Chapter 3 : Pengumpulan Informasi (Part 2)
Klaus sedang duduk di depan kanvas di dalam kamarnya.
"......................................"
Ini adalah rutinitasnya sehari-hari.
Selain pekerjaan, berlatih, dan memberi pelatihan khusus untuk para gadis, dia menghabiskan waktu untuk membuat lukisan dengan cat minyak, tapi sekarang tidak ada kemajuan sama sekali. Bahkan jika dia memegang kuas untuk melukis, dia tidak tahu bagaimana akan menggerakkan kuas itu di kanvas. Jika diperhatikan, ujung kuas akan mengering setiap kali dia melukis.
Sebenarnya dia sudah tahu alasannya tidak berkembang.
Pada hari datangnya berita tentang kehancuran [Homura]―dia merasa kehilangan sesuatu yang berharga dalam hidupnya.
Semenjak itu, lukisannya tidak berkembang sediktipun.
Dalam dunia seni, ada tipe orang yang melukis dengan menggunakan teori, dan tipe orang yang melukis dengan menggunakan perasaan, tidak perlu dikatakan lagi bahwa Klaus termasuk tipe yang kedua. Begitu tersandung satu kali, sulit untuk keluar dari keterpurukan itu. Malahan saat ini, hati Klaus seakan tidak berfungsi lagi.
Dia menjadi tidak sabaran.
Itu menunjukkan seberapa besar keinginannya untuk mengerjakan misi ini.
Misi yang merenggut keluargaku...
Dia adalah seorang yatim piatu. Pada saat dia mulai bisa mengingat, dia sudah tinggal di kota yang disebut sebagai kota kemiskinan. Dia bahkan dihindari oleh sekelompok anak yatim lainnya, dan menghabiskan hari-hari dalam kesendirian. Arti kehidupannya saat itu seharusnya sudah menghilang.
Namun, secara kebetulan dia bertemu dengan Guido, dan diundang ke dalam tim [Homura].
[Klaus―Ini akan menjadi nama barumu. Aku akan membesarkanmu menjadi mata-mata]
Saat dia memejamkan mata, suara pria itu bergema di dalam benaknya.
[Di sana ada tempat tidur yang hangat, makanan, dan kamar mandi. Dan yang paling penting dari itu semua, kau akan memiliki rekan]
[Rekan-rekanmu akan mengajari setiap teknik dan keterampilan. Walau mungkin agak sedikit ketat]
[Meskipun kebanyakan dari mereka adalah orang-orang aneh, dan selalu melakukan hal bodoh. Suatu hari nanti, kau pasti akan menganggap mereka sebagai keluargamu, bagaimana?]
Persis seperti yang dikatakan Guido.
Bagi Klaus, anggota yang tinggal di Istana Kagerou bersamanya itu sudah seperti keluarga.
Bagaimanapun, aku akan menyelesaikan misi ini―
Mengingat kembali masa lalu seolah membalikkan halaman buku yang tebal, dia memanjakan dirinya dalam sentimental.
Setelah mengenang masa lalu sekilas, terdengar suara ketukan pintu.
Sebelum dia memberi jawaban, Lily menampakkan wajahnya.
"Hei, Sensei, Sensei, apa kamu sudah memutuskan strategi untuk operasi ini?"
"Daripada itu―"
Klaus berdiri dan menjauh dari kanvas.
"―Apa kau benar-benar tidak keberatan? Saat kita pertama kali bertemu, kau berkata padaku bahwa kau tidak ingin mati. Kupikir kau akan mempertimbangkannya sekali lagi."
"Eh, sebuah pertanyaan balasan?"
Lily menunjukkan lidahnya, lalu dia duduk di kursi.
Baru-baru ini, para gadis menunjukkan sikap yang santai di hadapan Klaus. Sepanjang waktu, mereka mendatanginya dengan pisau, itu sebabnya mereka merasa tidak perlu menahan diri.
"Hmm, entah kenapa... aku tidak bisa menjelaskannya dengan baik."
Lily menggaruk pipinya.
"...Sensei, jangan terkejut ya."
"Jadi apa?"
"Sebenarnya, aku punya kepribadian yang egois."
"Di bagian yang mana aku harus terkejut?"
"Dengarkan aku dulu, saat di sekolah pelatihan, aku selalu berkata "aku ingin berkembang, dan aktif berpartisipasi!" serta "aku ingin dipuji", tapi aku tidak punya tujuan apapun. Bahkan ketika aku datang ke sini, dan menerima gelar pemimpin, aku hanya menggunakannya untuk kepuasan diriku sendiri."
