Chapter 2 : Kerjasama (Part 2)
Saat Lily mengingat kembali asal mula situasi ini, bibir gadis berambut hitam berkedut ketika melihat ke arah kamar mandi. Jika diperhatikan dengan teliti, wajahnya yang cantik itu terlihat kelelahan.
"...Fufu, sampai segitunya mempermainkanku... Aku tidak akan menyerah begitu saja..."
"Sepertinya kamu mulai dendam padanya."
"Tentu saja. Kita sudah menyerangnya setiap hari, tapi dia seolah hanya bermain-main saja dengan kita."
Lima hari telah berlalu sejak pelatihan yang baru ditetapkan, tapi hasilnya adalah kekalahan berturut-turut di pihak para gadis.
Klaus tidak menunjukkan celah sedikitpun.
Bahkan ketika tidur, dia akan segera bangun begitu seorang gadis memasuki kamarnya. Jika memasang jebakan di lorong yang akan di lewatinya, dia akan menanganinya dalam beberapa detik. Dan jika menyerangnya secara langsung tanpa trik apapun, dia akan melecuti senjata mereka. Menguntit? Dia akan segera menyingkirkan mereka. Merayu? Gadis berambut hitam pernah mengundangnya, Sensei... Maukah kamu datang ke kamarku dan bersenang-senang di tempat tidurku malam ini?.. dia memang datang tapi dengan membawa sebuah papan catur, setelah menangani gadis-gadis yang bersembunyi di kamar tersebut, dia mengalahkan gadis berambut hitam dalam permainan catur.
Pada awalnya, gadis-gadis itu menyerangnya sebagai bagian dari pelatihan, tapi setiap kali mereka dikalahkan, Klaus mengucapkan kata-kata yang dingin.. Ini bahkan belum cukup untuk bermain bersamaku ..perkataannya ini membuat mereka semakin kesal dengannya. Para gadis itu mulai menunjukkan permusuhan pada Klaus.
(―Pria sombong ini, aku akan membuatnya menarik kembali perkataannya!)
Karena mereka tidak punya lagi metode yang lain, mereka memutuskan untuk menyerang Klaus ketika sedang mandi.
"Tapi, kita beruntung Sensei sedang mandi sekarang."
Tiba-tiba Lily mengungkapkan pemikirannya.
Menanggapi itu, gadis berambut hitam mengibaskan rambutnya ke belakang.
"Sebenarnya, aku pura-pura membuat kopi untuk Sensei, kemudian aku memanggilnya."
"Ooh, setelah Sensei datang, kamu menumpahkan kopi itu padanya dengan sengaja ya."
"Fufu, pria itu makhluk sederhana. Saat ini, Sensei pasti sedang membayangkan fantasi mesum untuk menghukum kesalahanku. Otaknya dipenuhi dengan penampilanku yang memakai pakaian pelayan dan meminta maaf padanya dengan berkata.. 'Maafkan aku... Tuan...' sambil memamerkan dadaku dan bertingkah genit..."
"O-Oh? Aku tidak begitu mengerti, tapi sepertinya itu adalah rencana orang dewasa."
Lily tidak mengerti setengah dari perkataan gadis berambut hitam itu, dia hanya mengedipkan matanya dengan rasa kagum.
"Lily, jangan percaya begitu saja padanya. Dia mungkin melihat pria dengan pandangan yang aneh."
Gadis berambut putih disampingnya memberi jawaban yang dibutuhkan tanpa menahan diri.
Mendengar itu, gadis berambut hitam terbatuk.
"Bagaimana denganmu, apa kamu sudah menyelesaikan pekerjaanmu?"
"Tentu saja. Aku sudah mencurinya dari sakunya."
Dengan sombong, gadis berambut putih menunjukkan kunci di tangannya.
"Bagus~" gadis berambut hitam itu tersenyum.
