Langsung ke konten utama

Classroom of the Elite 2nd Year Volume 1 Chapter 4

Chapter 4 : Ujian Ichika



Ujian khusus telah memasuki hari ketiga yaitu Rabu hari ini.

Pada jam 8 pagi, OAA telah diperbarui untuk kedua kalinya, pilihan pasangan pasti sudah berkurang.

"34 pasangan sudah terbentuk, ya?"

Jika dihitung dari hari senin hingga sekarang, 56 pasangan sudah terbentuk.

Maksimal pasangan yang bisa dibentuk adalah 157 pasangan, itu berarti lebih dari 30% siswa telah memutuskan pasangan.

Sebagian besar siswa yang sudah berpasangan adalah siswa Kelas B. Dengan kata lain, banyak siswa yang telah bekerja sama dengan Ichinose.

Rupanya, siswa tahun pertama yang hadir di pertemuan pertukaran kemarin telah memikirkannya dengan matang dan memutuskan bekerja sama dengan Ichinose.

Pada dasarnya, dapat dipastikan bahwa sebagian besar siswa tahun pertama yang memiliki kemampuan akademik rendah bekerja sama dengan Ichinose dan pengikutnya.

Selain itu, transaksi poin sepertinya berhasil, karena beberapa nama siswa berbakat tahun pertama dan siswa Kelas C tahun kedua sudah menghilang dari daftar. Sedangkan di kelas kami, lima siswa termasuk Kushida sudah memutuskan pasangannya. Jika dilihat halaman Kelas B tahun pertama, Takuya Yagami juga sudah berpasangan. Kemungkinan besar dia berpasangan dengan Kushida.

Tapi, tidak ada seorangpun siswa di Kelas D tahun pertama yang memiliki pasangan.

Jika dilihat secara keseluruhan antara tahun kedua dan tahun pertama, ini sangatlah aneh.

Sudah waktunya, aku harus mulai bergerak atau aku akan terjebak.

Jika melihat nilaiku secara objektif, tidak banyak murid yang akan berkata [Mari kita berpasangan]. Itu wajar saja, karena mereka ingin berpasangan dengan siswa berbakat, tidak peduli siapapun itu. Tidak seperti siswa tahun kedua yang mampu mengambil tindakan, siswa tahun pertama tidak akan dapat memahaminya. Bahkan teman sekelas lebih dianggap sebagai saingan.

Setidaknya aku akan menunda pencarian pasangan sampai nama siswa berbakat menghilang dari daftar.

Karena ada kemungkinan Tsukishiro memberi instruksi kepada [dia] untuk tidak melewatkan kesempatan itu.

Tentu saja siswa yang ingin bekerja sama denganku, termasuk orang yang berbahaya bagiku.

Tapi jika aku ragu-ragu dan tidak segera memutuskan pasangan, kemungkinan untuk berpasangan dengan siswa dari Tsukishiro akan meningkat. Mungkin tidak mudah bagiku untuk memastikan identitas siswa tersebut.

Sulit untuk membayangkan tindakan yang akan dia lakukan.

Pada aplikasi OAA, aku bisa mengetahui nama, wajah dan nilai semua siswa, tapi aku tidak bisa mendapatakan petunjuk di aplikasi ini.

Jika 160 siswa tahun pertama adalah musuhku, sudah jelas itu akan menjadi jalan buntu dan aku tidak akan bisa melarikan diri.

Aku memikirkan sesuatu yang sangat konyol. Aku tidak yakin Tsukishiro bisa melakukan itu, tapi...

Tidak, tidak juga.

Yang penting sekarang, aku harus memikirkan cara untuk bertahan, meskipun semua orang di kelas satu adalah musuhku.

Dari 104 siswa yang tersisa, aku harus menemukan siswa yang aman untuk dijadikan pasangan.

Anak-anak yang dibesarkan di White Room tidak dibeda-bedakan melalui gender. (Tl : baik laki-laki ataupun perempuan mendapat perlakukan yang sama)

Pada dasarnya, kesetaraan gender berlaku di fasilitas itu, sehingga tidak mungkin untuk mempersempit tebakan dari situ.

Lalu, apa pengeceluaiannya? Salah satunya adalah [tipe tubuh].

Makanan yang disediakan di White Room memiliki gizi yang seimbang dan terkontrol. Intinya, anak-anak yang tumbuh di fasilitas itu tidak mungkin menjadi gemuk. Dengan kata lain, jika aku memilih siswa yang gemuk untuk menjadi pasanganku, aku bisa menghindari siswa dari White Room... Ide sederhana itu muncul dalam pikiranku.

Tapi pemikiranku ini belum tentu benar. Karena ada kemungkinan, siswa White Room sudah dipersiapkan berbulan-bulan untuk mengeluarkanku dari sekolah. Jika dipikirkan, bukanlah hal yang mustahil kalau siswa WR itu gemuk atau kurus.

Orang yang telah menjalani pendidikan dengan ketat, dapat melakukannya dengan mudah.

Tapi, aku tidak yakin siswa yang ukuran tubuhnya menyimpang dari standar akan dipilih untuk hal ini. Keseluruhan tubuh siswa di aplikasi OAA tidak bisa terlihat, tapi jika diperhatikan dengan teliti, hanya ada dua siswa tahun pertama yang memiliki tubuh yang gemuk.

Tidak mungkin untuk mengecualikan mereka berdua dari siswa yang dikirim ke Tsukishiro. Aku berasumsi tidak hanya siswa White Room yang dikirim kemari, ada kemungkinan seorang pembunuh telah masuk ke sekolah ini dan berbaur diantara siswa biasa.

Mungkin dia ditawari tempat yang lebih baik jika bisa mengeluarkanku dari sekolah.

Selanjutnya, bisakah aku menebaknya dari kemampuan akademik? Itu sulit.

Jika dia seorang siswa dari White Room, mudah baginya untuk mendapatkan nilai sempurna dalam ujian masuk sekolah. Mendapatkan penilaian akademik A atau A+ merupakan hal yang biasa. Dengan kata lain, dia bisa mengatur nilainya dengan bebas.

Aku yakin dia sudah diberitahu tentang pengenalan aplikasi OAA sebelum masuk sekolah ini...

Tidak mengherankan jika dia mendapatkan penilaian akademik E.

Dan juga, tidak mungkin untuk menebak kelasnya dengan metode yang sama, seperti Kelas A atau Kelas D.

Aku tahu itu, tidak ada satupun celah yang bisa dijadikan pilihan untuk menebak siswa White Room.

Apa yang harus kulakukan sekarang?

Tampaknya, aku memang harus melihat siswa secara langsung dan memastikannya. Jika aku yakin dia bukan musuh, aku akan berpasangan dengannya.

Aku akan menetapkan kebijakan itu untuk diriku sendiri.

Hari ini aku akan pergi ke sekolah, lalu makan sepulang sekolah. Di hari ini juga, aku akan menemui siswa tahun pertama sesuai urutan. Lalu, mulai dari siswa itu, aku akan berusaha untuk mendapatkan kerja sama dengan siswa tahun pertama yang lain. Karena tidak ada seorangpun yang kuyakini sebagai siswa yang dikirim kepadaku, aku tidak punya pilihan selain bertarung dengan elemen yang tidak bisa diintervensi secara kebetulan.

Kemampuan akademik C ini tidak cukup untuk dijadikan senjata, tapi aku yakin ada siswa yang mau berpasangan denganku. Beberapa orang akan muncul jika aku mencarinya.

***

Aku keluar dari asrama dan berangkat ke sekolah.

Aku langsung menemukan dua siswa perempuan tahun pertama yang sedang berjalan sambil mengobrol.

Namanya adalah Kurihara Haruhi dan Konisi Tetsuko. Mereka berdua adalah siswa Kelas A tahun pertama.

Sayangnya, merekrutnya menjadi pasangan adalah hal yang mustahil. Karena mereka berdua sudah memilih pasangan di hari pertama.

Yah, meskipun mereka memiliki pasangan, sebenarnya bukan masalah bagiku.

Sebaliknya, itu merupakan cara terbaik untuk mencari pasangan melalui mereka. Tapi entah kenapa, sulit bagiku untuk memanggil mereka...

Meski aku beralasan untuk mencari pasangan atas nama ujian khusus, aku tidak tahu bagaimana siswa laki-laki tahun kedua berbicara dengan dua orang siswa perempuan tahun pertama. Aku mencoba untuk memikirkan hal itu.

Apa aku harus mengatakan selamat pagi, lalu dengan berani memperkenalkan diri? Tidak, itu tidak mungkin. Aku tidak punya keberanian untuk berbicara seperti Yousuke.

Bagaimanapun, tidak ada alasan untuk mundur. Tidak baik jika aku ragu-ragu disini. Aku siap melakukannya, tapi.. apa sekarang waktunya sudah tepat? Kupikir, aku harus menunggu sampai percakapan mereka selesai, aku tidak mau mengganggu percakapan mereka yang terlihat menyenangkan.