Lily mengeluarkan batuk kecil dan menatap langit-langit.
"Tapi baru-baru ini, kalau itu demi rekan-rekanku, aku ingin menjadi pemimpin yang lebih baik..."
"Hoo..."
Ini hal yang tidak terduga.
Selama tidak ada keperluan dengan para gadis itu, Klaus tidak akan berbicara dengan mereka. Tanpa sepengetahuannya, sesuatu yang baru telah menggerakkan hati Klaus.
Pada saat yang sama, Lily mengguncang tubuhnya.
"Ugh.. jika aku berbicara dengan serius selama 30 detik, tubuhku akan terasa tertekan."
"Itu bukan sifat yang baik untuk dimiliki."
"Ngomong-ngomong, tentang misi ini... Kamu tidak perlu lagi meminta klarifikasi setelah sejauh ini. Itu tidak ada gunanya."
Lily mengalihkan pembicaraan untuk menyembunyikan rasa malunya.
Pipinya terlihat agak kemerahan. Sepertinya dia benar-benar merasa malu.
"... Kurasa itu benar. Sekarang aku hanya perlu memikirkan strategi."
Murid yang pertama kali mendapat pelatihan darinya, telah menunjukkan perkembangan yang pesat.
Klaus mengangkat jari telunjuknya, lalu mengarahkannya ke kanan dan ke kiri sesuai dengan perkataannya.
"Kalian akan menyusup ke dalam fasilitas penelitian itu dari timur. Sedangkan aku akan menyusup dari barat."
"Hehe, aku mengerti~"
Klaus tidak menyebutkan strateginya dengan spesifik, dia hanya memberi instruksi sederhana.
"Kita akan mengumpulkan informasi sebelum batas waktunya habis. Aku mengandalkanmu, ketua."
Ini adalah kata-kata yang sangat ingin di dengar oleh Lily.
"Ini akan menjadi debut Lily-chan yang genius~" kata Lily dengan gembira, lalu dia keluar dari ruangan itu.
Klaus sedang duduk di depan kanvas di dalam kamarnya.
"......................................"
Ini adalah rutinitasnya sehari-hari.
Selain pekerjaan, berlatih, dan memberi pelatihan khusus untuk para gadis, dia menghabiskan waktu untuk membuat lukisan dengan cat minyak, tapi sekarang tidak ada kemajuan sama sekali. Bahkan jika dia memegang kuas untuk melukis, dia tidak tahu bagaimana akan menggerakkan kuas itu di kanvas. Jika diperhatikan, ujung kuas akan mengering setiap kali dia melukis.
Sebenarnya dia sudah tahu alasannya tidak berkembang.
Pada hari datangnya berita tentang kehancuran [Homura]―dia merasa kehilangan sesuatu yang berharga dalam hidupnya.
Semenjak itu, lukisannya tidak berkembang sediktipun.
Dalam dunia seni, ada tipe orang yang melukis dengan menggunakan teori, dan tipe orang yang melukis dengan menggunakan perasaan, tidak perlu dikatakan lagi bahwa Klaus termasuk tipe yang kedua. Begitu tersandung satu kali, sulit untuk keluar dari keterpurukan itu. Malahan saat ini, hati Klaus seakan tidak berfungsi lagi.
Dia menjadi tidak sabaran.
Itu menunjukkan seberapa besar keinginannya untuk mengerjakan misi ini.
Misi yang merenggut keluargaku...
Dia adalah seorang yatim piatu. Pada saat dia mulai bisa mengingat, dia sudah tinggal di kota yang disebut sebagai kota kemiskinan. Dia bahkan dihindari oleh sekelompok anak yatim lainnya, dan menghabiskan hari-hari dalam kesendirian. Arti kehidupannya saat itu seharusnya sudah menghilang.
Namun, secara kebetulan dia bertemu dengan Guido, dan diundang ke dalam tim [Homura].
[Klaus―Ini akan menjadi nama barumu. Aku akan membesarkanmu menjadi mata-mata]
Saat dia memejamkan mata, suara pria itu bergema di dalam benaknya.
[Di sana ada tempat tidur yang hangat, makanan, dan kamar mandi. Dan yang paling penting dari itu semua, kau akan memiliki rekan]
[Rekan-rekanmu akan mengajari setiap teknik dan keterampilan. Walau mungkin agak sedikit ketat]
[Meskipun kebanyakan dari mereka adalah orang-orang aneh, dan selalu melakukan hal bodoh. Suatu hari nanti, kau pasti akan menganggap mereka sebagai keluargamu, bagaimana?]
