Langsung ke konten utama

Classroom of the Elite 2nd Year Volume 2 Chapter 1 Part 3

Chapter 1 : Perubahan dalam Kehidupan Sekolah (Part 3)



Setelah pembicaraan berakhir.

Para siswa meninggalkan ruang kelas, kami akan segera menyambut golden week.

Aku akan berterima kasih pada Horikita dan Yousuke di lain waktu. Mereka segera meninggalkan ruang kelas, sepertinya mereka memahami niatku. Horikita adalah orang pertama yang pergi, sementara Yousuke pergi bersama para gadis, dengan Kei sebagai pusat mereka. Sedangkan aku berbaur dalam kerumunan di koridor, setelah mengambil tasku.

Hari ini, dimana aku dinilai tinggi oleh teman sekelasku telah selesai... tapi situasinya sekarang tidak sesederhana itu.

Meskipun pernyataan itu cukup untuk membuat mereka memahami masalah utamanya, masalah pribadi agak sedikit berbeda.

Beberapa orang bergegas mengejarku. Aku tahu siapa orangnya tanpa perlu menoleh ke belakang, mereka adalah anggota grup Ayanokouji. Di antara mereka, langkah kaki orang yang paling depan terdengar intens. Aku tidak perlu berpikir keras untuk mengetahui seberapa besar rasa frustasi Keisei.

Aku pura-pura tidak menyadari mereka dan terus berjalan. Setelah beberapa saat, dia memanggil namaku.

"Kiyotaka!"

Aku memperlambat jalanku dan menoleh ke belakang.

Saat aku melihat mereka, mereka bertiga menunjukkan wajah yang kaku.

"Kamu pulang tanpa menyapa kami terlebih dulu, bukankah itu agak kejam?"

Haruka berkata begitu padaku. Dia adalah anggota yang paling blak-blakan dalam grup Ayanokouji.

Dia mengungkapkan apa yang ingin dikatakan oleh Keisei yang frustasi, dan Airi yang khawatir.

Keisei yang sebelumnya hampir melampiaskan amarahnya, sekarang dia sudah sedikit tenang, tampaknya cerita Horikita tadi berefek padanya.

Setelah menarik nafas, dia mengulangi pertanyaan yang sama dengan tadi.

"Mengapa kau tidak memberitahu kami sebelumnya...? Kalau kau memang menyembunyikan informasi seperti kata Horikita, apakah itu berarti kau tidak percaya pada kami?"

Meskipun dia mengakui pernyataan Horikita, dia terlihat masih kurang puas.

Mungkin ini juga berkaitan dengan belajar kelompok kami.

Keisei selalu serius mengajariku dengan ramah, aku seolah-olah menghancurkan perasaannya.

Haruka dan Airi juga sependapat dengannya, karena mereka juga mengetahui dengan jelas inti permasalahannya.

Cara termudah untuk menyelesaikan situasi ini adalah... menyalahkan Horikita.

Tapi aku tidak ingin berbuat seperti itu padanya, karena dia baru saja membantuku dari situasi krisis.

Tidak, ini adalah perasaan yang tidak diperlukan. Aku harus memikirkan masa depan.

Keisei adalah siswa yang pintar, dia bisa menilai situasi dengan cepat dan akurat. Tapi jika aku tidak memberinya jawaban yang positif, dia akan mengalami beban mental yang berat. Dan jika dia tidak bisa berfungsi dengan baik, dia akan merugikan kelas. Hal itu juga akan berdampak buruk pada Horikita yang saat ini sedang mengontrol kekuatan Kelas 2-D.

"Aku percaya pada kalian. Tapi menurutku, lebih baik aku tidak mengungkapkannya pada siapapun demi kelas di masa depan. Aku berusaha menahan keinginanku untuk memberitahu kalian dan tetap diam, sebab kalian adalah teman terdekatku."

Daripada menyalahkan orang lain, aku mengatakan pendapat pribadiku pada Keisei. Meskipun dia mendekatiku dengan agresif, dia tampak ragu untuk mengatakan apa yang ingin dia katakan karena Haruka telah mengatakannya, dia tidak punya pilihan selain mengesampingkan emosinya.