"Selamat pagi, Ayanokouji-senpai."

Saat aku sedang mengamati situasi, aku mendengar seseorang memanggilku dari belakang.

Orang itu adalah Tsubasa Nanase, siswa tahun pertama yang bersama Housen tempo hari.

Dia menunjukkan senyum riangnya kepadaku.

"Ah, selamat pagi."

Aku tidak menyangka akan bertemu dengannya, jadi aku merasa sedikit bingung.



Nanase berjalan dengan kecepatan yang sama denganku.

Aku menunggu Nanase untuk berbicara terlebih dahulu, tapi percakapan dimulai dengan cara yang tidak terduga. Aku bersyukur dia menyelamatkanku yang kurang pandai berkomunikasi.

"Apa kamu punya urusan dengan mereka berdua? Haruskah aku memanggil mereka untukmu?"

Nanase menyarankan hal ini, mungkin karena dia berada di tahun yang sama dengan mereka berdua, tapi itu akan menjadi diskusi dengan tiga orang gadis. Itu akan membuatku semakin kesulitan.

"Tidak, tidak perlu."

"Benarkah?"

Aku tidak bisa menyebut pertemuan kami ini sebuah kebetulan. Ada kemungkinan dia meluangkan waktunya dan menungguku berangkat ke sekolah. Tidak hanya Nanase, tapi semua siswa yang berinisiatif untuk berbicara kepadaku dapat diasumsikan demikian, sama seperti Amasawa kemarin. Masalahnya bukan siswa yang berbicara kepadaku, melainkan siswa yang datang untuk berbicara kepadaku.

"Aku minta maaf atas kelakuan Housen tempo hari."

"Tidak apa-apa, aku tidak dirugikan secara langsung, jadi kau tidak perlu meminta maaf."

"Tapi kenyataannya dia memang menyebabkan masalah bagimu. Aku mengikutinya agar bisa menghentikan dia melakukan tindakan semacam itu, tapi... Bagaimana aku harus mengatakannya, ya? Aku merasa frustasi karena tidak bisa menghentikannya..."

Tidak seperti Housen yang bersikap kasar, Nanase berbicara dengan sopan dan ramah, serta memiliki keinginan yang kuat. Kemampuan akademiknya juga tinggi yaitu B, dia merupakan pasangan yang sempurna. Tidak mengherankan sama sekali jika banyak orang yang mengundangnya untuk menjadi pasangan, tapi sampai sekarang, dia belum berpasangan dengan siapapun.

Ada kemungkinan itu karena kebijakan Kelas D tahun pertama.

Selain kemampuan akademiknya, kemampuan fisik, kemampuan berpikir dan kontribusi sosialnya cukup tinggi. Sekilas, aku melihat tidak ada masalah dengan dirinya. Itu malah membuatku bertanya-tanya, kenapa dia ada di Kelas D?

Pada dasarnya, Kelas D dipenuhi oleh siswa yang bermasalah. Misalnya Yousuke dan Kushida, mereka tidak memiliki kecacatan di permukaan, tapi ketika mereka menunjukkan perasaan yang sebenarnya, jati diri mereka yang asli keluar dan sifat mereka berbeda dari biasanya.

Dengan kata lain, ada kemungkinan Nanase memiliki masalah tersembunyi yang tidak bisa dipungkiri. Tapi, belum tentu Kelas D tahun pertama ini menggunakan sistem yang sama dengan kelas kami.

Bagiku, aku tidak keberatan jika Nanase bermasalah dengan kepribadian dan nilai lainnya. Aku tidak peduli jika dia ingin berpasangan atau meminta kerja sama, yang terpenting bagiku adalah.. apakah Tsubasa Nanase berada di pihak Tsukishiro atau tidak. Aku khawatir dengan tatapan matanya saat kami pertama kali bertemu. Matanya yang ingin mencari tahu, dia mengarahkan tatapan matanya itu ke arahku.

"Apa kau sudah memutuskan calon pasanganmu di ujian khusus ini?"

"Aku? Aku belum memutuskannya."

"Tapi, sudah ada orang yang mengundangmu, kan?"

"Begitulah. Aku sudah pernah diminta oleh beberapa siswa dari Kelas A dan Kelas D tahun kedua."

Dia berada dalam kategori siswa yang diharapkan, karena dia memiliki kemampuan akademik B, tapi sepertinya dia menolak undangan tersebut.

Entah itu karena kemampuan akademik atau poin yang diminta, aku akan mencoba menanyakannya, tapi aku tidak tahu apa dia mau memberikan jawaban.

"Kenapa kau menunda jawabannya?"

"Maaf. Aku tidak bisa menjawabnya."

Nanase menundukkan kepalanya dan meminta maaf kepadaku.

"Kau tidak perlu minta maaf. Tidak menjawab pertanyaan yang tidak ingin kau jawab adalah pilihan yang tepat."

Apa karena masalah pribadi atau Kelas D tahun pertama, sepertinya aku tidak akan bisa mendapat jawaban saat ini.

Kalau begitu aku akan menyerang dari sudut yang berbeda.

"Jika kau bersedia, bagaimana kalau kita saling bekerja sama? Lalu kita akan mencari pasangan yang cocok di antara kita."

Aku mengajukan ide tersebut, tentu saja aku juga terlibat didalamnya. Horikita  juga berpikir bahwa Kelas D tahun pertama merupakan kunci untuk menyelesaikan ujian khusus ini, di sisi lain.. Housen memiliki minat dengan Kelas D tahun kedua. Ini bukan ide yang buruk.

"Maksudmu... kerja sama antar kelas?"

"Ya. Banyak siswa yang berusaha untuk berpasangan dengan siswa berkemampuan akademik tinggi demi meraih posisi teratas. Tapi jika itu terjadi, siswa yang kemampuan akademiknya rendah tidak akan terpilih dan menjadi terlantar. Baik siswa tahun kedua maupun siswa tahun pertama yang memiliki kemampuan akademik rendah akan beresiko tidak lulus ujian."

"Ya, aku tahu itu. Aku ingin menghindarinya sebisa mungkin."

"Begitulah. Agar semua siswa di kelas lulus ujian, diperlukan keseimbangan yang tepat. Kita memang tidak bisa menempati peringkat teratas, tapi kita bisa menemukan pasangan yang cocok agar tidak mendapatkan nilai merah."

Kami Kelas D, dijuluki sebagai yang terendah.

Itu sebabnya, ada kemungkinan Kelas D tahun pertama yang memiliki kedudukan yang sama.. mau bekerja sama dengan kami.

"Bagaimana?"

"Aku setuju. Jika memungkinkan, aku ingin bekerja sama dengan Ayanokouji-senpai. Tapi..."

"Tapi?"

"Aku tidak tahu berapa banyak siswa di kelas ku yang bisa membantu. Selain itu, beberapa siswa berbakat ingin memutuskan pasangan secara pribadi."

Banyak siswa yang menjadi kunci dalam ujian ini telah mulai memutuskan pasangan yang hebat dan bertujuan untuk nilai yang tinggi. Contohnya, dua gadis yang berjalan di depan kami tadi.

Jika ada dari mereka yang belum memutuskan pasangan, mungkin alasannya karena ada masalah lain, seperti poin pribadi.

Dalam ujian ini, 30% pasangan teratas akan menerima hadiah berupa poin pribadi. Jika bertindak untuk menyelamatkan siswa akademik rendah, itu sama saja seperti membuang hadiah tersebut.

"Kurasa tidak perlu bagi semua orang di kelas kita untuk bekerja sama. Mungkin dengan sedikit penyesuaian, kita bisa melewati ujian khusus tanpa perlu banyak bantuan."

Bahkan jika beberapa siswa di kelas telah berpasangan, itu tidak akan menimbulkan banyak masalah.

"Aku juga berpikir begitu. Tapi ada masalah lain."

Nanase menyetujui ideku, tapi dia menunjukkan ekspresi yang suram.

Aku sudah tahu penyebabnya, tapi sepertinya akan lebih baik jika aku mengkonfirmasinya.

"Kalau tidak salah, Housen ya... Sepertinya kehadirannya sangat berpengaruh di kelasmu."

Selanjutnya aku akan menggali informasi Kelas D tahun pertama.

Dari pertemuan dengan Housen sebelumnya, aku mendapat informasi yang hampir pasti.

"Ya. Banyak anak laki-laki dan perempuan yang sudah mulai mematuhi perkataan Housen."

Yang awalnya hanya dugaan, kini telah berubah menjadi keyakinan.

Ternyata memang benar Housen sudah menguasai kelasnya, dia juga mencoba untuk mengendalikannya.

Strategi untuk mencegah terbentuknya pasangan mungkin berasal dari Housen.

