Chapter 1 : Ancaman (Part 3)
Para gadis mulai menjelajahi bagian dalam gedung, karena Klaus pergi tanpa memberi penjelasan apa pun.
Interior Istana Kagerou terlihat sangat mengesankan.
Karpet merah terbentang di seluruh lantai, sofa berlapis kulit berjejer di ruang tunggu.
Lemari dapur di penuhi dengan peralatan makan kelas atas, dan ada kompor memasak versi terbaru.
Dalam perjalanan, mereka juga menemukan kamar mandi yang sangat luas dan tempat bermain di ruang bawah tanah.
Ketika tiba di aula, akhirnya mereka menemukan sebuah pesan.
Di dinding, ada sebuah papan tulis besar dengan tulisan di atasnya. Tulisan tangan yang indah, tampaknya itu di tulis oleh seorang wanita.
Tak terbayangkan oleh mereka bahwa tulisan itu ditulis oleh Klaus.
[Istana Kagerou : Aturan untuk hidup bersama]
Di papan tulis itu, tertulis aturan detail untuk tinggal di sini.
"Eh? Apakah mulai hari ini kita boleh tinggal disini?"
Lily merasa kagum.
Kemudian di ikuti oleh gadis-gadis lain.
Aturan di papan tulis, menjelaskan tentang cara keluar masuk kamar dan ruangan yang bisa digunakan.
―Aku mengerti, tapi ada yang membuatku kepikiran, yaitu dua aturan yang terakhir. Hanya dua itu saja yang di tulis dengan tulisan tangan yang berbeda. Lily sedikit bingung dan memiringkan kepalanya.
[Aturan no.26 : Kalian bertujuh harus bekerjasama dan tinggal disini]
[Aturan no.27 : Kalian harus serius saat menjalankan misi]
Muncul tanda tanya di atas kepala para gadis.
Yang pertama sangat kenakak-kanakan, sedangkan yang kedua tidak jelas apa artinya.
Para gadis itu memutar otak mereka, tapi mereka tidak dapat memahaminya.
Namun di saat itu juga, gadis berambut putih menemukan sebuah amplop di atas meja.
"Ooh, ada uang didalamnya. Ayo kita buka dulu amplopnya dan membaca isi nya bersama, oke?"
Di dalam amplop, mereka menemukan uang yang lebih dari cukup untuk biaya hidup mereka semua.
Setelah mendiskusikannya bersama, mereka mulai menyiapkan makan malam. Mereka membagi beberapa orang dalam satu kelompok untuk pergi membeli bahan makanan, sedangkan yang lain mengerjakan bagian masing-masing. Semua peralatan makan di gedung ini merupakan produk kelas atas. Bukan hanya baru, peralatan ini bahkan belum pernah di gunakan sama sekali.
Makan malam siap dalam waktu yang singkat, karena semua gadis yang di besarkan sebagai mata-mata dapat melakukan semua pekerjaan rumah tangga. Para gadis bersulang dengan makanan yang sederhana yaitu roti panggang dan jus apel, mereka saling bertukar kata dan memulai obrolan.
Kemudian, mereka semua jadi akrab dengan cepat.
Salah satu dari gadis-gadis itu menceritakan betapa sulitnya sekolah pelatihan yang dia jalani, lalu gadis yang lain menunjukkan rasa simpati dengan menepuk pundaknya. Ketika pembicaraan jadi semakin menyenangkan, seorang gadis lain mengatakan bahwa sekolahnya lebih sulit dari itu, lalu dia pun tertawa. Bagaimanapun, interaksi mereka semakin meningkat dengan percakapan yang berkembang satu demi satu.
Mungkin karena pada dasarnya mereka semua adalah orang gagal―pikir Lily dalam hati ketika mendengar percakapan.
Beberapa gadis tidak mengakui nilai buruk mereka, mungkin mereka memiliki masalah masing-masing.
Meskipun tempat asal, usia, dan sekolah pelatihan mereka berbeda-beda, mereka bisa akur secara alami.
Bukan hanya pertemuan pertama yang penting dan dramatis, tapi pertemuan mereka itu juga agak aneh karena mereka bertemu di rumah mewah bergaya ala barat. Selain itu, sekolah pelatihan mereka memiliki aturan yang ketat dan sangat disiplin, itu bukan tempat yang cocok untuk menikmati makan malam dengan santai seperti ini. Makanan itu sendiri tidak begitu istimewa, hanya terdiri dari salad yang di tambahkan dengan daging tanpa lemak.