"Selama dia mandi, kita akan memadamkan lampu, menutup jendela, kemudian tiga orang gadis akan masuk ke kamar mandi itu. Tidak diragukan lagi, dia pasti akan panik. Aku menantikannya."
Gadis berambut hitam itu mengucapkan kata-kata yang kurang bermoral dengan percaya diri.
"...Sepuluh detik lagi."
Bersamaan dengan kata-kata gadis itu, tim penyerang yang terdiri dari Lily dan dua gadis lainnya, menutup mata mereka. Setelah 10 detik, mata akan terbiasa dengan kegelapan.
―Operasi, dimulai!
Tepat setelah mereka membuka mata, lampu di kamar mandi padam.
Para gadis itu bergegas menuju kamar mandi.
Dengan mata yang sudah terbiasa dengan kegelapan, mereka tiba ke kamar mandi tanpa ada masalah.
Gadis berambut putih adalah orang pertama yang mencapai pintu kamar mandi. Seperti yang sudah diperkirakan, pintu itu terkunci. Dia memasukkan kunci yang dicurinya sebelumnya ke dalam lubang kunci pintu tersebut.
"Eh?"
Tangannya terhenti.
"Cepatlah." Seru Gadis berambut hitam.
"Kunci pintu ini tidak mau terbuka. Ini aneh. Apa aku salah ambil kunci?"
"Hah?"
"Apa boleh buat. Kita hancurkan pintunya."
"Apa kamu serius!?"
Gadis berambut putih menendang pintu dengan keras, pintu itu hancur dan jatuh ke lantai. Tidak peduli dengan kesulitan memperbaikinya nanti, gadis-gadis menyerbu kamar mandi.
Ukuran kamar mandi itu sekitar 10 meter persegi.
Lily segera menemukan Klaus yang sedang berdiri tegak sambil memegang sabun.
Untungnya, kegelapan ini membuat Lily tidak bisa melihat selangkangannya dengan jelas.
Dia agak khawatir kehilangan waktu yang singkat ini, tapi mata Klaus seharusnya belum terbiasa dengan kegelapan.
Namun saat dia akan menahan pergerakannya, itu terjadi―
"Wah!" Klaus berteriak keras.
Selain sikapnya yang berbeda dari biasanya, suara Klaus bergema di kamar mandi yang gelap ini.
Ini membuat gadis-gadis itu menjadi goyah.
Klaus menggunakan kesempatan ini untuk melempar sabun yang ada di tangannya.
Dengan lemparan yang akurat, sabun itu mendarat tepat di kaki Lily, membuatnya tergelincir.
"Ehhh!?" Tubuh Lily terangkat ke udara, "Uwaaaa!?" lalu dia menabrak dua gadis lainnya dan mereka semua jatuh bersama.
Setelah jatuh, mereka menyadari bahwa lantai kamar mandi sangat licin karena shampo yang berserakan di sana.
Ketiga penyerang itu terbaring di lantai kamar mandi.
Setelah membentur dinding dan berhenti, ketiga gadis itu mencoba untuk bangkit, tapi di tengah kegelapan ini, mereka tidak tahu dimana posisi masing-masing, kaki mereka saling tersangkut dan mereka pun jatuh sekali lagi.
"T-Tenanglah, kalian berdua!" Seru gadis berambut hitam. "Target tidak punya senjata, ataupun pakaian! Kita masih punya kesempatan!"
"Menakjubkan."
Dengan banyak ruang untuk bergerak, Klaus mendekati jendela. Gadis yang berada di atap telah menutup jendela. Tapi, Klaus menghancurkan penutup bagian bawah jendela itu dengan telapak tangannya.
Sinar matahari bersinar melalui jendela, dan menghilangkan kegelapan di kamar mandi.
"Hati yang tak tergoyahkan itu memang luar biasa. Tapi, tidak punya kecerdikan."
Klaus berdiri tegak dengan matahari yang menyinari punggungnya.
Dalam keadaan telanjang bulat.