Kalau memang begitu, berarti Housen bukanlah orang yang hanya bertindak dengan kekuatan fisik, tapi dia juga memiliki wawasan dan pengamatan yang baik tentang lingkungan disekitarnya.

"Apa Nanase juga berada diposisi yang istimewa? Kau sepertinya tidak tunduk kepada Housen."

"Itu karena aku tidak akan menyerah pada kekerasan."

Kata-kata dengan keinginan yang kuat muncul kembali, tidak seperti penampilan luarnya.

Pernyataannya bukan sekedar kata-kata saja, melainkan didorong oleh keinginan yang kuat.

Aku bisa melihat kepercayaan dirinya melalui matanya yang berwarna biru murni.

"Senpai... Bagaimana pendapatmu tentang kekerasan?"

"Pendapatku?"

"Apa kamu setuju atau tidak?"

Jika dia menanyakan pendapatku tentang tindakan Housen, jawabannya hanya ada satu.

"Jika harus menjawab dari dua pilihan itu, aku akan menjawab setuju."

Aku berkata begitu.

Kukira dia akan segera membalas perkataanku, tapi nyatanya dia hanya diam tanpa kata. Ketika aku menatap wajah Nanase, ekspresinya yang tadinya tampak tenang, kini telah menghilang.

Tatapan matanya saat ini sama seperti mata yang menatapku ketika kami terakhir kali bertemu.

Setelah beberapa detik menunggu balasan Nanase...

"Aku juga akan menjawab setuju."

Aku tidak bisa merasakan emosi dalam perkataannya itu, jawabannya bisa dikatakan kebenaran dan juga kebohongan.

Apa keinginannya yang kuat untuk tidak menyerah pada kekerasan telah di ambil alih oleh Housen dan disingkirkan? Tidak... Sepertinya tidak begitu.

Sebelumnya, Housen bereaksi dengan kata-kata are (dia) yang dikatakan oleh Nanase.

Tidak ada jaminan Housen lebih kuat dari Nanase.

Aku khawatir akan hal itu, tapi sekarang itu bukan sesuatu yang ingin kudengar di sini.

Sesuatu yang seharusnya tidak dikatakan itu tidak terlihat oleh siswa yang berbicara tidak perlu.

Dia seharuanya tidak perlu terlalu berhati-hati.

Lebih baik aku mengakhirinya sampai di sini saja, karena nantinya akan ada lagi kesempatan untuk menyerang ketika aku bersama Horikita.

"Jika Housen yang memutuskan kebijakan kelas, sulit untuk melakukan diskusi."

Aku mulai berpikir untuk melakukan kontak dengan kelas lain sementara terus berhubungan dengan Nanase...

"Um... Kalau bersedia, maukah senpai mengatur pertemuan?"

Dia menjawab begitu, mungkin dia telah memutuskan ideku untuk bekerja sama merupakan ide yang bagus.

"Itu tawaran yang bagus, apa kau yakin?"

"Ya. Tapi aku tidak bisa berjanji kerja sama itu akan terlaksana karena aku tidak tahu berapa banyak siswa di kelasku yang mau bekerja sama. Dalam kasus terburuk, mungkin hanya aku satu-satunya yang hadir, apa kamu keberatan?"

Untuk sementara ini, aku akan mengesampingkan dulu identitas Nanase yang sebenarnya.

Sekarang yang lebih penting bagiku dan Horikita adalah meningkatkan peluang bekerja sama dengan Kelas D tahun pertama, demi teman sekelasku.

"Tentu saja aku tidak keberatan. Aku yakin Horikita akan senang mendengarnya."

"Apa Horikita-senpai yang memimpin Kelas D tahun kedua?"

"Ya. Sekarang dialah yang memberi arahan di kelas."

Aku memutuskan untuk memberitahu Horikita bahwa kami akan berdiskusi dengan Kelas D tahun pertama melalui kerjasama Nanase. Apa yang harus dilakukan dengan konten yang tampaknya sedikit terlihat di kelas?

"Ah... Aku mungkin tidak akan langsung memberi jawaban. Apa kamu keberatan?"

"Baiklah. Kami juga akan mencoba untuk membuat penyesuaian secepat mungkin."

"Terima kasih."

Aku bertukar kontak dengan Nanase dan sepakat untuk menghubunginya nanti.

***

Setelah memastikan Horikita belum tiba di kelas, aku memutuskan untuk menunggu di pintu masuk.

Jika aku membicarakan ini di dalam kelas, itu akan menarik perhatian teman sekelas.

Tidak lama setelah itu, Horikita muncul dan menunjukkan wajah yang keheranan, mungkin dia tidak mengira aku akan menunggu seseorang.

"Selamat pagi. Apa kamu akan bertemu seseorang?"

"Yah, bisa dibilang begitu. Lagian orang yang aku tunggu telah datang."

"Oh"

Dia melihat ke belakang dengan perlahan, ketika dia sadar tidak ada orang yang dikenal, dia berbalik melihatku kembali.

"Aku?"

"Ya. Ada sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu secepatnya."

"Kamu sampai repot-repot menungguku, berarti itu sesuatu yang penting ya."

Kami mulai berjalan bersama.

"Penting... Yah, kurasa ini memang penting. Beberapa saat yang lalu aku berbicara dengan Nanase, siswa Kelas D tahun pertama. Lalu aku menawarkan sebuah usulan kepadanya."

"Ara, usulan apa itu?"

"Aku menawarkan kerja sama antara Kelas D tahun kedua dengan Kelas D tahun pertama."

"Kamu melakukan sesuatu yang tidak seperti dirimu yang biasanya."

Aku sudah siap dimarahi karena mengusulkan kerja sama tanpa izin, tapi...

Horikita sendiri juga memikirkan cara untuk bekerja sama dengan Kelas D tahun pertama.

"Apa kamu sudah melihat status pasangan Kelas D tahun pertama?"

"Ya, belum ada satu orang pun yang berpasangan. Kurasa Sakayanagi sudah memutuskan untuk mengabaikan mereka."

Daripada mengeluarkan banyak uang, lebih baik berkonsentrasi untuk merekrut siswa berbakat tahun pertama yang berasal dari kelas atas dengan pembayaran poin yang wajar.

"Aku yakin bukan hanya itu saja alasannya. Dibutuhkan banyak upaya untuk menangani tindakan Housen-kun. Bagi kelas atas, itu hanya akan merepotkan karena menghabiskan banyak waktu."

"Mungkin begitu."

"Apa kamu menawarkan idemu kepada Nanase-san tanpa mengerti kesulitan menghadapi Housen-kun? Atau mungkin kamu meminta kerja sama melalui Nanase-san secara diam-diam agar Housen-kun tidak menyadarinya?"

"Bagaimana menurutmu?"

Aku dengan berani bertanya kembali pada Horikita dan tidak memberikan jawabannya. Jika saat ini dia tidak berniat untuk bekerja sama dengan Kelas D tahun pertama, lebih baik melepaskan kesempatan tersebut.

"Aku sudah menganalisis ulang situasi ujian khusus ini, maukah kamu mendengarkanku?"

"Aku tidak yakin bisa memberimu saran yang tepat."

"Aku tidak mengharapkannya."

Sepertinya dia hanya ingin berbagi pemikirannya.

Mungkin itu berhubungan dengan Kelas D tahun pertama yang sedang kami bahas sekarang.

"Pertama, ketika aku melihat keseluruhan tahun pertama, sudah jelas bahwa siswa berkemampuan akademik tinggi akan diminati."

"Itu benar. Hakuchou mengatakan bahwa dia menerima tawaran untuk bekerja sama dengan pembayaran poin pribadi oleh Kelas A dan Kelas C tahun kedua."

"Tapi Hakuchou dan teman-temannya menunda jawaban mereka. Aku tidak berpikir untuk bekerja sama dengan membayarkan poin pribadi, lagipula 500.000 poin pribadi merupakan jumlah yang sangat besar bagi kita."

Jika lima siswa teratas dibayar sebanyak 100.000 poin pribadi dan 30% teratas dibayar 10.000, 200.000 itu terlalu banyak.

"Aku penasaran berapa banyak poin pribadi yang ditawarkan Hashimoto-kun."

"Entahlah. Tapi menurutku, jauh dibawah 500.000 poin pribadi."

Kecuali kau adalah siswa yang benar-benar telah bernegosiasi, itu adalah jawaban yang tidak bisa diketahui.

"Aku yakin poin pribadi yang ditawarkan oleh Kelas A dan Kelas C tidak sebesar itu. Tidak, malahan bisa jadi tawaran Kelas A lebih rendah."

Mungkin dia berkesimpulan begitu setelah melihat pembaruan OAA pagi ini.

Di antara Kelas A dan Kelas C tahun kedua, jumlah siswa yang telah berpasangan lebih banyak adalah Kelas C tahun kedua.