"Aku benar-benar tidak bisa mengatakannya saat di sekolah." Lily berkata begitu dan meminum jus miliknya. "Ternyata mata-mata itu hidup mewah seperti ini, ya. Sangat berbeda dari bayanganku."
"Benar! Tempat ini terasa seperti surga."
Gadis berambut putih menyatakan pendapatnya. Ngomong-ngomong, dia berusia 17 tahun, sama seperti Lily.
Mereka berdua sudah menjadi akrab sepenuhnya, bahkan sampai melakukan sebuah tos.
Namun di sisi lain, ada seorang gadis yang memperhatikan mereka dengan tenang.
"Rasanya ada yang sedikit aneh."
Gadis itu memiliki rambut berwarna cokelat dan ikal, serta sifat malu-malu. Dia terlihat masih muda, usianya baru 15 tahun. Dengan ekspresi ketakutan, serta alis yang berbentuk ハ , dia mengarahkan tatapannya ke bawah dan menggesekkan ujung jarinya. Dia terlihat seperti binatang kecil yang takut dengan binatang buas. Matanya terlihat berair, seolah-olah hampir menangis.
"Sepertinya, ada orang yang tinggal di sini beberapa waktu yang lalu."
"Hmm, memangnya kenapa? Malahan itu bagus, bukan?"
"Kalau begitu, kemana pergi nya para penghuni itu ...? Sudah kuduga ada yang aneh dengan tim ini. Inferior seperti kita dikirim untuk melaksanakan misi mustahil, ini jelas tidak masuk akal."
"Hmm? Aku juga berpikir begitu, tapi pria itu akan memberi penjelasan pada kita besok, kan?"
Gadis berambut putih berkata begitu sambil memenuhi mulutnya dengan ayam. Dengan itu, dia mengakhiri pembicaraan.
Namun, gadis berambut cokelat tidak dapat menerimanya begitu saja. Dia kembali mengarahkan tatapannya ke bawah.
"Memang benar, ini sedikit berbeda dari yang kubayangkan."
Kemudian Lily meneruskan.
"Tapi, begini juga tidak masalah."
Para gadis yang lain mengarahkan pandangan mereka kepadanya.
Lily menatap lampu yang tergantung di langit-langit, dan melanjutkan kalimatnya dengan nada yang manis (imut).
"Coba dipikirkan baik-baik. Kita bisa tinggal di rumah besar yang hanya di isi oleh para perempuan, dapat makan tiga kali sehari, berlatih dan menjalankan misi, mandi, makan nasi, melakukan permainan papan, pergi bersenang-senang di malam hari, mencapai hasil yang luar biasa sebagai mata-mata. Bukankah ini―luar biasa?"
"Aku ingin makan empat kali sehari."
Interior Istana Kagerou terlihat sangat mengesankan.
Karpet merah terbentang di seluruh lantai, sofa berlapis kulit berjejer di ruang tunggu.
Lemari dapur di penuhi dengan peralatan makan kelas atas, dan ada kompor memasak versi terbaru.
Dalam perjalanan, mereka juga menemukan kamar mandi yang sangat luas dan tempat bermain di ruang bawah tanah.
Ketika tiba di aula, akhirnya mereka menemukan sebuah pesan.
Di dinding, ada sebuah papan tulis besar dengan tulisan di atasnya. Tulisan tangan yang indah, tampaknya itu di tulis oleh seorang wanita.
Tak terbayangkan oleh mereka bahwa tulisan itu ditulis oleh Klaus.
[Istana Kagerou : Aturan untuk hidup bersama]
Di papan tulis itu, tertulis aturan detail untuk tinggal di sini.
"Eh? Apakah mulai hari ini kita boleh tinggal disini?"
Lily merasa kagum.
Kemudian di ikuti oleh gadis-gadis lain.
Aturan di papan tulis, menjelaskan tentang cara keluar masuk kamar dan ruangan yang bisa digunakan.
―Aku mengerti, tapi ada yang membuatku kepikiran, yaitu dua aturan yang terakhir. Hanya dua itu saja yang di tulis dengan tulisan tangan yang berbeda. Lily sedikit bingung dan memiringkan kepalanya.
[Aturan no.26 : Kalian bertujuh harus bekerjasama dan tinggal disini]
[Aturan no.27 : Kalian harus serius saat menjalankan misi]
Muncul tanda tanya di atas kepala para gadis.
Yang pertama sangat kenakak-kanakan, sedangkan yang kedua tidak jelas apa artinya.
Para gadis itu memutar otak mereka, tapi mereka tidak dapat memahaminya.
Namun di saat itu juga, gadis berambut putih menemukan sebuah amplop di atas meja.