"Aku tahu kau marah atas kejadian ini. Bagaimanapun, ini terkait dengan anggota grup dan teman dekatmu, bahkan orang yang telah kau ajari. Aku benar-benar minta maaf."

Siapapun pasti akan merasa kesal jika orang yang dia ajari ternyata lebih hebat darinya.

Kurasa Haruka dan Airi juga berpikiran sama dengannya.

Setelah mendengar permintaan maafku, Haruka tidak mengatakan apapun.

Dia tetap diam, mungkin dia ingin membiarkan Keisei yang mengambil keputusan.

"Sejujurnya, aku masih merasa marah. Kau seharusnya memberitahuku sejak awal bahwa kau tidak perlu di ajari, harusnya kau bilang padaku bahwa kau bisa lulus ujian dengan mudah."

 "Kau benar."

Bagi Keisei, latar belakangku tidaklah penting.

Wajar jika dia ingin aku memberitahunya lebih awal tentang kemampuanku.

"Berdasarkan kata-kata Horikita, setelah ini kau akan terus menahan diri, kan? Kalau kau tidak mau memberitahu bidang apa yang kau kuasai dan tidak kau kuasai, aku tidak akan bisa mempercayaimu sepenuhnya."

Sepertinya mulai sekarang, Keisei akan terus meragukanku. Dia akan bertanya-tanya.. "Apa yang dikuasai orang ini, apa yang tidak dikuasai orang ini?"

Sebagai orang yang mengajari orang lain, dia akan berpikiran buruk terhadap orang seperti itu, yang berada di dekatnya.

"Aku ingin keluar dari grup―bohong jika aku bilang aku tidak berpikiran begitu."

"Apa kamu serius, Yukimuu?"

Haruka yang tetap diam sejauh ini, mulai bicara.

Lagipula, tidak mungkin dia akan terus diam setelah mendengar kata-kata Keisei tersebut.

"Ya, aku serius. Sebelum mendengar penjelasan Horikita, aku berniat keluar dari grup. Aku berpikir Kiyotaka sama sekali tidak bisa dipercaya. Tapi ... aku menyadari beberapa hal setelah berada di grup ini dalam waktu yang lama. Aku tahu Kiyotaka bukanlah orang yang jahat. Dia menyembunyikan kemampuannya demi kelas, aku tahu dia tidak ingin memberi tahu siapapun. Kiyotaka bisa mengatakan padaku bahwa dia tidak perlu bimbingan belajar, itu benar, tapi dia buruk dalam berkomunikasi, karena itulah dia tidak memberitahukannya. Aku mengerti itu."

Keisei mengepalkan tangannya dan bicara tanpa menyembunyikan apapun.

"Hanya saja... hanya saja... aku perlu waktu untuk merenungkannya."

Setelah mengatakan itu, Keisei menghela nafas berat.

"Terlalu memikirkan hal ini tidak ada gunanya... Pada akhirnya yang ingin kukatakan adalah... bagiku tidak masalah jika kau menyembunyikan kemampuanmu di bidang lain. Kau tidak menghambat kelas seperti Kouenji, jadi aku tidak berhak mengeluh padamu. Jika aku terus mendesakmu, keadaan akan jadi lebih buruk."

Keisei yang merasa paling tidak puas dan sangat meragukanku, memilih untuk menekan perasaannya itu demi grup Ayanokouji dan teman-teman sekelas.

"Dari sisi rasional aku sangat memahaminya, tapi dari sisi emosional aku tidak bisa menerimanya, itu sebabnya aku perlu waktu untuk merenungkannya. Kemudian, aku akan mencoba untuk menerima hal ini. Adapun hal lainnya, aku akan terus mengajarimu dan berasumsi kau berada di tingkat rata-rata. Apa itu tidak masalah bagimu?"

Dalam situasi dimana pertemanan kami bisa berakhir, ini jelas tawaran yang sangat berharga.

Tidak ada alasan bagiku untuk menolak. Aku langsung menganggukkan kepalaku dan menyetujuinya.

"Terima kasih, Keisei."

Aku memilih untuk mengucapkan terima kasih.