"Jika dibandingkan Kelas A dengan Kelas C, tentu lebih baik Kelas A dalam bidang akademik. Jika tidak ada perbedaan poin pribadi yang ditawarkan, banyak siswa tahun pertama akan memilih Kelas A. Bisa dikatakan, Kelas A mencoba untuk mendapatkan siswa tahun pertama dengan cara yang menarik, baik dari nilai maupun poin pribadi, sedangkan Kelas C yang kalah dalam bidang akademik, mencoba untuk menawarkan poin pribadi yang lebih banyak."

Aku mengangguk setuju, lalu aku mengatakan pendapatku.

"Hal yang aneh adalah cara berpikir Ryuuen. Syarat minimum untuk menang adalah.. merekrut siswa berbakat sebanyak mungkin, tapi itu berarti dia akan bersaing dengan Kelas A. Jika dia bermain dengan uang, tidak ada peluang untuk menang, itu merupakan cara yang ceroboh untuk mendapatkan kemenangan dalam pertempuran kelas."

Dia pernah bilang itu adalah ancaman, tapi sebenarnya mereka kalah dalam pertempuran.

"Bahkan jika peringkat kita turun sedikit, kita harus mendapatkan siswa yang tidak terpengaruh."

Tidak masalah apakah siswa tersebut berkemampuan akademik B atau C+. Ini cara yang lebih aman untuk menempati peringkat kedua di pertempuran antar kelas.

"Yah, tidak ada gunanya memahami pemikirannya yang tidak masuk akal, tapi... Mari kita lanjutkan. Sisanya Kelas B, berusaha untuk membangun kepercayaan dengan siswa tahun pertama untuk membantu yang lemah dengan merekrut mereka ke dalam kelompok. Sebagian besar dari mereka yang memiliki kemampuan akademik D dan lebih rendah telah diselamatkan oleh Ichinose-san, kecuali siswa Kelas D tahun pertama."

Sejenak Horikita melihat kebelakang, untuk memastikan tidak ada yang menguping, lalu dia melanjutkan pembicaraan.

"Tujuan kita sekarang adalah merekrut siswa berkemampuan akademik B atau C+ di setiap kelas."

Siswa dengan kemampuan segitu tidak akan meminta banyak uang, dan masih banyak yang belum berpasangan.

Bisa dikatakan itu adalah ide yang bagus sementara Kelas A dan Kelas C memperebutkan para siswa teratas.

"Jadi kau ingin membatalkan strategi yang berfokus pada Kelas D tahun pertama?"

"Tidak, aku masih ingin melanjutkan strategi itu. Malahan aku harus mengatakan bahwa keinginanku untuk bekerja sama dengan mereka semakin kuat."

"Jadi kau ingin membuang kesempatan merekrut siswa 'menengah' dari kelas lain?"

(Tl note : ' kemampuan akademik rata-rata/ B atau C+)

Itu tindakan yang sangat berani. Kami Kelas D tahun kedua tertinggal jauh dari kelas lain. Kami ingin membentuk pasangan secepat mungkin.

"Bukannya aku tidak akan melakukan apa-apa. Ini mungkin terdengar sedikit jahat, namun aku akan meluangkan waktu untuk pura-pura memainkan permainan uang. Tidak seperti siswa yang pintar, para siswa akademik menengah tidak akan menyangka ada tawaran poin pribadi dalam jumlah banyak untuk mereka. Pada tahap ini, kita akan mencoba membujuk siswa akademik menengah. Kita akan membuat mereka berilusi dengan bisnis kecil ini."

"Apa kau bertujuan untuk membuat Sakayanagi melakukan transaksi poin pribadi dengan siswa akademik menengah?"

"Aku tidak tahu seberapa banyak itu berpengaruh, tapi setidaknya itu akan menarik perhatian. Lalu sementara itu, aku akan mengincar Kelas D tahun pertama. Sebenarnya, aku berencana untuk menghubungi Nanase-san. Itu sebabnya aku sedikit terkejut dengan ceritamu itu."

"Tapi, bukankah Housen menginginkan transaksi poin pribadi?"

"Itu memang benar. Tapi apa menurutmu dia hanya menginginkan poin pribadi saja? Ketika dia datang ke koridor kelas dua, dia berkata [Kami tidak bisa membuat pasangan yang layak kecuali dengan Kelas D. Karena itulah aku akan membantu kalian yang bodoh dan tidak kompeten]. Dengan kata lain tujuannya adalah kita.. Kelas D. Kalau dia hanya bertujuan poin pribadi, apa dia akan mengatakan itu?"

Horikita menegaskan bahwa masih bisa bernegosiasi tanpa transaksi poin pribadi.

"Hal terakhir yang dia katakan adalah [Sampai jumpa lagi], aku menjadi semakin yakin dengan kata itu."

"Ya, benar. Housen sangat jelas mengincar Kelas D tahun kedua."

Kali ini Horikita mengabaikan untuk mendapatkan kemenangan dalam pertempuran antar kelas, sebagai gantinya dia tidak akan membiarkan teman sekelas dikeluarkan dari sekolah.

Dia menjalankan tiga tujuan [Tidak ikut serta dalam transaksi poin pribadi], [Tidak ada teman sekelas yang dikeluarkan] dan [Mengincar peringkat ketiga atau lebih tinggi dalam pertempuran antar kelas]. Ini tidaklah mudah, tapi.. itu sebabnya kami harus bisa bekerja sama dengan Kelas D tahun pertama.

"Tapi menurutku Housen-kun bukanlah orang yang berpikiran tunggal. Aku jamin itu."

"Sebelumnya, aku sudah membicarakan kepada teman sekelas kita untuk mendapatkan kerja sama dari beberapa siswa Kelas B tahun pertama."

Sepertinya Horikita telah melakukan pergerakan yang tidak kuketahui.

"Kelas B tahun pertama... Yagami yang berasal dari SMP yang sama denganmu dan Kushida."

Seingatku, Kushida dan Yagami telah berpasangan dalam daftar pembaruan OAA tadi pagi.

"Kemarin, Kushida-san dan Yagami-kun telah sepakat untuk berpasangan. Sayangnya, aku tidak bisa mengingat tentang Yagami-kun, tapi yang jelas dia juga bisa menjadi 'kunci' dalam ujian ini. Dia tampaknya sangat mempercayai Kushida-san, dan Kushida-san sendiri sudah mencoba bernegosiasi dengannya. Jika berjalan lancar, itu bisa menambah jumlah kooperator."

(Tl note : ' sala satu syarat untuk bisa lulus ujian khusus ini)

Itu kabar yang baik, tapi itu membuatku khawatir.

"Apa kau memberi instruksi kepada Kushida?"

Kushida sangat membenci Horikita, masalahnya adalah seberapa jauh keseriusannya untuk bekerja sama.

"Sekarang, aku mengerti betapa sulitnya hal itu. Karena itulah aku bicara kepada Hirata-kun dan menjadikannya perantara."

"Aku mengerti. Dengan begitu Kuhsida tidak akan bisa lari di tengah jalan."

Jika Kushida berhasil bernegosiasi dengan Yagami dan membawa beberapa siswa Kelas B tahun pertama, itu akan menyelesaikan beberapa masalah mengenai pasangan untuk siswa Kelas D tahun kedua, dan mereka dapat berkonsentrasi untuk belajar.

***

"Selamat pagi, Horikita-san. Bisa aku bicara denganmu sebentar?"

Setelah jam pertama berakhir, Yousuke mendekati kursi Horikita.

Aku melihat situasi dari tempat dudukku.

"Kemarin aku telah bertemu dengan beberapa orang dan mendengar banyak hal, ternyata memang tidak mudah untuk bisa bekerja sama. Ada beberapa siswa yang tidak keberatan untuk bekerja sama denganku, tapi..."

Tampaknya itu tidak berjalan lancar bagi mereka yang berada di klub sepak bola. Tidak peduli berapa banyak kata yang dikatakan Yousuke, siswa baru masih sulit untuk terbuka karena mereka belum lama bersekolah di sini.

"Kau sudah tahu mengenai siswa tahun pertama yang meminta poin pribadi, kan?"

Yousuke menegaskannya, lalu Horikita melanjutkan.

"Itu tidak mengejutkan, karena itu merupakan kesempatan untuk menjual kemampuan setinggi-tingginya."

Sesuai dugaanku, transaksi poin pribadi sudah diketahui seluruh siswa tahun pertama.

"Kelas A tahun kedua memintanya untuk berpasangan, lalu dia diberitahu bahwa mereka akan membayar poin pribadi yang diberikan oleh Kelas C tahun kedua. Tidak hanya satu orang, melainkan hampir semua siswa yang diundang oleh Kelas A tahun kedua diminta untuk membatalkan kerja sama dengan Kelas C tahun kedua."

"Itu hal yang wajar, karena siswa yang cerdas memiliki tingkat kompetitif yang tinggi."

Horikita sudah memprediksinya.

Tapi, perkataan Yousuke berikutnya berbeda dengan yang tadi.

