintestasikan, mereka memiliki resiko yang mengharuskan mereka untuk menginstruksikan siswa akademik rendah mencari kerja sama dari kelas lain.

"Hahaha!"

Begitu dia tertawa, Housen berbalik ke depan dari sofa yang dia duduki sebelumnya.

Kemudian dia merentangkan lengan besarnya dan meraih kerah baju Horikita.

Sudou adalah orang pertama yang bergerak untuk menentang Housen, karena dia menyaksikan kejadian itu tepat di sampingnya.

Dia meraih tangan Housen dan menatap dengan tajam.

"Oi... Jangan angkat tanganmu pada wanita."

"Oh! Apa sekarang giliran si bodoh ini?"

"Tenanglah, Sudou-kun."

"Tapi...!"

"Tidak apa-apa, negosiasi belum berakhir."

Tampaknya negosiasi gagal, tapi Housen berkata tidak ada masalah dengan negosiasinya.

"Aku yakin dengan penglihatanku (insting). Apa kau pikir kau bisa mengalahkanku? Apa kau pikir aku tidak akan menghajar wanita?"

"Kata-katamu ketinggalan zaman. Kenapa kamu tidak menahan diri untuk tidak mengubah semua wanita menjadi musuhmu?"

"Kalau begitu aku akan mengajarimu dengan baik. Jika kau memberiku pertarungan, aku akan bekerja sama denganmu tanpa syarat."

Sekarang, Housen menawarkan sesuatu yang gila.

"Kalau begitu aku akan memberimu pertarungan. Tidak ada keluhan, kan?"

"Baik itu Sudou atau Ayanokouji yang terlihat bodoh itu... Atau kau Horikita, aku akan menghadapinya."

Housen bermaksud akan tetap bertarung tidak peduli siapapun lawannya.

"Aku sudah tidak tahan lahi. Tidak masalah, kan, Suzune? Jika aku menang, dia akan bekerja sama dengan kita..."

Kesabaran Sudou sudah mencapai batasnya karena melihat Housen yang tidak melepaskan kerah baju Horikita.

"Terlalu bodoh untuk membentuk kerja sama melalui pertarungan. Jika hanya itu satu-satunya penawarannya, kita tidak perlu meladeninya."

"Kenapa? Dia sendiri bilang tidak ada masalah."

Meski tidak mendengarkan perkataan Horikita, Sudou secara tidak sadar mengatakan apa yang dipikirkannya.

"Kupikir kamu sedikit lebih pintar. Ketika kamu pertama kali datang ke koridor kelas dua, aku merasa kamu berniat untuk bekerja sama dengan Kelas D tahun kedua. Mengingat kita sama-sama Kelas D, aku juga ingin bekerja sama karena menurutku itu pilihan yang baik. Tapi..."

"Oh iya, aku mungkin pernah berpikir begitu."

"Tapi... Itu ternyata aku hanya salah paham. Kamu sekalipun tidak pernah berpikir begitu."

Horikita menghela napas panjang dengan mata tertutup.

"Negosiasi berakhir."

Horikita mundur dengan mengakhiri negosiasi.

Pada saat itu, Housen yang tampak bahagia sebelumnya, mulai menunjukkan ekspresi kemarahan.

Sudou mencoba untuk mendapatkan kembali amarahnya dengan melepaskan tangan Housen dari Horikita.

Momen selanjutnya...

Plash! Suara percikan air terdengar dalam ruang karaoke.

Housen menyiramkan air minumannya ke wajah Horikita.

Ini adalah sesuatu yang tidak akan pernah diprediksi sebelumnya oleh Horikita.

Namun, sebelum Horikita bersuara, situasi mulai memanas. Sudou hendak melompat ke arah Housen dan naik ke atas meja.

"Bajingan!"

Sudou tidak bisa lagi menahan amarahnya, dia merasa kesal melihat Housen menyiramkan air ke wajah Horikita.

Bagi kebanyakan orang, sikap Sudou memang terlihat seperti orang bodoh. Tapi wajar jika dia marah, itu karena dia melihat gadis yang disukainya dipermalukan oleh orang lain.

"Hentikan!"

Horikita berteriak dengan keras untuk menghentikan amukan Sudou.

Satu detik kemudian, mungkin tinju Sudou sudah mengenai pipi Housen.

"Sudah kubilang, kan!"

"Sudou... Jangan terjebak dalam rencananya."