Airi yang telah diam sejauh ini, akhirnya mendapatkan keberanian untuk berbicara.

"B-Bagaimana kalau kalian berdua... saling berjabat tangan? Sebagai tanda telah berbaikan."

"Berjabat tangan!? Ide yang bagus!"

Mendengar saran Airi, Haruka menyatakan persetujuannya.

Merasakan suasana yang suram mulai berangsur menghilang, Keisei segera menggelengkan kepalanya.

"Itu memalukan, aku tidak mau melakukannya."

Haruka dengan cepat meraih tangan Keisei yang menolak, dan pada saat yang sama, dia juga meraih tanganku.

"Ok, berdamai!"

Dia mengatakan itu sambil menyatukan tangan kami, dan memaksa kami berjabat tangan.

Tangan kami berdua hanya saling bersentuhan, karena kami belum bersiap untuk berjabat tangan.

"Kalau kalian tidak mau berjabat tangan, aku tidak akan melepaskannya, mengerti?"

"Aku mengerti, aku mengerti...!"

Pada akhirnya Keisei menyerah, mungkin dia merasa bahwa ini memalukan karena dia belum bersiap untuk jabat tangan.

Dengan begitu, kami berdua saling berjabat tangan, menandakan kami telah berbaikan.

"Aku sudah tidak apa-apa dengan hal ini, tapi bagaimana dengan Akito? Dia masih belum mengetahuinya."

"Kalau Miyacchi, mungkin tidak akan begitu mempermasalahkannya. Dia akan menerima Kiyopon seperti biasa, ya kan?"

"... Ya, itu benar."

Keisei berpikir sejenak. Dia segera sampai pada kesimpulan yang sama setelah memikirkan kepribadian Akito.

"Yah, semuanya kembali seperti biasa. Rasanya beban berat yang ada di pundak kita telah menghilang, ya?"

"Benar~"

Haruka dan Airi saling menatap satu sama lain dan setuju akan hal itu.

"Bagaimanapun, dalam waktu singkat kamu menjadi terkenal, Kiyopon... Itu..."

Haruka menatapku dengan wajah serius, dia terlihat sedang memikirkan sesuatu.

Kami bertiga menunggunya untuk bicara, tapi sepertinya dia tidak akan mengatakan apa-apa.

"Ada apa, Haruka-chan?"

Airi merasa khawatir dan bertanya pada Haruka yang berhenti berjalan.

"Oh, ahh. Mm, tidak ada apa-apa. Ngomong-ngomong, kamu akan kesulitan sekarang karena kamu sudah jadi terkenal!"

Pada saat itu, dia kembali bicara seperti biasa, seolah-olah sebuah sihir telah dibatalkan.

"Bukankah mendapatkan nilai sempurna itu agak berlebihan? Bahkan Sakayanagi yang berada di urutan kedua di angkatan kita, mendapat nilai 91 poin."

Setelah mengakuiku, kekhawatiran Keisei berpaling ke hal lain.

"Mengenai Sakayanagi-san, dia mendapat nilai yang sama di semua mata pelajaran, kan?"

Airi berkata begitu.

Sakayanagi mendapat nilai 91 poin dalam mata pelajaran matematika, dan yang anehnya lagi, dia mendapat nilai yang sama di mata pelajaran lainnya. Jika mempertimbangkan kesulitan ujian itu, tidak diragukan lagi dia adalah siswa yang berbakat di bidang akademik. Di angkatan kami, dia jelas yang kedua setelahku. Yang paling mengesankan adalah dia tidak belajar di lingkungan yang luar biasa seperti White Room. Dalam hal itu, tidak berlebihan jika dia menyebut dirinya sendiri jenius.

"Dari awal aku tahu dia memang pintar, tapi sejak OAA dikenalkan, kemampuannya terlihat semakin jelas."

Meskipun Keisei sedikit keberatan mengatakan itu, dia mengakui dengan jujur kemampuan Sakayanagi.

Nilai Sakayanagi di masa lalu tidak perlu diragukan lagi, tapi nilainya yang sekarang telah mencapai tingkat yang berbeda.