"Tampaknya beberapa siswa berkemampuan akademik C dan D juga diundang. Aku dengar mereka juga akan mendapatkan banyak poin pribadi."

"Dengan kata lain, Kelas A tahun kedua tidak hanya merekrut siswa akademik tinggi, ya?"

"Setahuku begitu."

"Oh. Kalau begitu, bisakah kamu memberitahuku nama para siswa itu?"

"Tentu saja."

Yousuke memberitahu Horikita nama para siswa tahun pertama yang direkrut Kelas A tahun kedua. Begitu memeriksanya, Horikita segera mengetahuinya.

Para siswa yang direkrut adalah siswa berkemampuan akademik rendah, tapi mereka nilai lebih di bidang yang lain. Mereka dihargai karena kemampuan fisik, kemampuan berpikir dan kontribusi sosial.

"Jadi begitu... Aku mengerti... Seperti yang diharapkan."

"Mereka mungkin mengharapkan kerja sama hingga di masa depan, tanpa memikirkan terlalu dalam hasil jangka pendek."

Ujian khusus kali ini bukan satu-satunya yang melibatkan kerja sama dengan siswa tahun pertama. Itu sebabnya, kemampuan di bidang yang lain selain akademik juga dibutuhkan. Rencana Sakayanagi adalah membantu siswa akademik rendah saat ini, lalu di kemudian hari siswa tersebut akan menjadi bantuan dalam bidang keahlian mereka. Itu sudah tidak diragukan lagi.

Meski begitu, yang menarik adalah Kelas C yang dipimpin oleh Ryuuen mengikuti permainan itu. Alih-alih mengincar siswa akademik tinggi, dia justru berada satu langkah dibelakang Sakayanagi.

"Kuharap kita bisa melakukan hal yang sama."

"Bukankah itu sulit?"

Kami adalah Kelas D, sedangkan Sakayanagi adalah Kelas A.

Para siswa yang baru masuk sekolah pun akan mengetahui mana yang lebih baik.

Mengingat ujian di masa yang akan datang, wajar jika berpihak ke kelas yang lebih baik seandainya membutuhkan bantuan.

"Terima kasih. Apa kamu bisa terus bernegosiasi?"

"Ya. Aku akan memberitahumu lagi begitu ada informasi baru."

Yousuke tersenyum kepada Horikita, lalu dia kembali ke tempat duduknya.

Tak lama kemudian, pesan chat datang  dari Horikita.

[Jadi begitulah.]

Sepertinya dia tahu kalau aku menguping pembicaraannya.

[Hirata-kun benar-benar bisa diandalkan.]

[Kelihatannya begitu.]

Padahal dulu Yousuke pernah bertengkar dengan Horikita, tapi sekarang mereka sudah berdamai.

Selain itu, Yousuke merupakan keberadaan yang diperlukan di kelas ini dan dia sangat bisa diandalkan. Tentu saja kemampuan komunikasi dan jiwa sosialnya bisa dijadikan senjata, tapi kekuatan tersebesarnya adalah kepercayaan.

Yousuke telah membangun kepribadian yang baik untuk bisa dipercaya orang-orang disekitarnya.

Karena itulah, Horikita juga mau mendiskusikan strategi dengan Yousuke.

[Kita Kelas D juga memiliki hambatan tertentu. Ini akan jadi pertarungan yang sulit.]

[Meski begitu, kita harus melakukannya. Semoga berhasil!]

[Aku akan membuatmu ambil bagian.]

[Soal Nanase?]

[Ya. aku bisa pergi kapan saja, bisakah aku memintamu untuk segera menjawabnya seperti itu?]

Kita harus bergerak cepat dalam hal ini, sama seperti memukul besi saat masih panas.

Kalau tidak, kelas lain akan mendapatkan lebih banyak siswa yang berbakat.

[Tapi itu akan lusa. Hal pertama yang harua dilakukan adalah membereskan masalah ini.]

[Tentu saja, aku tahu itu.]

***

Hingga sepulang sekolah, tidak ada balasan dari Nanase.

Yah, meski ada balasan bahwa dia bisa menemui kami, aku dan Horikita tidak bisa menemuinya hari ini. Karena ada masalah mendesak yang harus diselesaikan secepatnya.

Aku sudah berjanji kepada Amasawa yaitu menghidangkan masakan untuknya. Jika masakanku bisa membuatnya puas dan lulus penilaiaan, dia mau berpasangan dengan Sudou. Tapi.. rintangannya cukup sulit.

Aku tiba dipintu masuk Keyaki Mall 10 menit sebelum waktu yang dijanjikan, tampaknya.. Amasawa belum datang. Aku tidak melakukan apapun terutama memainkan ponsel, aku hanya melihat para siswa yang datang ke Keyaki Mall. Dari siswa tahun pertama hingga tahun ketiga beramai-ramai masuk ke dalam mall sambil membicarakan berbagai hal. Tadi pagi.. suhunya terasa lebih hangat dari biasanya, namun sebentar lagi hari akan menjadi malam dan perlahan-lahan suhunya akan menjadi dingin. Temperatur suhu cenderung turun di malam hari.

Lalu waktu yang dijanjikan sudah tiba, Amasawa muncul disini.

"Sempurna, Ayanokouji-senpai."

Dia mengangguk beberapa kali dan tersenyum puas akan sesuatu.

"Apa yang kau bicarakan?"

"Kamu sudah menunggu ditempat pertemuan sebelum gadis tiba. Dan kamu tidak melakukan sesuatu yang tidak perlu."

Dia sangat tajam, dan juga memperhatikan dengan baik sesuatu secara detail.

Sesuatu yang tidak perlu, mungkin itu adalah.. tidak memainkan ponsel.

Sekarang, aku akan menjalani ujian memasak dari Amasawa, ini waktu yang tepat untuk mengambil tindakan dengan melihat berbagai resep hingga menit terakhir.

Mengingat hari ujian tertulis, bisa dimaklumi jika siswa berkonsentrasi untuk belajar dan hal-hal lain hingga bel berbunyi.

Tentu saja itu tidak melanggar kesepakatan dengan Amasawa.

Tapi itu bisa dianggap tidak memiliki kepercaan diri untuk memasak.

Bahkan jika aku sekedar menelpon, itu bisa dianggap sebagai percakapan semacam itu dengan seseorang. Itu sebabnya aku tidak melakukan apapun dan dengan berani menunjukkan diriku mampu memasak. Sebenarnya aku bermaksud memperlihatkannya kepada Amasawa tanpa disadarinya, tapi dia mengetahui itu sejak awal.

"Kalau begitu ayo kita pergi, Ayanokouji-senpai."

Amasawa yang berdiri di sampingku berkata begitu, lalu dia segera memasuki Keyaki Mall.

"Mau membeli bahannya?"

"Ya, ya. Yang itu juga. Aku harus membeli sesuatu untuk dibuat oleh senpai. Apa kamu punya uang?"

"Hanya ini."

Uangku benar-benar hanya segitu.

Tapi aku tidak akan mengatakan sesuatu yang tidak perlu dihadapan kohai.

"Syukurlah, kalau begitu aku tidak akan sungkan. Mm, aku dengar dari temanku mereka menjual berbagai kebutuhan disini... Ada dimana keranjangnya, ya~"

Amasawa tidak langsung pergi ke toserba, dia malah menuju [Hamming], sebuah toko yang khusus menyediakan kebutuhan sehari-hari. Keranjang belanja berwarna biru terletak di dekat pintu masuk.

Hal yang menggangguku adalah perkataan Amasawa [Yang itu juga].

Apa yang akan kulakukan adalah memasak, apa perlu membeli sesuatu selain bahan masakan?

Amasawa berhenti di sudut toko tempat peralatan dapur tersedia.

Seingatku, aku sudah pernah ke sini untuk membeli beberapa peralatan yang kubutuhkan.

Ketika aku pertama kali ke toko ini, aku tidak bisa menemukan tempat ini.

Selain siswa.. kebanyakan yang menggunakan barang-barang ini adalah guru serta orang dewasa yang bekerja di kafe dan kantin.

Setelah beberapa waktu, tampaknya ada produk yang baru.

Ada banyak peralatan memasak yang tidak terhitung jumlahnya seperti pengupas, parut dan mortir. Apakah Amasawa kemari untuk membeli beberapa peralatan? Tentu saja ada beberapa yang tidak kumiliki, tapi yang anehnya, dia tidak pernah memberitahuku tentang ini. Seharusnya dia menanyakan apa yang kumiliki dan apa yang tidak kumiliki. Jika menurutnya itu akan menghabiskan waktu, dia bisa menanyakannya sambil berjalan...

Aku menahan rasa penasaranku dan membiarkan Amasawa bertindak.

"Apa kau pernah memasak, Amasawa?"

Aku memutuskan untuk membicarakan sesuatu yang tidak berkaitan dengan peralatan memasak.