"Ooh, ada uang didalamnya. Ayo kita buka dulu amplopnya dan membaca isi nya bersama, oke?"
Di dalam amplop, mereka menemukan uang yang lebih dari cukup untuk biaya hidup mereka semua.
Setelah mendiskusikannya bersama, mereka mulai menyiapkan makan malam. Mereka membagi beberapa orang dalam satu kelompok untuk pergi membeli bahan makanan, sedangkan yang lain mengerjakan bagian masing-masing. Semua peralatan makan di gedung ini merupakan produk kelas atas. Bukan hanya baru, peralatan ini bahkan belum pernah di gunakan sama sekali.
Makan malam siap dalam waktu yang singkat, karena semua gadis yang di besarkan sebagai mata-mata dapat melakukan semua pekerjaan rumah tangga. Para gadis bersulang dengan makanan yang sederhana yaitu roti panggang dan jus apel, mereka saling bertukar kata dan memulai obrolan.
Kemudian, mereka semua jadi akrab dengan cepat.
Salah satu dari gadis-gadis itu menceritakan betapa sulitnya sekolah pelatihan yang dia jalani, lalu gadis yang lain menunjukkan rasa simpati dengan menepuk pundaknya. Ketika pembicaraan jadi semakin menyenangkan, seorang gadis lain mengatakan bahwa sekolahnya lebih sulit dari itu, lalu dia pun tertawa. Bagaimanapun, interaksi mereka semakin meningkat dengan percakapan yang berkembang satu demi satu.
Mungkin karena pada dasarnya mereka semua adalah orang gagal―pikir Lily dalam hati ketika mendengar percakapan.
Beberapa gadis tidak mengakui nilai buruk mereka, mungkin mereka memiliki masalah masing-masing.
Meskipun tempat asal, usia, dan sekolah pelatihan mereka berbeda-beda, mereka bisa akur secara alami.
Bukan hanya pertemuan pertama yang penting dan dramatis, tapi pertemuan mereka itu juga agak aneh karena mereka bertemu di rumah mewah bergaya ala barat. Selain itu, sekolah pelatihan mereka memiliki aturan yang ketat dan sangat disiplin, itu bukan tempat yang cocok untuk menikmati makan malam dengan santai seperti ini. Makanan itu sendiri tidak begitu istimewa, hanya terdiri dari salad yang di tambahkan dengan daging tanpa lemak.
"Aku benar-benar tidak bisa mengatakannya saat di sekolah." Lily berkata begitu dan meminum jus miliknya. "Ternyata mata-mata itu hidup mewah seperti ini, ya. Sangat berbeda dari bayanganku."
"Benar! Tempat ini terasa seperti surga."
Gadis berambut putih menyatakan pendapatnya. Ngomong-ngomong, dia berusia 17 tahun, sama seperti Lily.
Mereka berdua sudah menjadi akrab sepenuhnya, bahkan sampai melakukan sebuah tos.
Namun di sisi lain, ada seorang gadis yang memperhatikan mereka dengan tenang.
"Rasanya ada yang sedikit aneh."
Gadis itu memiliki rambut berwarna cokelat dan ikal, serta sifat malu-malu. Dia terlihat masih muda, usianya baru 15 tahun. Dengan ekspresi ketakutan, serta alis yang berbentuk ハ , dia mengarahkan tatapannya ke bawah dan menggesekkan ujung jarinya. Dia terlihat seperti binatang kecil yang takut dengan binatang buas. Matanya terlihat berair, seolah-olah hampir menangis.
"Sepertinya, ada orang yang tinggal di sini beberapa waktu yang lalu."
"Hmm, memangnya kenapa? Malahan itu bagus, bukan?"
"Kalau begitu, kemana pergi nya para penghuni itu ...? Sudah kuduga ada yang aneh dengan tim ini. Inferior seperti kita dikirim untuk melaksanakan misi mustahil, ini jelas tidak masuk akal."
"Hmm? Aku juga berpikir begitu, tapi pria itu akan memberi penjelasan pada kita besok, kan?"
Gadis berambut putih berkata begitu sambil memenuhi mulutnya dengan ayam. Dengan itu, dia mengakhiri pembicaraan.
Namun, gadis berambut cokelat tidak dapat menerimanya begitu saja. Dia kembali mengarahkan tatapannya ke bawah.
"Memang benar, ini sedikit berbeda dari yang kubayangkan."
Kemudian Lily meneruskan.
"Tapi, begini juga tidak masalah."
Para gadis yang lain mengarahkan pandangan mereka kepadanya.