Persis seperti yang dikatakan Guido.
Bagi Klaus, anggota yang tinggal di Istana Kagerou bersamanya itu sudah seperti keluarga.
Bagaimanapun, aku akan menyelesaikan misi ini―
Mengingat kembali masa lalu seolah membalikkan halaman buku yang tebal, dia memanjakan dirinya dalam sentimental.
Setelah mengenang masa lalu sekilas, terdengar suara ketukan pintu.
Sebelum dia memberi jawaban, Lily menampakkan wajahnya.
"Hei, Sensei, Sensei, apa kamu sudah memutuskan strategi untuk operasi ini?"
"Daripada itu―"
Klaus berdiri dan menjauh dari kanvas.
"―Apa kau benar-benar tidak keberatan? Saat kita pertama kali bertemu, kau berkata padaku bahwa kau tidak ingin mati. Kupikir kau akan mempertimbangkannya sekali lagi."
"Eh, sebuah pertanyaan balasan?"
Lily menunjukkan lidahnya, lalu dia duduk di kursi.
Baru-baru ini, para gadis menunjukkan sikap yang santai di hadapan Klaus. Sepanjang waktu, mereka mendatanginya dengan pisau, itu sebabnya mereka merasa tidak perlu menahan diri.
"Hmm, entah kenapa... aku tidak bisa menjelaskannya dengan baik."
Lily menggaruk pipinya.
"...Sensei, jangan terkejut ya."
"Jadi apa?"
"Sebenarnya, aku punya kepribadian yang egois."
"Di bagian yang mana aku harus terkejut?"
"Dengarkan aku dulu, saat di sekolah pelatihan, aku selalu berkata "aku ingin berkembang, dan aktif berpartisipasi!" serta "aku ingin dipuji", tapi aku tidak punya tujuan apapun. Bahkan ketika aku datang ke sini, dan menerima gelar pemimpin, aku hanya menggunakannya untuk kepuasan diriku sendiri."
Lily mengeluarkan batuk kecil dan menatap langit-langit.
"Tapi baru-baru ini, kalau itu demi rekan-rekanku, aku ingin menjadi pemimpin yang lebih baik..."
"Hoo..."
Ini hal yang tidak terduga.
Selama tidak ada keperluan dengan para gadis itu, Klaus tidak akan berbicara dengan mereka. Tanpa sepengetahuannya, sesuatu yang baru telah menggerakkan hati Klaus.
Pada saat yang sama, Lily mengguncang tubuhnya.
"Ugh.. jika aku berbicara dengan serius selama 30 detik, tubuhku akan terasa tertekan."
"Itu bukan sifat yang baik untuk dimiliki."
"Ngomong-ngomong, tentang misi ini... Kamu tidak perlu lagi meminta klarifikasi setelah sejauh ini. Itu tidak ada gunanya."
Lily mengalihkan pembicaraan untuk menyembunyikan rasa malunya.
Pipinya terlihat agak kemerahan. Sepertinya dia benar-benar merasa malu.
"... Kurasa itu benar. Sekarang aku hanya perlu memikirkan strategi."
Murid yang pertama kali mendapat pelatihan darinya, telah menunjukkan perkembangan yang pesat.
Klaus mengangkat jari telunjuknya, lalu mengarahkannya ke kanan dan ke kiri sesuai dengan perkataannya.
"Kalian akan menyusup ke dalam fasilitas penelitian itu dari timur. Sedangkan aku akan menyusup dari barat."
"Hehe, aku mengerti~"
Klaus tidak menyebutkan strateginya dengan spesifik, dia hanya memberi instruksi sederhana.
"Kita akan mengumpulkan informasi sebelum batas waktunya habis. Aku mengandalkanmu, ketua."
Ini adalah kata-kata yang sangat ingin di dengar oleh Lily.
"Ini akan menjadi debut Lily-chan yang genius~" kata Lily dengan gembira, lalu dia keluar dari ruangan itu.
***
Satu minggu kemudian, anggota [Akari] meninggalkan Istana Kagerou.
Saat masuk ke negara kekaisaran, mereka dibagi menjadi dua kelompok. Klaus dan beberapa gadis mendapatkan visa kerja sebagai seniman, sementara gadis-gadis yang lain, termasuk Lily, mendapatkan visa turis dimana mereka berperan sebagai putri orang kaya, yang datang untuk menonton langsung pertunjukan. Tentu saja, paspor yang mereka gunakan itu palsu.