"Aku? Tidak pernah. Aku tidak begitu suka memasak. Aku lebih suka memakan masakan dibanding menghidangkan masakan."

Ketika dia sedang menjelaskan dirinya sendiri, dia berhenti ditempat tujuannya.

Aliran untuk sampai ke tempat ini sangat lancar. Ketika dia memalingkan muka dariku, aku mengalihkan pandanganku ke rak peralatan.

Sementara itu.. dia berpikir sambil menyilangkan tangannya, apa dia mengkhawatirkan sesuatu?

Kemudian dia mengangguk sekali dan bergumam [baiklah], sepertinya dia sudah membuat keputusan.

"Pertama-tama.. talenan dan pisau dapur. Lalu mangkuk dan 'Ballon whisk', serta panci dan sendok."

(Tl note : ' alat pengaduk bahan masakan)

Dia memasukkan semua barang yang disebutkan ke dalam keranjang satu per satu.

Yang terakhir dia masukkan adalah telur. Bukankah barang terakhir yang dia sebutkan adalah sendok?

"Tunggu sebentar. Beberapa peralatan itu memang tidak kumiliki, tapi sebagian besar sudah ada di kamarku."

Aku memberitahunya dengan tergesa-gesa, mungkin karena aku merasa ada yang aneh...

"Tenang saja. Aku membelinya hanya untuk melengkapinya."

Hanya untuk melengkapinya..? Tapi kau memasukkan ke keranjang satu talenan berkualitas lebih baik dibanding punyaku yang ada di kamar. Tampaknya talenan itu terbuat dari pohon cemara dengan harga lebih dari 4.000 poin pribadi. Semua alat lainnya juga termasuk barang mewah.

Sepertinya dia memulai pergerakan dari sini untuk tujuan lain.. dia pindah ke rak peralatan berikutnya. Di sana dia tidak tersesat seperti sebelumnya, dia tanpa ragu mengambil pisau buah.

"Jika kamu memang ahli memasak, kamu akan membutuhkan petty knife."

Amasawa mengatakan itu dengan nada ringan, lalu dia memasukkannya ke dalam keranjang yang baru. Aku seorang amatir yang bahkan tidak tahu kalau pisau buah di sebut petty knife...

Ngomong-ngomong, harga petty knife itu hampir mencapai 3.000 poin pribadi, itu cukup mahal. Di sebelah barang yang di ambil Amasawa, ada beberapa barang yang dijual lebih murah.. tapi dia tidak meliriknya sama sekali.

Satu-satunya perbedaan harga barang di toko ini adalah asal pembuatan barang tersebut, seperti made in Japan atau bukan. Itu juga pilihan yang mewah.

Seandainya aku memang orang yang ahli memasak, tampaknya normal untuk menggunakan pisau dapur kecil semacam itu.

"Ada yang ingin kutanyakan. Siapa yang membayar..."

"Tentu saja.. Ayanokouji-senpai yang akan membayarnya, kan?"

Aku sudah menduganya, tapi total belanjaan ini tidak boleh lebih dari 15.000 poin pribadi. Jika lebih, aku akan membuang barang murah yang ada dikamarku. Setelah kupikirkan, menggunakan peralatan mahal untuk memasak di masa depan, entah kenapa rasanya agak...

"Ah, seperti yang kukatakan sebelumnya, ini hanya untukku, jadi aku tidak menggunakannya setiap hari, kan?"

"Kau iblis, ya?"

Seolah pikiran busuk ini keluar, bersikap proaktif dalam bentuk yang buruk.

"Kalau kamu mau berhenti, sekarang masih bisa kok."

Dia memprovokasiku sambil memegang keranjang belanjaan.

Sayangnya untuk saat ini, itu adalah titik lemahku sehingga aku tidak bisa menolak, aku hanya bisa menuruti keinginannya.

Jika dipertimbangkan, siswa akademik A bersedia menjadi pasangan Sudou hanya dengan ini, bisa dikatakan ini harga yang murah.. maka aku mau melakukannya.

"Tidak, aku mengerti. Aku akan menuruti keinginanmu, jadi belilah apapun yang kau suka."

"Apa kamu berpikir kalau aku adalah wanita yang jahat?"

"Tidak sama sekali."

Amasawa menatap mataku, kemudian dia tertawa sendiri. Entah apa yang ditertawakannya.

"Kalau begitu syukurlah, senpai."

Panci, sendok, dll. Dia membeli semuanya.

Aku menghabiskan banyak poin pribadiku untuk membeli ini semua hanya demi Amasawa.

***

Setelah itu, kami pergi ke toserba untuk membeli bahan utama.

Hasilnya, aku menghabiskan sekitar 20.000 poin pribadi.

Tentu saja ini adalah pertama kalinya aku berbelanja sebanyak ini, selain itu.. kantong plastik yang kupegang di kedua tanganku ini sangat berat.

Sepertinya tidak mungkin untuk menebak hidangan apa yang bisa dibuat dari bahan yang ada. Karena ada berbagai bahan masakan seperti sayuran, daging, buah-buahan dll.

Tapi ada beberapa hidangan yang terbayangkan olehku, seperti ikan kecap dan cabai.

Tidak masalah bagiku jika harus menggunakan semua bahan masakan, hanya saja.. aku khawatir ada suatu gangguan atau tipuan.  Melihay tindakan dan perilaku Amasawa hari ini, mau tak mau aku harus mencurigainya. Tapi pada saat ini, belum ada bukti yang pasti.

"Baiklah, ini sempurna. Ayo pergi ke kamarmu, Ayanokouji-senpai!"

Sekarang dia terlihat seperti akan mengunjungi kamar pacarnya, tapi tidak mungkin dia memiliki perasaan seperti itu kepadaku.

Jika aku tidak bisa menyajikan hidangan yang memuaskan Amasawa, kesepakatan kami akan hancur berantakan. Tapi, untuk membuat hidangan lezat adalah tugas yang sulit.

Jika sejak awal ini adalah ujian yang tidak dimaksudkan untuk lulus, maka aku hanya membuang-buang waktu dan poin pribadi. Tapi sekarang, aku tidak punya pilihan selain menerima situasi ini dengan tenang.

Karena keputusan cepat Horikita, situasinya menjadi sangat merepotkan.

Aku tidak bernegosiasi dengan Amasawa mengenai biaya bahannya, tapi nanti aku akan membahasnya dengan Horikita dan Sudou.

Jadi, untuk sekarang aku akan menyimpan masalah ini di dalam sudut kepalaku.

Supaya aku terlihat menerima situasi ini dengan tulus, aku memutuskan untuk mengajukan pertanyaan yang ingin kutanyakan kepada Amasawa.

"Ini sedikit aneh, kau bersedia dibuatkan masakan oleh orang asing. Bukankah kau seharusnya menolaknya?"

Ini hanyalah pemikiranku yang egois, tapi biasanya.. orang-orang akan menolak. Karena makanan bukan untuk dilihat saja, melainkan untuk dimakan dengan mulut lalu masuk kedalam perut.

Masalahnya bukan hanya tentang rasa, tapi kebersihan juga.. siapa yang membuatnya dan bagaimana proses pembuatannya.

Tapi.. wajar jika penolakan sedikit berkurang, mungkin karena ingin membangun hubungan kepercayaan dengan orang lain.

"Begitukah? Tapi.. bukankah ini sama seperti makan di restoran? Makanan dibuat oleh orang asing dan aku tidak tahu proses pembuatan di dapur."

Memang benar, bahkan di salah satu kafetaria sekolah, kami tidak tahu proses pembuatan makanannya.

Dipermukaan ini memang sama, tapi sebenarnya ini sangat berbeda.

"Bahkan untuk memegang onigiri, memeriksa kebersihannya dilakukan secara menyeluruh. Jadi itu berbeda, kan?"

"Benarkah? Malahan aku berpikir, ini tidak masalah karena aku bisa melihat pembuatannya secara langsung. Aku bisa melihat wajah orang yang membuatnya dan proses pembuatannya. Aku bisa mengetahui, apakah orang itu peduli dengan kebersihan atau tidak. Sebaliknya, ada beberapa toko yang tidak memiliki dapur, kan? Ada pula yang tidak bersih atau sangat kotor dan banyak serangga."

Amasawa menegaskan, bahkan jika orang asing yang membuat masakan untuknya, itu tidak masalah asalkan dia bisa melihatnya.

"Dan sekarang, aku sedikit mengerti mengenai sistem sekolah ini. Kalau aku kehabisan poin pribadi, aku harus menjalani kehidupan sederhana, bukan? Tapi jika senpai membuatkan makanan untukku, aku tidak perlu khawatir."

Aku mengerti. Jika kali ini masakanku enak baginya, dia tidak akan mengakhirinya sampai disini saja.

Dengan kata lain, tujuannya adalah mengamankan tempat untuk makan dalam situasi darurat.