Lily menatap lampu yang tergantung di langit-langit, dan melanjutkan kalimatnya dengan nada yang manis (imut).
"Coba dipikirkan baik-baik. Kita bisa tinggal di rumah besar yang hanya di isi oleh para perempuan, dapat makan tiga kali sehari, berlatih dan menjalankan misi, mandi, makan nasi, melakukan permainan papan, pergi bersenang-senang di malam hari, mencapai hasil yang luar biasa sebagai mata-mata. Bukankah ini―luar biasa?"
"Aku ingin makan empat kali sehari."
Gadis berambut putih menyatakan keinginannya.
"Wah, itu terlalu banyak."
"Kurasa keinginanmu itu tidak begitu buruk."
Tidak ada yang menentang kata-kata Lily.
Mungkin karena mereka semua merasakan hal yang sama.
"Ada satu cara untuk memenuhi ambisi itu."
Seorang gadis lain angkat bicara.
Gadis itu memiliki rambut berwarna hitam panjang. Dia berusia 18 tahun dan merupakan yang tertua di antara mereka semua. Memiliki tubuh yang indah dan wajah yang sangat cantik. Senyumannya yang menawan membuatnya dirinya terlihat semakin elegan.
"Semua orang yang ada di sini, hanya perlu menyelesaikan misi ini dengan selamat!"
Dia mirip seperti seorang pemimpin, dan entah kenapa, masalah pun terselesaikan.
Itu juga menjadi tanda untuk membubarkan semua orang. Mereka memutuskan siapa yang bertugas untuk pembersihan dengan gunting-kertas-batu, setelah itu para gadis pergi menuju kamar yang ditugaskan. Mereka mendapat kamar masing-masing, karena Istana Kagerou memiliki banyak kamar.
Lily puas bertemu dengan rekan-rekan yang baik, dan berjalan menuju kamarnya sendiri. Dalam perjalanan, dia melihat seorang gadis dengan wajah cemas.
Gadis itu adalah gadis berambut cokelat yang tadi mengungkapkan kegelisahannya.
"... Ternyata kamu masih merasa khawatir, ya?"
Begitu Lily memanggilnya dan meminta konfirmasi, gadis itu menggangguk ringan.
"Memang menyedihkan, tapi itu benar ..."
"Wah, itu terlalu banyak."
"Kurasa keinginanmu itu tidak begitu buruk."
Tidak ada yang menentang kata-kata Lily.
Mungkin karena mereka semua merasakan hal yang sama.
"Ada satu cara untuk memenuhi ambisi itu."
Seorang gadis lain angkat bicara.
Gadis itu memiliki rambut berwarna hitam panjang. Dia berusia 18 tahun dan merupakan yang tertua di antara mereka semua. Memiliki tubuh yang indah dan wajah yang sangat cantik. Senyumannya yang menawan membuatnya dirinya terlihat semakin elegan.
"Semua orang yang ada di sini, hanya perlu menyelesaikan misi ini dengan selamat!"
Dia mirip seperti seorang pemimpin, dan entah kenapa, masalah pun terselesaikan.
Itu juga menjadi tanda untuk membubarkan semua orang. Mereka memutuskan siapa yang bertugas untuk pembersihan dengan gunting-kertas-batu, setelah itu para gadis pergi menuju kamar yang ditugaskan. Mereka mendapat kamar masing-masing, karena Istana Kagerou memiliki banyak kamar.
Lily puas bertemu dengan rekan-rekan yang baik, dan berjalan menuju kamarnya sendiri. Dalam perjalanan, dia melihat seorang gadis dengan wajah cemas.
Gadis itu adalah gadis berambut cokelat yang tadi mengungkapkan kegelisahannya.
"... Ternyata kamu masih merasa khawatir, ya?"
Begitu Lily memanggilnya dan meminta konfirmasi, gadis itu menggangguk ringan.
"Memang menyedihkan, tapi itu benar ..."
Dia menjawab dengan suara yang pelan. Wajahnya pun terlihat kaku.
"Um ... Apa Lily-san pernah berpikir untuk melarikan diri?"
"Melarikan diri?"
"Ya, melarikan diri sebelum mencoba misi mustahil."
"Hmm ... Sayangnya aku tidak punya keluarga. Aku juga tidak punya kerabat."
"Uuuuh ... Dan kita diberikan kelulusan sementara dari sekolah ... Kita sudah terpojok dari segala arah ..."
Dari perkataannya, gadis itu sepertinya tidak memiliki hubungan dengan siapapun.