"Kalian harus seperti binatang buas dalam memperlakukan target. Seperti mendekati rusa yang melewati padang rumput, mengamati tupai yang bersiap untuk musim dingin. Kalian belum mencapai level untuk bisa menangani misi mustahil."
"...Pertama-tama, pakai handukmu dulu." Teriak gadis berambut putih.
"Seperti yang kau tahu. Seorang mata-mata terlatih tidak akan terganggu melihat target yang telanjang."
"Pakai handuk."
"Malahan, kau tidak perlu malu, melihat aku te―"
"Pakai handuk."
Klaus memakaikan handuk di pingganggnya.
Untuk sesaat, Lily merasa telah melihat ekspresi kecewa di wajahnya.
"―Ada beberapa poin peningkatan, tapi upaya pendekatan itu sendiri tidak begitu buruk. Serang aku lagi dalam 12 jam kedepan."
Gadis berambut hitam tersenyum lembut.
"Ara, apa kamu pikir kamu dapat melarikan diri? Pintu kamar mandi ini memang hancur, tapi pintu ruang ganti memiliki kunci angka."
"Biasanya, aku akan menanyai kalian para gadis."
Klaus berjalan melewati gadis-gadis itu, lalu meraih pintu ruang ganti.
"Untungnya, aku punya master key."
Kuncinya terbuka dalam sekejap.
Klaus berjalan ke luar tanpa menjelaskan alasan kunci utama dapat digunakan pada kunci angka, gadis-gadis itu pun terdiam, kemudian dia berbalik sekali lagi.
"Ah, aku lupa memberitahu kalian."
"Hm?"
"Aku tidak keberatan jika penyerangan ini adalah bagian dari pelatihan. Tapi, jadikan ini yang terakhir kalinya kalian menyerangku saat mandi karena motif yang tidak murni."
"Tidak ada dari kami yang punya motif seperti itu!"
Mereka tidak tahu apakah Klaus serius atau tidak, tapi kata-katanya itu mengukir penghinaan pada gadis-gadis itu, mereka hanya bisa menghela nafas panjang.
Dengan demikian, para gadis telah menderita kekalahan yang berturut-turut.
"...Fufu, sampai segitunya mempermainkanku... Aku tidak akan menyerah begitu saja..."
"Sepertinya kamu mulai dendam padanya."
"Tentu saja. Kita sudah menyerangnya setiap hari, tapi dia seolah hanya bermain-main saja dengan kita."
Lima hari telah berlalu sejak pelatihan yang baru ditetapkan, tapi hasilnya adalah kekalahan berturut-turut di pihak para gadis.
Klaus tidak menunjukkan celah sedikitpun.
Bahkan ketika tidur, dia akan segera bangun begitu seorang gadis memasuki kamarnya. Jika memasang jebakan di lorong yang akan di lewatinya, dia akan menanganinya dalam beberapa detik. Dan jika menyerangnya secara langsung tanpa trik apapun, dia akan melecuti senjata mereka. Menguntit? Dia akan segera menyingkirkan mereka. Merayu? Gadis berambut hitam pernah mengundangnya, Sensei... Maukah kamu datang ke kamarku dan bersenang-senang di tempat tidurku malam ini?.. dia memang datang tapi dengan membawa sebuah papan catur, setelah menangani gadis-gadis yang bersembunyi di kamar tersebut, dia mengalahkan gadis berambut hitam dalam permainan catur.
Pada awalnya, gadis-gadis itu menyerangnya sebagai bagian dari pelatihan, tapi setiap kali mereka dikalahkan, Klaus mengucapkan kata-kata yang dingin.. Ini bahkan belum cukup untuk bermain bersamaku ..perkataannya ini membuat mereka semakin kesal dengannya. Para gadis itu mulai menunjukkan permusuhan pada Klaus.
(―Pria sombong ini, aku akan membuatnya menarik kembali perkataannya!)
Karena mereka tidak punya lagi metode yang lain, mereka memutuskan untuk menyerang Klaus ketika sedang mandi.
