Langsung ke konten utama

Spy Room Volume 1 Chapter 1 Part 8

Chapter 1 : Ancaman (Part 8)



Dua belas tahun yang lalu―Selama masa invansi Kekaisaran Galgado, senjata yang sangat bertentangan dengan nilai kemanusiaan telah digunakan.

Itu adalah senjata yang sangat mematikan, tidak meninggalkan jejak seperti bom, tetap tertinggal di udara sampai angin berhembus―gas beracun.

Untuk menguji coba senjata itu, Kekaisaran Galgado memilih desa kecil yang bernama Republik Din sebagai tempat percobaan.

Dalam sekejap, desa yang kaya akan pertanian itu berubah menjadi neraka, ratusan penduduk kehilangan nyawa mereka tanpa mengetahui penyebabnya.

Kemudian, seorang tentara bergegas menuju tempat kejadian, setelah menerima informasi dari seorang mata-mata yang menemukannya.

Seorang gadis dengan keistimewaan tertentu, dapat bertahan hidup saat berada di ambang kematian.

***

Bahkan Klaus sekalipun, tidak akan bisa menghindari semburan gas beracun tiba-tiba.

Meskipun menyadarinya, dia tidak sempat melarikan diri. Jarak mereka berdua sangat dekat, dan Lily juga menahan kakinya. Dengan begini, gas beracun akan langsung masuk ke dalam tubuh Klaus melalui mulut dan hidung.

Wajah Klaus menjadi agak kaku, dia melempar Lily untuk menjauh darinya, tapi itu sudah terlambat. Efek racun ditubuhnya sudah mulai bekerja.

"Tidak mungkin... ini... racun pelumpuh...?"

Klaus memaksakan dirinya bicara, untuk menyimpulkan masalah yang dialaminya.

Klaus melihat ujung jarinya yang gemetaran, dengan panik dia menggunakan tangannya untuk menutup mulutnya. Tubuhnya mulai sempoyongan, dia tidak mampu lagi mempertahankan posisi duduknya, dan dia jatuh terbaring ke samping.

"Tidak mungkin... Menggunakan racun dalam bentuk gas sama saja dengan tindakan bunuh diri..."

"Racun ini, tidak akan bekerja padaku."

"...Apa maksudmu?"

"Aku adalah orang yang istimewa." Lily tertawa seolah-olah itu bukanlah hal yang penting.

Di tengah asap beracun yang bisa membuat seorang pria dewasa seperti Klaus tidak berdaya, hanya gadis ini yang mampu bersikap tenang.

"Jadi? Bahkan Sensei sekalipun tidak akan bisa melawan efek racun ini, kan?"

Dalam sekejap, gas beracun menyebar di udara.

Namun, itu sudah cukup untuk melumpuhkan Klaus.

Ketika dia berbaring miring di atas perahu, Klaus mencoba untuk menggerakkan satu persatu anggota tubuhnya dengan gemetaran.

Melihat itu, Lily tertawa bahagia.

"Ahahaha! Ini lebih mudah dari yang kuharapkan. Menipu mata-mata nomor satu."

Klaus gemetar dengan wajah pucat.

Sepertinya karena efek racun ini, dia tidak bisa bergerak sedikitpun.

Untuk mewujudkan situasi seperti ini, Lily menyusun beberapa langkah persiapan.

Dia mengundang Klaus pergi jalan-jalan untuk 'Refreshing', kemudian mengikuti arus secara alami, hingga tiba di tempat penyewaan perahu. Dia tidak mengucapkan kata [Danau] sampai menit terakhir, dan dia pun berhasil menipu Klaus.

Tidak peduli seberapa hebatnya dia sebagai mata-mata nomor satu, dia tidak akan bisa mengatasi situasi saat ini―ini adalah kemenangan yang sempurna.

"Hehe, sekarang waktunya untuk mengajukan beberapa ancaman, Sensei~"

"Jangan... bercanda..."

Klaus menunjukkan tatapan yang dingin.

"Kau... Apa tujuanmu...?"

"Aku ingin membuat perjanjian denganmu."

"Aku bisa berjanji jika hanya sebatas di mulut, berapa banyak perjanjian yang kau inginkan?"

"Tolong jangan mengatakan omong kosong itu. Aku cukup yakin dengan racunku sendiri, lho."

Lily bicara dengna suara yang manis, dan mengeluarkan senjata lain dari sakunya.