Sebagian besar siswa di sekolah mata-mata kehilangan orang tua mereka karena kecelakaan, atau kemalangan. Jika bukan karena itu, kebanyakan orang tidak mau menjadi mata-mata.
"Kamu terlalu khawatir."
Lily mencoba menghibur gadis itu dengan tersenyum.
"Aku yakin Klaus-san memiliki alasan mengumpulkan siswa bermasalah seperti kita. Sebab jika bawahannya tidak bisa menjalankan misi dengan baik, dia sendiri akan berada dalam bahaya juga, kan? Mulai besok dia akan melatih kita, untuk menjadikan kita sebagai rekan yang sempurna."
"A-Apa kita dapat menyelesaikan misi mustahil ini ...?'
"Tentu saja! Orang itu akan memberi kita pelajaran yang luar biasa, dia akan membangkitkan bakat kita yang terpendam."
Lily mengatakan ini bukan tanpa dasar. Pria itu, dia memiliki perasaan mengintimidasi yang jauh melampaui para guru di sekolah pelatihan. Kemungkinan besar dia adalah seorang pelatih yang jenius. Dia memiliki kepercayaan diri untuk mengumpulkan anak-anak yang bermasalah untuk menantang misi mustahil.
"... Kurasa itu benar."
Ekspresi gadis berambut coklat itu menjadi sedikit lebih rileks.
"Aku sudah tenang sekarang. Sepertinya aku bisa tidur nyenyak malam ini, terima kasih banyak."
"Sama-sama. Kita akan mulai pelatihannya besok, mari kita tidur lebih awal!"
Lily melambaikan tangannya.
Tentu saja Lily juga merasa cemas. Misi mustahil ini tidak bisa diselesaikan seorang diri. Rincian misi belum diketahui, tapi tingkat kematian 90% belum bisa diatasi oleh para gadis yang pernah hampir dikeluarkan dari sekolah.
Itulah sebabnya, mereka berharap pada Klaus―atau lebih tepatnya, tidak ada pilihan selain mengharapkannya.
*
Selanjutnya Chapter 1 Part 4
"Melarikan diri?"
"Ya, melarikan diri sebelum mencoba misi mustahil."
"Hmm ... Sayangnya aku tidak punya keluarga. Aku juga tidak punya kerabat."
"Uuuuh ... Dan kita diberikan kelulusan sementara dari sekolah ... Kita sudah terpojok dari segala arah ..."
Dari perkataannya, gadis itu sepertinya tidak memiliki hubungan dengan siapapun.
Sebagian besar siswa di sekolah mata-mata kehilangan orang tua mereka karena kecelakaan, atau kemalangan. Jika bukan karena itu, kebanyakan orang tidak mau menjadi mata-mata.
"Kamu terlalu khawatir."
Lily mencoba menghibur gadis itu dengan tersenyum.
"Aku yakin Klaus-san memiliki alasan mengumpulkan siswa bermasalah seperti kita. Sebab jika bawahannya tidak bisa menjalankan misi dengan baik, dia sendiri akan berada dalam bahaya juga, kan? Mulai besok dia akan melatih kita, untuk menjadikan kita sebagai rekan yang sempurna."
"A-Apa kita dapat menyelesaikan misi mustahil ini ...?'
"Tentu saja! Orang itu akan memberi kita pelajaran yang luar biasa, dia akan membangkitkan bakat kita yang terpendam."
Lily mengatakan ini bukan tanpa dasar. Pria itu, dia memiliki perasaan mengintimidasi yang jauh melampaui para guru di sekolah pelatihan. Kemungkinan besar dia adalah seorang pelatih yang jenius. Dia memiliki kepercayaan diri untuk mengumpulkan anak-anak yang bermasalah untuk menantang misi mustahil.
"... Kurasa itu benar."
Ekspresi gadis berambut coklat itu menjadi sedikit lebih rileks.
"Aku sudah tenang sekarang. Sepertinya aku bisa tidur nyenyak malam ini, terima kasih banyak."
"Sama-sama. Kita akan mulai pelatihannya besok, mari kita tidur lebih awal!"
Lily melambaikan tangannya.
Tentu saja Lily juga merasa cemas. Misi mustahil ini tidak bisa diselesaikan seorang diri. Rincian misi belum diketahui, tapi tingkat kematian 90% belum bisa diatasi oleh para gadis yang pernah hampir dikeluarkan dari sekolah.
Itulah sebabnya, mereka berharap pada Klaus―atau lebih tepatnya, tidak ada pilihan selain mengharapkannya.
*
Selanjutnya Chapter 1 Part 4
Komentar
Posting Komentar
Tulis komentar