"Tapi, kita beruntung Sensei sedang mandi sekarang."
Tiba-tiba Lily mengungkapkan pemikirannya.
Menanggapi itu, gadis berambut hitam mengibaskan rambutnya ke belakang.
"Sebenarnya, aku pura-pura membuat kopi untuk Sensei, kemudian aku memanggilnya."
"Ooh, setelah Sensei datang, kamu menumpahkan kopi itu padanya dengan sengaja ya."
"Fufu, pria itu makhluk sederhana. Saat ini, Sensei pasti sedang membayangkan fantasi mesum untuk menghukum kesalahanku. Otaknya dipenuhi dengan penampilanku yang memakai pakaian pelayan dan meminta maaf padanya dengan berkata.. 'Maafkan aku... Tuan...' sambil memamerkan dadaku dan bertingkah genit..."
"O-Oh? Aku tidak begitu mengerti, tapi sepertinya itu adalah rencana orang dewasa."
Lily tidak mengerti setengah dari perkataan gadis berambut hitam itu, dia hanya mengedipkan matanya dengan rasa kagum.
"Lily, jangan percaya begitu saja padanya. Dia mungkin melihat pria dengan pandangan yang aneh."
Gadis berambut putih disampingnya memberi jawaban yang dibutuhkan tanpa menahan diri.
Mendengar itu, gadis berambut hitam terbatuk.
"Bagaimana denganmu, apa kamu sudah menyelesaikan pekerjaanmu?"
"Tentu saja. Aku sudah mencurinya dari sakunya."
Dengan sombong, gadis berambut putih menunjukkan kunci di tangannya.
"Bagus~" gadis berambut hitam itu tersenyum.
"Selama dia mandi, kita akan memadamkan lampu, menutup jendela, kemudian tiga orang gadis akan masuk ke kamar mandi itu. Tidak diragukan lagi, dia pasti akan panik. Aku menantikannya."
Gadis berambut hitam itu mengucapkan kata-kata yang kurang bermoral dengan percaya diri.
"...Sepuluh detik lagi."
Bersamaan dengan kata-kata gadis itu, tim penyerang yang terdiri dari Lily dan dua gadis lainnya, menutup mata mereka. Setelah 10 detik, mata akan terbiasa dengan kegelapan.
―Operasi, dimulai!
Tepat setelah mereka membuka mata, lampu di kamar mandi padam.
Para gadis itu bergegas menuju kamar mandi.
Dengan mata yang sudah terbiasa dengan kegelapan, mereka tiba ke kamar mandi tanpa ada masalah.
Gadis berambut putih adalah orang pertama yang mencapai pintu kamar mandi. Seperti yang sudah diperkirakan, pintu itu terkunci. Dia memasukkan kunci yang dicurinya sebelumnya ke dalam lubang kunci pintu tersebut.
"Eh?"
Tangannya terhenti.
"Cepatlah." Seru Gadis berambut hitam.
"Kunci pintu ini tidak mau terbuka. Ini aneh. Apa aku salah ambil kunci?"
"Hah?"
"Apa boleh buat. Kita hancurkan pintunya."
"Apa kamu serius!?"
Gadis berambut putih menendang pintu dengan keras, pintu itu hancur dan jatuh ke lantai. Tidak peduli dengan kesulitan memperbaikinya nanti, gadis-gadis menyerbu kamar mandi.
Ukuran kamar mandi itu sekitar 10 meter persegi.
Lily segera menemukan Klaus yang sedang berdiri tegak sambil memegang sabun.
Untungnya, kegelapan ini membuat Lily tidak bisa melihat selangkangannya dengan jelas.
Dia agak khawatir kehilangan waktu yang singkat ini, tapi mata Klaus seharusnya belum terbiasa dengan kegelapan.
Namun saat dia akan menahan pergerakannya, itu terjadi―
"Wah!" Klaus berteriak keras.