Ini kesempatan yang bagus untuk meningkatkan keahlianku di bidang memasak, tapi.. apa harus aku yang membayar bahannya?

"Apa kamu mengerti maksudku?"

"Kurang lebih."

Amasawa menunjukkan gigi putihnya dan tertawa.

Tapi, itu sedikit meragukan jika yang terbaik baginya adalah bergantung pada siswa laki-laki tahun kedua. Menurutku, di masa depan jauh lebih mudah untuk bergantung pada teman sekelas yang lebih ramah dan sesama gender.

Yah, aku tidak puas dengan ini karena dia mencoba untuk memanfaatkanku.

"Tapi itu juga sedikit menggangguku. Jika tidak enak, kesepakatan kita batal, kan?"

"Aku tahu. Memasak bukanlah tujuan utamanya."

Ini bukanlah rintangan yang mudah, aku harus melakukannya sebisaku.

Yang penting sekarang adalah instruksi memasak yang Horikita ajarkan semalam.

Sejak menerima usulan Amasawa kemarin, seberapa jauh aku bisa mengambil keuntungan dalam waktu singkat ini?

Tapi dia bukan lawan yang mudah untuk ditipu.

Yang membuatku bersemangat untuk mencoba keterampilan memasakku saat ini adalah bahan masakannya.

Lalu.. kami akhirnya tiba di asrama.

Amasawa menatap asrama dengan meletakkan telapak tangannya di atas alisnya untuk menghindari sinar matahari.

"Aku merasa gugup untuk masuk ke asrama tahun kedua."

Amasawa berkata begitu, tapi sepenglihatanku dia tidak seperti orang yang gugup.

Sebaliknya, dia terlihat menikmatinya seolah-olah dia sedang berkunjung seperti biasa.

Kemudian, Amasawa memandangi sekeliling lobi asrama.

"Ini sama persis dengan asramaku."

"Itu benar."

Aku berkata begitu meskipun aku belum pernah mengunjungi asrama tahun pertama.

Ketika seorang siswa dari kelas lain melewatiku, aku mendapat tatapan dari siswa itu.

Apakah itu wajar membawa seorang gadis tahun pertama kemari? Selain itu, aku juga membawa bahan makanan dll.

Amasawa melambaikan tangannya dengan ringan kepada siswa yang melewati kami, tapi aku ingin dia menghentikannya karena itu akan menarik perhatian.

Sebelum rumor yang aneh muncul, dengan cepat aku memasuki kamarku bersama Amasawa.

"Permisi. Wah, kamar mu rapi sekali.. dan juga sangat bersih."

"Itu karena kohaiku akan berkunjung kemari, tadi malam aku membersihkannya dengan terburu-buru."

Sebenarnya aku tidak ingin dia tahu kalau aku belajar memasak tadi malam.

Sekarang...  Prosedur yang sangat penting akan dimulai.

Setelah meletakkan belanjaan di lantai dapur, langkah pertama yang kulakukan adalah merebua air dalam ketel listrik. Lalu aku mengantar Amasawa ke ruang tamu dan membiarkannya duduk disana.

Kuharap dia duduk di tempat yang tidak bisa melihat bagian dapur, tapi aku tidak berani melakukannya. Karena penting bagiku untuk menjaga situasi ini agar bisa dilihat dari samping jika dia ingin melihatku memasak.

"Aku akan membuatkanmu kopi. Kau bisa menonton tv kalau kau mau."

"Terima kasih senpai."

Aku menyuruh Amasawa untuk menunggu, kemudian aku menyeduh secangkir kopi panas untuknya.

Amasawa mengambil remote yang terletak di atas meja dan memilih chanel yang ingin dia tonton.

Aku sengaja memandu Amasawa untuk menonton TV dan sengaja meletakkan remote di dekatnya.

Alasannya tidak begitu berarti. Hanya saja, akan lebih baik jika ada suara di sini.

Kemudian aku pergi ke dapur untuk memulai pergerakanku. Jika Amasawa melihatnya, aku harus menghentikan tindakanku ini. Tapi sepertinya, dia tidak melakukannya.

"Ah! Bukankah itu melanggar aturan untuk melihat ponsel?"

Dia memberiku peringatan ketika aku sedang melihat ponselku.

"Ketat sekali. Sekarang aku ingat, sebenarnya aku sering melihat ponsel sambil memasak."

"Apa kamu tidak percaya diri?"

"Bukan begitu."

"Baguslah kalau begitu. Orang yang ahli memasak sudah memiliki resep masakan di dalam ingatannya."

Dia tidak aturan ini menjelaskan kemarin, tapi aku akan tetap menurutinya.

Karena persyaratan itu sudah termasuk dalam perhitunganku.

"Kalau begitu, aku akan meletakkan ponselku diatas tempat tidur."

Aku memasang kabel pengisi daya ke ponselku dan meletakkanya di atas tempat tidur.

Amasawa mengangguk puas melihatnya, kemudian dia meminum secangkir kopi yang ada di tangannya.

"Aku ingin segera memulainya, hidangan apa yang kau inginkan?"

"Oke, aku akan memberitahumu. Hidangan yang akan senpai buat adalah.. Tom Yam Kung!"

"Tom Yam Kung, ya..."

Jadi ini alasannya dia membeli cabai dan kecap, karena kedua bahan ini sangat diperlukan dalam masakan Thailand.

"Bisa, kan? Tolong ya, Sen~pai~"

Tantangan untuk masakan yang akan dihidangkan kepada Amasawa adalah Tom Yam Kung.

Tentu saja aku belum pernah membuatnya.

Lagipula, aku jarang mendengarnya dan belum pernah memakannya.

Karena makanan seperti itu tidak ada di White Room.

Tapi aku pernah melihatnya di TV, tampaknya makanan itu sangat populer dikalangan wanita.

Jika sekarang aku memaksakan diri untuk membuatnya, aku tidak akan bisa menyelesaikannya dengan baik.

Bukan hanya tidak tahu bahannya, tapi aku juga tidak tahu cara untuk membuatnya.

Jadi.. apa yang aku lakukan tadi malam?

Aku tidak melakukan hal gegabah, seperti mempelajari resep makanan dari segala negara.

Aku juga tidak mempelajari masakan kerajaan.

 Tidak ada gunanya meluangkan waktu untuk mempelajari resep, karena ada kemungkinan Amasawa memperbolehkanku untuk melihat resep.

Setelah diputuskan aku akan membuat masakan, Horikita langsung memberitahuku dua rencana yang penting.

Rencana pertama adalah mempelajari metode dan teknik dasar menggunakan pisau dapur.

Irisan, potongan kecil, potongan berpola dan mencincang.

Aku menghabiskan banyak waktu untuk melatih bagian yang menunjukkan keterampilanku.

Tapi, tentu saja aku tidak bisa menunjukkan keahlianku.

Tidak memalukan bagiku untuk mengatakan kalau aku pandai memasak.

Aku cukup yakin dengan kecepatanku dalam mempelajari sesuatu, tidak mungkin orang biasa untuk menguasainya dalam waktu setengah hari.

Setidaknya, seseorang membutuhkan waktu beberapa hari untuk memiliki keterampilan memasak.

Karena itulah aku tidak menghabiskan waktu untuk mempelajari resep.

Tapi karena itu juga, aku tidak mengetahui cara memasak makanan yang akan dihidangkan sekarang.

Oleh sebab itu kami mempersiapkan rencana kedua yaitu, memeriksa resep secara real time melalui ponsel. Tapi Amasawa melarangku untuk menggunakan ponsel, dan sekarang ponselku terletak di atas tempat tidur.

Bahkan jika aku menyembunyikan sesuatu seperti tablet, tidak akan ada kesempatan untuk melihatnya.

Terkadang.. Amasawa melihat ke arahku. Tapi itu juga sudah diperhitungkan. Aku mengeluarkan suatu barang berukuran kurang 2 cm dari saku kanan celanaku, tentu saja ini berada di titik buta Amasawa.

Sekilas.. barang itu terlihat seperti penyumbat telinga. Lalu aku memasangnya di dalam telinga kananku tanpa terlihat oleh Amasawa. Aku membunyikan siulan kecil untuk pengalihan.

Kemudian...

[Aku bisa mendengar pembicaraan kalian dengan baik. Tidak kusangka dia minta dibuatkan Tom Yam Kung]

Suara Horikita terdengar dari earphone nirkabel kecil yang kupasang ditelinga kananku.


Rencana kedua adalah mendengarkan metode memasak secara real time dari Horikita, dimana dia bisa mengoperasikan komputer dikamarnya secara leluasa.

Tas yang kuletakkan di dekat kakiku berisikan ponsel Sudou. Dan suara di earphone nirkabel ini berasal dari ponsel tersebut. Aku sudah menelepon Horikita sebelum pergi berbelanja.

Saat sedang berbelanja di Keyaki Mall, Horikita kembali ke asrama untuk mempersiapkan rencana ini dengan sempurna.