Saat masuk ke negara kekaisaran, mereka dibagi menjadi dua kelompok. Klaus dan beberapa gadis mendapatkan visa kerja sebagai seniman, sementara gadis-gadis yang lain, termasuk Lily, mendapatkan visa turis dimana mereka berperan sebagai putri orang kaya, yang datang untuk menonton langsung pertunjukan. Tentu saja, paspor yang mereka gunakan itu palsu.
Saat di tempat pemeriksaan imigrasi, mereka diajukan beberapa pertanyaan. Seperti alasan berkunjung, tempat tinggal, mereka ditanya secara detail. Petugas di tempat itu ada dua orang. Satu dari biro imigrasi, orang yang mengajukan pertanyaan, dan satu lagi personil militer, orang yang mengawasi dengan ketat. Mungkin ini adalah tindakan pencegahan terhadap mata-mata. Semua barang bawaan mereka juga diperiksa secara menyeluruh. Seandainya mereka tidak mempersiapkan kebohongan ini sebelumnya, mereka sekarang pasti akan ditangkap.
Namun, ketika berhasil melintasi perbatasan dalam setengah hari, mereka dengan mudah menunjukkan sikap yang santai.
Tidak ada tanda-tanda di ikuti, dan bisa membeli tiket kereta dengan mudah. Bahkan, karyawan di toko dekat stasiun menunjukkan sikap yang ramah.
Gadis-gadis itu mengingat kembali pelajaran dari Klaus, cara berprilaku setelah berhasil masuk ke negara itu.
[Jika kalian bergerak tanpa ragu-ragu, kalian tidak perlu khawatir]
Tentu saja, penjelasan yang sederhana ini ditanggapi dengan keras oleh para gadis.
[Faktanya, begitu kalian memasuki negara itu, kalian bisa bergerak dengan bebas. Kalian tidak perlu terlalu waspada ketika berada di sana. Tapi kalian harus berhati-hati saat bertemu dengan pejabat tingkat tinggi]
[Kenapa, begitu...?]
[Bagi kalian yang tumbuh dalam dunia mata-mata, mungkin agak sulit untuk memahaminya, di mata publik, perang telah berakhir. Meskipun masih banyak orang yang memendam kebencian pada negara musuh, tapi mereka tidak berpikir bahwa mereka masih berperang dengan musuh. Tidak ada alasan bagi mereka untuk mengetahui pertarungan antara mata-mata]
[Entah kenapa, rasanya agak menyedihkan ya...]
[Tidak, ini yang terbaik. Lagipula ini adalah (perang bayangan)]
Setelah melintasi perbatasan, para anggota menaiki kereta.
Di sebelah Lily, ada sebuah keluarga yang duduk bersama. Mungkin mereka akan pergi ke pemakaman, setiap orang mengenakan pakaian serba hitam. Sepasang adik kakak dengan mata yang berbinar, menempelkan wajah mereka di jendela.
Bagi mereka, dunia ini telah damai.
Mereka hidup tanpa mengetahui apa yang telah dilakukan oleh para mata-mata di negara mereka. Menyuap politisi, memberikan uang kepada gangster, mengancam para peneliti, membunuh orang dan membuatnya terlihat seperti kecelakaan.
Mereka bahkan tidak menyadari ada mata-mata dari negara musuh yang duduk di sebelah mereka.
Dunia ini sangat aneh―pikir Lily.
Apa arti keberadaan kita sebagai mata-mata―ketika Lily sedang memikirkan hal itu, anak laki-laki di sebelahnya menjauh dari jendela, dan bergegas mendekatinya.
"Hei, Onee-chan, kau akan pergi kemana?"
"Hm? Aku ingin menonton pertunjukan dengan teman-temanku. Musikal yang populer di Ibukota Kekaisaran ini."
"Wow! Dimana kalian akan menginap?"
"Fufu, kamu terlihat lebih dewasa dibandingkan penampilanmu. Kamu tidak boleh dengan mudahnya menanyakan penginapan seorang gadis."
Ketika berbicara dengan anak kecil itu, Lily mulai memikirkan sesuatu.
Suatu hari nanti, aku ingin pergi liburan yang nyata dengan teman-temanku.
Lupakan [Perang Bayangan] dan tertawa bahagia, seperti anak kecil yang ada di hadapanku ini.
Ketika tiba di stasiun tempat tujuan, dia pura-pura tersesat dan duduk di bangku.
Sambil membuka peta dengan gadis lain, seorang pria duduk di belakangnya.
"Dari sini kita akan bergerak secara terpisah."