Selain sikapnya yang berbeda dari biasanya, suara Klaus bergema di kamar mandi yang gelap ini.
Ini membuat gadis-gadis itu menjadi goyah.
Klaus menggunakan kesempatan ini untuk melempar sabun yang ada di tangannya.
Dengan lemparan yang akurat, sabun itu mendarat tepat di kaki Lily, membuatnya tergelincir.
"Ehhh!?" Tubuh Lily terangkat ke udara, "Uwaaaa!?" lalu dia menabrak dua gadis lainnya dan mereka semua jatuh bersama.
Setelah jatuh, mereka menyadari bahwa lantai kamar mandi sangat licin karena shampo yang berserakan di sana.
Ketiga penyerang itu terbaring di lantai kamar mandi.
Setelah membentur dinding dan berhenti, ketiga gadis itu mencoba untuk bangkit, tapi di tengah kegelapan ini, mereka tidak tahu dimana posisi masing-masing, kaki mereka saling tersangkut dan mereka pun jatuh sekali lagi.
"T-Tenanglah, kalian berdua!" Seru gadis berambut hitam. "Target tidak punya senjata, ataupun pakaian! Kita masih punya kesempatan!"
"Menakjubkan."
Dengan banyak ruang untuk bergerak, Klaus mendekati jendela. Gadis yang berada di atap telah menutup jendela. Tapi, Klaus menghancurkan penutup bagian bawah jendela itu dengan telapak tangannya.
Sinar matahari bersinar melalui jendela, dan menghilangkan kegelapan di kamar mandi.
"Hati yang tak tergoyahkan itu memang luar biasa. Tapi, tidak punya kecerdikan."
Klaus berdiri tegak dengan matahari yang menyinari punggungnya.
Dalam keadaan telanjang bulat.
"Kalian harus seperti binatang buas dalam memperlakukan target. Seperti mendekati rusa yang melewati padang rumput, mengamati tupai yang bersiap untuk musim dingin. Kalian belum mencapai level untuk bisa menangani misi mustahil."
"...Pertama-tama, pakai handukmu dulu." Teriak gadis berambut putih.
"Seperti yang kau tahu. Seorang mata-mata terlatih tidak akan terganggu melihat target yang telanjang."
"Pakai handuk."
"Malahan, kau tidak perlu malu, melihat aku te―"
"Pakai handuk."
Klaus memakaikan handuk di pingganggnya.
Untuk sesaat, Lily merasa telah melihat ekspresi kecewa di wajahnya.
"―Ada beberapa poin peningkatan, tapi upaya pendekatan itu sendiri tidak begitu buruk. Serang aku lagi dalam 12 jam kedepan."
Gadis berambut hitam tersenyum lembut.
"Ara, apa kamu pikir kamu dapat melarikan diri? Pintu kamar mandi ini memang hancur, tapi pintu ruang ganti memiliki kunci angka."
"Biasanya, aku akan menanyai kalian para gadis."
Klaus berjalan melewati gadis-gadis itu, lalu meraih pintu ruang ganti.
"Untungnya, aku punya master key."
Kuncinya terbuka dalam sekejap.
Klaus berjalan ke luar tanpa menjelaskan alasan kunci utama dapat digunakan pada kunci angka, gadis-gadis itu pun terdiam, kemudian dia berbalik sekali lagi.
"Ah, aku lupa memberitahu kalian."
"Hm?"
"Aku tidak keberatan jika penyerangan ini adalah bagian dari pelatihan. Tapi, jadikan ini yang terakhir kalinya kalian menyerangku saat mandi karena motif yang tidak murni."
"Tidak ada dari kami yang punya motif seperti itu!"
Mereka tidak tahu apakah Klaus serius atau tidak, tapi kata-katanya itu mengukir penghinaan pada gadis-gadis itu, mereka hanya bisa menghela nafas panjang.
Dengan demikian, para gadis telah menderita kekalahan yang berturut-turut.
*
Komentar
Posting Komentar
Tulis komentar