Horikita menatap Housen tanpa mempedulikan rambutnya yang basah.

"Kalau kamu tidak puas dengan berakhirnya negosiasi, kamu seharusnya bersikap lebih baik dari ini."

Demi kelas, Horikita berusaha untuk menjalin kerja sama dengan Housen. Tapi sekarang, dia mungkin beranggapan jika diteruskan lebih jauh, ini hanya akan menimbulkan efek negatif.

Horikita memalingkan wajahnya dari Housen yang terus menatapnya.

"Ayo kita pergi."

"Apa tidak masalah?"

Meskipun Sudou merasa kesal, dia tetap menuruti perkataan Horikita.

"Apa kamu tidak keberatan, Housen-kun?"

Di saat yang sama, Nanase juga mengkonfirmasi hal yang sama kepada Housen.

"Hah?"

"Kupikir kita harus bekerja sama dengan Horikita-senpai."

"Heh, itu tidak akan berjalan lancar. Mereka sudah mengakhiri negosiasi."

Housen setuju dengan Horikita yang mengakhiri negosiasi.

Kegagalan negosiasi disini merupakan masalah yang cukup serius. Aku menatap Horikita dari sampingnya.

Di mataku, Horikita tidak terlihat seperti orang yang kecewa. Sebaliknya, dia terlihat seperti orang yang masih melanjutkan negosiasi.

***

Komentar

Unknown mengatakan…
Demi mimin, gua bakal terus coment deh
Kiyosaka ayano mengatakan…
Up, semoga membantu min

Postingan populer dari blog ini

Classroom of the Elite 2nd Year Volume 2

Volume 2 Ilustrasi Prolog Chapter 1 Part 1 Chapter 1 Part 2 Chapter 1 Part 3 Chapter 1 Part 4 Chapter 1 Part 5 Chapter 2 Part 1 Chapter 2 Part 2 Chapter 2 Part 3 Chapter 3 Part 1 Chapter 3 Part 2 Chapter 3 Part 3 Chapter 3 Part 4 Chapter 3 Part 5 Chapter 3 Part 6 Chapter 3 Part 7 Chapter 3 Part 8 Chapter 3 Part 9 Chapter 3 Part 10 Chapter 3 Part 11 Chapter 4 Part 1 Chapter 4 Part 2 Chapter 4 Part 3 Chapter 4 Part 4 Chapter 4 Part 5 Chapter 4 Part 6 Chapter 4 Part 7 Chapter 5 Part 1 Chapter 5 Part 2 Chapter 5 Part 3 Chapter 5 Part 4 Epilog [PDF] SS Amasawa Ichika SS Horikita Suzune SS Tsubaki Sakurako SS Shiina Hiyori

Classroom of the Elite 2nd Year Volume 1

Volume 1 Prolog Chapter 1 Chapter 2 Chapter 3 Chapter 4 Chapter 5 Part 1 Chapter 5 Part 2 Chapter 5 Part 3 Chapter 5 Part 4 Chapter 6 Part 1 Chapter 6 Part 2 Epilog SS Horikita Suzune SS Nanase Tsubasa I SS Nanase Tsubasa II SS Karuizawa Kei

Classroom of the Elite 2nd Year Volume 2 Chapter 1 Part 1

Chpater 1 : Perubahan dalam Kehidupan Sekolah (Part 1) Pada hari itu, Kelas 2-D menghadapi situasi aneh yang belum pernah terjadi sebelumnya. Teruhiko Yukimura berkali-kali menghentakkan kakinya, sambil melihat ke arah pintu masuk kelas. "Bisakah kamu tenang sedikit? Ini bahkan belum sampai 5 menit sejak Kiyopon pergi. Dia dipanggil oleh sensei, kan? Berarti dia tidak akan kembali dalam waktu dekat." Hasebe Haruka, teman sekelas sekaligus teman terdekat, berkata begitu kepada Yukimura. Sakura Airi dan Miyake Akito duduk di sebelahnya. "Aku sudah tenang... tidak perlu khawatir," jawab Yukimura. Meskipun dia berhenti menghentakkan kaki, tidak lama setelah itu dia kembali tegang. Diam-diam dia mulai menghentakkan kakinya ke atas dan ke bawah, hingga menggesek celananya. Yukimura berencana untuk bicara dengan Ayanokouji sepulang sekolah, tapi dia menundanya karena kehadiran Horikita. Kemudian dia mendengar dari gadis itu bahwa Chabashira memanggilny