Pria di belakangnya berbicara tanpa melihat ke arahnya.
"Kita akan bergerak sesuai rencana. Apa ada yang ingin kau katakan?"
"Kita bisa membicarakannya di pertemuan kita selanjutnya."
"Kau benar."
Setelah mengatakan ini, pria itu pergi dari sana.
Kemudian, Lily dan gadis lainnya pergi menuju penginapan yang sudah mereka putuskan.
Ini merupakan tanda dimulainya misi mustahil.
Namun, ketika berhasil melintasi perbatasan dalam setengah hari, mereka dengan mudah menunjukkan sikap yang santai.
Tidak ada tanda-tanda di ikuti, dan bisa membeli tiket kereta dengan mudah. Bahkan, karyawan di toko dekat stasiun menunjukkan sikap yang ramah.
Gadis-gadis itu mengingat kembali pelajaran dari Klaus, cara berprilaku setelah berhasil masuk ke negara itu.
[Jika kalian bergerak tanpa ragu-ragu, kalian tidak perlu khawatir]
Tentu saja, penjelasan yang sederhana ini ditanggapi dengan keras oleh para gadis.
[Faktanya, begitu kalian memasuki negara itu, kalian bisa bergerak dengan bebas. Kalian tidak perlu terlalu waspada ketika berada di sana. Tapi kalian harus berhati-hati saat bertemu dengan pejabat tingkat tinggi]
[Kenapa, begitu...?]
[Bagi kalian yang tumbuh dalam dunia mata-mata, mungkin agak sulit untuk memahaminya, di mata publik, perang telah berakhir. Meskipun masih banyak orang yang memendam kebencian pada negara musuh, tapi mereka tidak berpikir bahwa mereka masih berperang dengan musuh. Tidak ada alasan bagi mereka untuk mengetahui pertarungan antara mata-mata]
[Entah kenapa, rasanya agak menyedihkan ya...]
[Tidak, ini yang terbaik. Lagipula ini adalah (perang bayangan)]
Setelah melintasi perbatasan, para anggota menaiki kereta.
Di sebelah Lily, ada sebuah keluarga yang duduk bersama. Mungkin mereka akan pergi ke pemakaman, setiap orang mengenakan pakaian serba hitam. Sepasang adik kakak dengan mata yang berbinar, menempelkan wajah mereka di jendela.
Bagi mereka, dunia ini telah damai.
Mereka hidup tanpa mengetahui apa yang telah dilakukan oleh para mata-mata di negara mereka. Menyuap politisi, memberikan uang kepada gangster, mengancam para peneliti, membunuh orang dan membuatnya terlihat seperti kecelakaan.
Mereka bahkan tidak menyadari ada mata-mata dari negara musuh yang duduk di sebelah mereka.
Dunia ini sangat aneh―pikir Lily.
Apa arti keberadaan kita sebagai mata-mata―ketika Lily sedang memikirkan hal itu, anak laki-laki di sebelahnya menjauh dari jendela, dan bergegas mendekatinya.
"Hei, Onee-chan, kau akan pergi kemana?"
"Hm? Aku ingin menonton pertunjukan dengan teman-temanku. Musikal yang populer di Ibukota Kekaisaran ini."
"Wow! Dimana kalian akan menginap?"
"Fufu, kamu terlihat lebih dewasa dibandingkan penampilanmu. Kamu tidak boleh dengan mudahnya menanyakan penginapan seorang gadis."
Ketika berbicara dengan anak kecil itu, Lily mulai memikirkan sesuatu.
Suatu hari nanti, aku ingin pergi liburan yang nyata dengan teman-temanku.
Lupakan [Perang Bayangan] dan tertawa bahagia, seperti anak kecil yang ada di hadapanku ini.
Ketika tiba di stasiun tempat tujuan, dia pura-pura tersesat dan duduk di bangku.
Sambil membuka peta dengan gadis lain, seorang pria duduk di belakangnya.
"Dari sini kita akan bergerak secara terpisah."
Pria di belakangnya berbicara tanpa melihat ke arahnya.
"Kita akan bergerak sesuai rencana. Apa ada yang ingin kau katakan?"
"Kita bisa membicarakannya di pertemuan kita selanjutnya."
"Kau benar."
Setelah mengatakan ini, pria itu pergi dari sana.
Kemudian, Lily dan gadis lainnya pergi menuju penginapan yang sudah mereka putuskan.
Ini merupakan tanda dimulainya misi mustahil.
***
Selanjutnya Chapter 3 Part 3
Komentar
Posting Komentar
Tulis komentar