Sebuah jarum yang meneteskan cairan berwarna ungu.

"Ini racun spesialku―Bahkan pria dewasa sepertimu akan kehilangan kesadaran jika ditusuk dengan jarum ini."

"Apa...?"

"Kalau kamu menunjukkan sedikit saja perlawanan, aku akan menusukkan jarum ini padamu."

Aku akan membuatmu memenuhi perjanjian dariku.

Itulah yang ingin dicapai Lily, saat dia mendekatkan jarum itu ke mata Klaus. Racun itu sama dengan racun yang digunakan Lily kepada pencuri kemarin yang roboh dalam hitungan detik.

Meskipun sedang berada dalam bahaya, Klaus tidak bergerak. Tidak, lebih tepatnya dia tidak bisa bergerak.

Melihat ini semua, Lily tersenyum sekali lagi.

"Aku punya dua tuntutan. Pembubaran [Akari] serta keamanan anggota saat ini."

"....."

"Aku tidak ingin mati di bawah perintah instruktur yang tidak dapat mengajari kami dengan baik."

Kalau pria ini, dia pasti punya banyak uang dan koneksi yang bisa digunakan untuk kami.

Tidak ada cara bagi kami untuk bertahan hidup, selain bergantung padanya.

Mendengar ini, Klaus menunjukkan tatapan yang mengintimidasi.

"Hentikan lelucon ini... Kalau kau mendekat lebih dari ini, aku akan melawan balik."

"Tidak perlu berbohong. Kamu tidak akan bisa bergerak karena racun ini. Dan juga, kamu tidak punya senjata rahasia, kan?"

"Kenapa kau bisa mengetahuinya...?"

"Aku sudah memeriksanya. Ketika kamu menangkapku saat aku akan jatuh."

Ancaman setengah-setengah tidak akan berhasil. Karena itu, persiapan sangat diperlukan.

Mata Klaus terbuka lebar.

"Jadi saat kau tersandung di Kaede Yokochou, itu hanyalah aktingmu."

"Y-Ya, t-tentu saja, i-itu semua sesuai rencanaku..."

Itu murni kebetulan.

Sebenarnya, dia telah merencanakan pendekatan yang berbeda untuk memeriksa tubuh Klaus.

"P-Pokoknya, Sensei, kamu harus menuruti permintaanku."

Lily menaikkan dadanya dengan bangga, menggerakkan jarum lebih dekat kepada Klaus.

Dengan bakat dan keterampilan yang dimilikinya, dia berhasil menjatuhkan mata-mata nomor satu.

Inilah akhirnya.

"...Aku sudah terjebak."

Akhirnya, target menghentikan perlawanannya.

Dia mengambil nafas dalam-dalam dan mengalihkan matanya dengan penuh penyesalan.

"Racun pelumpuh ini sudah memenuhi tubuhku dalam beberapa detik. Sekarang yang bisa kugerakkan hanyalah ujung lidahku dan jari kakiku. Mustahil bagiku untuk berenang. Bahkan jika aku berteriak minta tolong, aku sedang berada di tengah danau. Tepat didepanku ada seorang mata-mata magang. Dan aku tidak bisa menemukan senjata tersembunyi di perahu sewaan ini. Ini benar-benar―"

"Checkout, ya."

"Maksudmu Checkmate."

Dia mengacaukan kalimat penentu.

Untungnya, Klaus tidak mempermasalahkannya.

"Tapi, ada satu hal yang tidak kumengerti." Kata Klaus.

"...Hm? Apa itu, walau sudah sejauh ini?"

"Sejak tadi, ini telah menjadi misteri untukku."

"Jadi, apa yang ingin kamu katakan?"

"Lily―"

Klaus membalikkan keraguan padanya.

"Berapa lama aku harus mengikuti permainanmu ini?"

Bersamaan dengan kata-kata ini, muncul dua perubahan.

"Eh?"

Yang pertama adalah kaki kanan Lily. Di kakinya terpasang sebuah belenggu.

Yang kedua adalah bagian bawah perahu. Ketika Lily melihatnya, perahu perlahan-lahan terisi dengan air.

Apa yang terjadi?―Lily berusaha memahami situasinya. Tampaknya Klaus sudah merentangkan kaki kirinya. Dengan pergerakan kakinya yang terbatas, dia mengaktifkan beberapa jenis perangkat.