Apa dia menahan diri sebelumnya? Atau dia mulai belajar di luar waktu sekolah?

Apapun penyebabnya, dia pasti akan menjadi lawan yang lebih berbahaya dari sebelumnya, dan terlebih lagi.. banyak lawan lain yang harus kami kalahkan.

"Bagaimana kalau kita bertemu di Keyaki Mall setelah aktifitas klub Miyacchi selesai? Sebagai tanda kita telah berbaikan."

Tidak ada satu pun dari kami yang menolak saran Haruka.

***

Komentar

EricSetiawan mengatakan…
Mantap min,ditunggu up selanjutnya ya😁
Unknown mengatakan…
Mantap...nunggu update slanjutnya
Unknown mengatakan…
semangat update nya min!!
Unknown mengatakan…
💟👍
X mengatakan…
haruka mau ngomong apaan tuh
Nirwansyah mengatakan…
Makin Menuju ke harem nih si ana 😁
Brian Torao mengatakan…
Cara termudah untuk menyelesaikan situasi ini adalah... menyalahkan Horikita. quote lainnya yg di tunggu dr mamang kiyopon
Unknown mengatakan…
Lanjutttt :))

Postingan populer dari blog ini

Classroom of the Elite 2nd Year Volume 2

Volume 2 Ilustrasi Prolog Chapter 1 Part 1 Chapter 1 Part 2 Chapter 1 Part 3 Chapter 1 Part 4 Chapter 1 Part 5 Chapter 2 Part 1 Chapter 2 Part 2 Chapter 2 Part 3 Chapter 3 Part 1 Chapter 3 Part 2 Chapter 3 Part 3 Chapter 3 Part 4 Chapter 3 Part 5 Chapter 3 Part 6 Chapter 3 Part 7 Chapter 3 Part 8 Chapter 3 Part 9 Chapter 3 Part 10 Chapter 3 Part 11 Chapter 4 Part 1 Chapter 4 Part 2 Chapter 4 Part 3 Chapter 4 Part 4 Chapter 4 Part 5 Chapter 4 Part 6 Chapter 4 Part 7 Chapter 5 Part 1 Chapter 5 Part 2 Chapter 5 Part 3 Chapter 5 Part 4 Epilog [PDF] SS Amasawa Ichika SS Horikita Suzune SS Tsubaki Sakurako SS Shiina Hiyori

Classroom of the Elite 2nd Year Volume 1

Volume 1 Prolog Chapter 1 Chapter 2 Chapter 3 Chapter 4 Chapter 5 Part 1 Chapter 5 Part 2 Chapter 5 Part 3 Chapter 5 Part 4 Chapter 6 Part 1 Chapter 6 Part 2 Epilog SS Horikita Suzune SS Nanase Tsubasa I SS Nanase Tsubasa II SS Karuizawa Kei

Classroom of the Elite 2nd Year Volume 2 Chapter 1 Part 1

Chpater 1 : Perubahan dalam Kehidupan Sekolah (Part 1) Pada hari itu, Kelas 2-D menghadapi situasi aneh yang belum pernah terjadi sebelumnya. Teruhiko Yukimura berkali-kali menghentakkan kakinya, sambil melihat ke arah pintu masuk kelas. "Bisakah kamu tenang sedikit? Ini bahkan belum sampai 5 menit sejak Kiyopon pergi. Dia dipanggil oleh sensei, kan? Berarti dia tidak akan kembali dalam waktu dekat." Hasebe Haruka, teman sekelas sekaligus teman terdekat, berkata begitu kepada Yukimura. Sakura Airi dan Miyake Akito duduk di sebelahnya. "Aku sudah tenang... tidak perlu khawatir," jawab Yukimura. Meskipun dia berhenti menghentakkan kaki, tidak lama setelah itu dia kembali tegang. Diam-diam dia mulai menghentakkan kakinya ke atas dan ke bawah, hingga menggesek celananya. Yukimura berencana untuk bicara dengan Ayanokouji sepulang sekolah, tapi dia menundanya karena kehadiran Horikita. Kemudian dia mendengar dari gadis itu bahwa Chabashira memanggilny