"A-Apa ini?"

"Belenggu khusus untuk mengikat kaki. Selain itu, aku mencabut penyumbat perahu."

"Penyumbat...?"

"Perahu ini akan tenggelam, dalam waktu 8 menit. Begitu juga denganmu, rantai itu akan menarik kakimu ke bawah."

Akhirnya Lily menyadari situasinya.

Belenggu yang terpasang di kakinya terhubung dengan perahu. Sepertinya itu tersembunyi di bawah tempat duduknya, dia tidak menyadarinya karena dia terus duduk sepanjang waktu.

Dia buru-buru mengeluarkan alat pembuka kunci dari pakaian dan dengan panik memasukkannya ke dalam lubang kunci. Tapi sayangnya itu sia-sia. Dia tidak dapat memahami mekanisme lubang kunci itu. Dia menyerah untuk membuka lubang kunci, dan mulai fokus untuk menghancurkan rantai. Tapi, rantai besi yang tebal itu tidak bergeming sedikitpun.

"Kau tidak akan bisa melepasnya." Kata Klaus.

"Kuncinya tidak ada di sini. Dan dengan kemampuanmu saat ini, kau tidak akan bisa membuka belenggu itu. Jadi, apapun yang kau lakukan, kau akan tenggelam ke dasar danau."

"Tidak mungkin..."

"Kecuali aku membuka kuncinya untukmu."

"!!!"

"Beri aku penawarnya. Itulah persyaratanku."

Jadi itu yang kamu tuju. Lily menggigit bibirnya.

Namun, aku masih belum kalah sepenuhnya.

"M-Meski begitu, itu tidak masalah! Kalau kamu tidak ingin ditusuk dengan jarum beracun ini, maka―"

"Silahkan saja."

"Eh..."

"Kalau kau menusukku dengan jarum itu, maka aku akan pingsan, kan? Lalu siapa yang akan membuka belenggu itu untukmu?"

"Ugh..."

Kali ini, Lily terdiam.

Dia telah kehabisan langkah untuk menyerang.

Malahan, sekarang dialah orang yang terpojok.

Air danau tidak berhenti membanjiri perahu. Tidak lama lagi, tubuh Lily akan tenggelam ke danau bersama perahu itu.

Aku tidak terima ini―Padahal beberapa saat yang lalu, Lily berada di posisi yang unggul.

"Kenapa bisa begini...?"

Lily berteriak seperti anak yang sedang merajuk.

"Aku tidak memberitahu siapapun bahwa aku mengutak atik perahu ini! Kapan kamu punya waktu untuk memeriksanya? Semuanya berantakan!"

"Kemarin sore. Sangat jelas, bahwa kau bermain-main di danau ini."

"Secepat itukah...?"

"Danau Emai ini adalah salah satu tempat wisata yang populer di kota ini. Tapi, kemarin, ketika kau membicarakan tempat-tempat wisata yang terkenal di sekitar kota, kau tidak pernah menyebutkan tentang danau ini sekalipun. Apa alasannya? Kenapa kau tidak memberitahuku tempat ini jika kau ingin meyakinkanku pergi bersamamu? Itu terlalu mencurigakan."

Lily menyadari penyebab kekalahannya.

Dia terlalu waspada.

Dia memutuskan danau ini sebagai tempat untuk melancarkan serangannya. Agar tidak menimbulkan kecurigaan, dia menahan diri sebisanya untuk tidak menyebutkan danau ini sama sekali. Tapi, itu kesalahan yang fatal. Sesaat sebelum mengundang Klaus, dia telah menunjukkan sikap yang mencurigakan.

Dan ada satu hal yang sudah jelas.

Pria ini adalah mata-mata. Tentu saja dia mengetahui semua tempat wisata.

Tidak menyebutkan tentang danau di depan pria ini, akan membuatnya jadi curiga.

"Selain itu, ada banyak pengunjung di tepi Danau Emai. Jika aku ingin merencanakannya secara alami, aku akan membuat jebakan dengan menggunakan perahu sewaan."

"Tapi, tidak ada jaminan kita akan menggunakan perahu ini! Kita hanya kebetulan menggunakan―"

"Ya, perahu yang satu ini ditinggalkan secara kebetulan. Kau seharusnya mencurigai hal ini. Dengan pemandangan yang indah di tengah danau, dan semua pengunjung duduk di tepi danau, mengapa hanya perahu ini saja yang ditinggalkan?"

"Eh..."

"Lihatlah baik-baik posisi kakimu―dari sisi pendayung."

Mendengar kata-kata itu, Lily mencoba untuk melihatnya dengan teliti.

Kemudian dia menghela nafas yang berat.

Tepat di bawah kursi tempat dia duduk, ada sebuah peringatan yang ditulis dengan cat [Sedang dalam Perbaikan].

Ini aneh, kenapa aku tidak memperhatikannya sampai sekarang?

"Trik yang kekanak-kanakan."

Klaus mengatakan itu dengan tenggorokan yang kering.

"Peringatan ini hanya dilihat oleh pendayung. Itu merupakan titik buta dari sudut pandangmu. Tapi, itu sudah cukup bagi siapapun untuk tidak menggunakan perahu ini. Menyewa perahu sangat populer disini. Meski begitu, hanya perahu ini saja yang ditinggalkan di pantai."

Jika pria dan wanita menyewa perahu, sudah jelas pria yang akan berperan sebagai pendayung.

Sebagai pendayung, pria duduk di sisi yang akan melihat arah tujuan, dan wanita duduk di sisi yang berlawanan.

Jika ada sebuah tanda peringatan, hanya pria yang bisa melihatnya, sedangkan wanita tidak akan menyadarinya sama sekali.

Satu-satunya kesempatan Lily untuk menemukan tanda peringatan ini adalah.. ketika dia melangkahkan kaki ke atas perahu, tapi Klaus mencuri perhatiannya dengan mengulurkan tangan.

Itulah sebabnya, dia sama sekali tidak menyadari jebakan Klaus.

"Penjelasannya sudah berakhir. Lily―kau bahkan tidak pantas menjadi musuhku."

Melihat perbedaan besar kemampuan di antara mereka berdua, dengan frustasi Lily menggigit bibirnya.

"J-Jadi... rencanaku sudah terbongkar sejak awal..."

Aku tidak bisa menerima kenyataan ini.

Di saat itu pula, Klaus bergumam [Ya ampun] kemudian dia menghela nafas berat.

"Selain itu, kemarin, ketika kau datang ke kamarku, aku merasa kau akan menyerangku."

"Eh, apa alasannya...?"

Tidak peduli betapa hebatnya dirimu, itu terlalu cepat!

Mata Lily terbuka lebar, menunggu penjelasan Klaus selanjutnya.

"―Hanya firasatku saja."

"Bodohnya diriku mengharapkan penjelasan darimu, meskipun hanya sesaat!"

"Sudahlah, cepat beri aku penawarnya. Perahu ini akan segera tenggelam."

Dengan frustasi.. Lily berkata "Aku sangat kesal, tapi..." dia memasukkan tangannya ke dalam saku.

Tapi, dia segera menyadari ada sesuatu yang tidak beres.

"Eh...?"

"Hm? Ada apa?"

"Penawar racunnya... tidak ada..."

"Sudah cukup." Klaus mendesah sekali lagi. "Kita tidak punya waktu untuk lelucon itu. Kau hanya mempermalukan dirimu sendiri."

"Tidak, kamu salah... itu benar-benar tidak ada..."

"Kukatakan sekali lagi, aku tidak akan tertipu dengan kebohonganmu it―"

"Aku meninggalkannya di kamarku........."

"....................Hah?" Mata Klaus terbuka lebar.

Kali ini, reaksi terkejutnya melebihi reaksi yang dia tunjukkan ketika melihat Lily menyebarkan racun.

"......Pengguna racun melupakan penawarnya?"

"I-Itu karena aku sangat gugup... A-Aku tidak pandai menggunakan teknik menggoda."

"Teknik menggoda? Kapan kau melakukannya?"

"K-Kesampingkan hal itu... U-Um... Sensei~... apa kamu bisa membuka belenggu ini tanpa penawar racun?"

"Itu mustahil. Semua jariku gemetaran." Klaus memperhatikan tangannya sendiri. "Membuka kunci saja cukup sulit, apalagi berenang."

"Ahahaha, benar juga, ya."

"...................."

"...................."

Klaus hanya bisa diam tanpa kata, dia tidak karena efek racun.

Sedangkan Lily, kakinya terikat oleh rantai, dia tidak punya pilihan selain diam.

Ketika mereka berdua saling memandang, Plup, terdengar suara air yang tidak menyenangkan.

Itu merupakan tanda bahwa perahu yang mereka naiki akan segera tenggelam.

"...Lily, ini perintah."

"...Ya."

"Dayunglah perahu ini seolah hidupmu bergantung padanya." Klaus menyipitkan matanya. "Tidak―hidupmu benar-benar  bergantung padanya."

Dia mengoreksi kembali kata-katanya.

Dengan panik Lily meraih dayung dan berteriak..

"Tidaaaaaaaak! Aku tidak ingin matiiii..!"

Dia berteriak dengan keras dan mulai mendayung sekuat tenaga.

Di sisi lain, meskipun sama-sama berada dalam bahaya, Klaus bersikap tenang seperti biasa.

"Jangan khawatir. Tadi aku memang bilang kita punya waktu 8 menit, tapi itu bohong."

"Benarkah~?"

"Ya, kita punya waktu 9 menit 5 detik."

"Aku tidak lega sedikitpun mendengarnya!"

"Lily, dayunglah seperti burung yang sedang terbang di awan―"

(Tl note : Klaus mengucapkan kata-kata istilah)

"Setidaknya, bantulah aku sedikit~!"

Padahal dialah orang yang membuat Klaus tidak bisa bergerak.

Dengan frustasi sekaligus amarah, Lily mendayung sekuat tenaga menuju pantai.

**

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Classroom of the Elite 2nd Year Volume 2

Volume 2 Ilustrasi Prolog Chapter 1 Part 1 Chapter 1 Part 2 Chapter 1 Part 3 Chapter 1 Part 4 Chapter 1 Part 5 Chapter 2 Part 1 Chapter 2 Part 2 Chapter 2 Part 3 Chapter 3 Part 1 Chapter 3 Part 2 Chapter 3 Part 3 Chapter 3 Part 4 Chapter 3 Part 5 Chapter 3 Part 6 Chapter 3 Part 7 Chapter 3 Part 8 Chapter 3 Part 9 Chapter 3 Part 10 Chapter 3 Part 11 Chapter 4 Part 1 Chapter 4 Part 2 Chapter 4 Part 3 Chapter 4 Part 4 Chapter 4 Part 5 Chapter 4 Part 6 Chapter 4 Part 7 Chapter 5 Part 1 Chapter 5 Part 2 Chapter 5 Part 3 Chapter 5 Part 4 Epilog [PDF] SS Amasawa Ichika SS Horikita Suzune SS Tsubaki Sakurako SS Shiina Hiyori

Classroom of the Elite 2nd Year Volume 1

Volume 1 Prolog Chapter 1 Chapter 2 Chapter 3 Chapter 4 Chapter 5 Part 1 Chapter 5 Part 2 Chapter 5 Part 3 Chapter 5 Part 4 Chapter 6 Part 1 Chapter 6 Part 2 Epilog SS Horikita Suzune SS Nanase Tsubasa I SS Nanase Tsubasa II SS Karuizawa Kei

Classroom of the Elite 2nd Year Volume 2 Chapter 1 Part 1

Chpater 1 : Perubahan dalam Kehidupan Sekolah (Part 1) Pada hari itu, Kelas 2-D menghadapi situasi aneh yang belum pernah terjadi sebelumnya. Teruhiko Yukimura berkali-kali menghentakkan kakinya, sambil melihat ke arah pintu masuk kelas. "Bisakah kamu tenang sedikit? Ini bahkan belum sampai 5 menit sejak Kiyopon pergi. Dia dipanggil oleh sensei, kan? Berarti dia tidak akan kembali dalam waktu dekat." Hasebe Haruka, teman sekelas sekaligus teman terdekat, berkata begitu kepada Yukimura. Sakura Airi dan Miyake Akito duduk di sebelahnya. "Aku sudah tenang... tidak perlu khawatir," jawab Yukimura. Meskipun dia berhenti menghentakkan kaki, tidak lama setelah itu dia kembali tegang. Diam-diam dia mulai menghentakkan kakinya ke atas dan ke bawah, hingga menggesek celananya. Yukimura berencana untuk bicara dengan Ayanokouji sepulang sekolah, tapi dia menundanya karena kehadiran Horikita. Kemudian dia mendengar dari gadis itu bahwa Chabashira memanggilny