Ngomong-ngomong, earphone yang kupakai ini dibeli kemarin.

Seandainya Amasawa berniat untuk datang kemari, aku akan melepas earphone ditelingaku dan memasukkannya kedalam saku celanaku. Memang benar.. pihak lain bisa mengawasiku, tapi itu berarti aku juga bisa mengawasinya.

Sekarang aku bisa memasak tanpa harus mengkhawatirkan resepnya. Aku juga sudah memutuskan beberapa isyarat seperti, seandainya penjelasan Horikita terlalu cepat atau aku ingin mendengar penjelasan itu lagi.

Masalahnya adalah.. bagaimana cara Horikita memberikan instruksi secara detail? Bagaimana aku akan membuatnya hanya melalui percakapan.

Saat ini, kerja sama dari Horikita sangatlah penting.

Bagaimanapun, aku harus bisa membuat masakan aneh yang bernama Tom Yam Kung ini.

[Sebelum itu, aku ingin kamu mengkonfirmasikan sesuatu dari Amasawa-san]

Aku mengubah pertanyaan Horikita yang kudengar dari earphone menjadi kata-kataku.

"Amasawa, balloon whisk dan petti knife tidak diperlukan untuk membuat Tom Yam Kung. Tolong katakan, jika ada sesuatu yang harus kubuat selain Tom Yam Kung."

Itu akan merepotkan jika nanti aku harus membuat hidangan tambahan, jadi aku akan bertanya terlebih dahulu apa yang dia inginkan.

"Aku akan memintanya nanti, seperti mengupaskan apel untukku."

Sepertinya, Amasawa sudah memutuskan untuk meminta lebih banyak makanan kepadaku nanti.

"Senpai bisa menyimpan bahan-bahan yang tersisa untuk digunakan nantinya. Kalau alat memasak yang tidak terpakai, bisa digunakan saat aku datang lagi kemari."

Sepertinya kegunaan petti knife akan terpakai nanti, sedangkan alat memasak yang lain disimpan untuk sementara waktu.

[Keputusan yang benar untuk mengkonfirmasinya. Kemarin aku sudah mengajarimu cara menggunakan pisau buah, kamu sudah bisa melakukannya, kan?]

Aku tidak tahu seberapa jauh teknik yang sudah kupelajari tadi malam, tapi kurasa.. aku akan baik-baik saja.

 [Waktu untuk memasak sekitar 15 hingga 30 menit, itu bagus]

Sekarang... seberapa baik aku bisa membuatnya?

***

Pembuatan Tom Yam Kung sedikit melebihi waktu yang ditetapkan, tapi aku bisa membuatnya dengan baik sesuai instruksi.

Waktunya telah tiba bagiku untuk menghidangkan masakan ini kepada Amasawa.

Padahal aku baru saja kenal dengan gadis ini, tapi aku sudah menghidangkan masakan untuknya.

Aku meletakkan Tom Yam Kung diatas meja dan segera mengambil apel.

Aku harus menunjukkan keterampilanku menggunakan petti knife dihadapan Amasawa.

"Biasanya aku menggunakan pisau dapur untuk mengupas buah, jadi mungkin terlihat sedikit aneh karena aku belum terbiasa menggunakan petti knife..."

Setelah mengatakan itu, aku mengupas apel.

"Wah, hebat. Kamu melakukannya dengan benar. Kamu lulus ujian mengupas dengan pisau."

Aku tidak bisa menjadi profesional, tapi setidaknya.. aku tidak boleh menunjukkan kesalahan pada sentuhan pertamaku.

Kemudian.. setelah aku selesai memotongnya, aku menyusun potongan apel tersebut.

"Ngomong-ngomong, Tom Yam Kung ini harusnya memakai pakuchi, kan? Apa kau tidak menyukainya?"

Pakuchi tidak termasuk dalam bahan-bahan yang kami beli hari ini.

"Aku menyukainya! Tapi kalau aku membelinya, mungkin akan ketahuan masakan yang kuminta adalah Tom Yam Kung."

Tampaknya dia waspada dan memutuskan untuk melewatkan pakuchi. Sepertinya dia melakukan itu untuk mencegah adanya trik. Aku bisa mengerti tindakannya itu untuk menutup celah yang ada, tapi itu merupakan pemborosan tenaga dan usaha.

"Bolehkah aku membereskannya dulu?"

Aku meminta izin Amasawa untuk mengembalikan talenan dan pisau ke dapur.

"Tidak, tidak. Duduklah disini dan tunggu penilaian dariku."

Dia berkata begitu agar aku duduk didepannya.

Aku tidak bisa menentangnya, aku menuruti perkataanya dan kembali ke ruang tamu.

"Kalau begitu, selamat makan."

Dia memasukkan Tom Yam Kung yang panas ke dalam mulutnya secara perlahan.

Tampaknya tidak ada penolakan ketika melihatnya makan.

Seperti Amasawa, aku adalah orang yang tidak memiliki penolakan di area itu.

Setelah selesai makan, Amasawa menyatukan kedua tangannya, sepertinya dia terlihat puas.

"Terima kasih untuk makanannya!"

Dia menghabiskan semuanya sampai bersih, padahal porsinya tidaklah sedikit.

Sekarang... Aku akan mencicipinya juga, tapi aku tidak tahu apakah rasanya sudah pas.

Kurasa ini baik-baik saja karena tidak ada kesalahan dalam takaran.

Jika Amasawa tidak mengakuinya, maka pertempuranku ini akan berakhir disini.

Itu berakhir dengan kekalahanku.

"Senpai, Tom Yam Kung buatanmu itu..."

Amasawa sedikit menunda penilaian, lalu dia melanjutkannya.

"Yah, kurasa ini lumayan enak. Ini begitu tidak istimewa, tapi aku merasa ingin memakannya lagi."

Dia tidak langsung menyebutkan apa yang kupedulikan yaitu.. lulus atau gagal.

"Untuk sekarang, aku akan membersihkan ini semua."

Setelah mengatakan itu, Amasawa membawa mangkok sisa Tom Yam Kung ke dapur.

Dia tidak hanya membersihkan piring, tapi juga membersihkan semuanya.

"Biar aku saja."

"Tidak apa-apa. Aku sudah memaksamu untuk membuatkanku makanan, jadi biarkan aku melakukan ini. Senpai duduk saja dan beristirahatlah. Aku memang tidak bisa memasak, tapi aku pandai dalam hal membersihkan karena aku sering membantu ibuku."

"Kalau begitu, terima kasih. Jadi, bagaimana hasilnya?"

Sedikit keheningan terjadi sementara Amasawa masih membersihkan peralatan.

Hanya suara dari TV yang terdengar didalam ruangan ini.

"Oh iya, aku sampai lupa. Aku harus memberitahumu ya, senpai."

Terlepas dari apa yang dia pikirkan, Amasawa kelihatannya sedikit risih dengan posisi pita di bagian kanan rambutnya. Dia melepas pita itu, lalu memasangnya kembali dengan menggunakan ponsel sebagai cermin.

Setelah selesai memasang pita tersebut, Amasawa memberikan komentarnya.

"Intinya seperti yang sudah kubilang. Keterampilab memasakmu tidak terlalu buruk dan rasa masakanmu lumayan enak."

"Jadi itu intinya, ini cukup sulit."

"Bagiku memasak itu cukup merepotkan."

Saat berbicara, Amasawa menatapku sekali dan tertawa.

"Di masa depan.. apakah aku akan datang kemari atau tidak, itu tergantung pada usaha senpai."

Itu sudah tidak berada pada level dimana dia akan sering bertanya dan meminta makanan.

Apakah sangat sulit untuk lulus seperti yang dia katakan?

"Kalau begitu.. kesepakatan dengan Sudou akan gagal?"

Aku sedikit ragu untuk bertanya, tapi aku memutuskan untuk menanyakannya.

"Aku tidak bisa mengatakan itu lulus, tapi memang benar.. senpai bisa memasak. Aku sudah membuat senpai membeli banyak barang mahal, oleh karena itu perlu bagiku untuk mengucapkan terima kasih atas makanan gratisnya. Kali ini, atas usaha Ayanokouji-senpai.. aku akan berpasangan dengan Sudou-senpai."

Sepertinya tidak cukup memuaskan, tapi untuk saat ini.. Amasawa mau mengakuinya.

Aku merasa lega mendengar kabar baik ini disaat aku berpikir situasinya akan menjadi sulit.

"Aku hampir selesai membersihkan semuanya, jadi tunggulah sebentar."

Aku tidak bisa terus-terusan melihatnya sedang membersihkan, jadi aku memutuskan untuk menunggu dengan tenang sambil menonton berita di TV.

Amasawa mendekatiku tak lama setelah pembersihan selesai. Setelah itu, dia mengoperasikan ponselnya sambil menunjukkannya kepadaku, tampaknya dia sudah mengirim permintaan untuk berpasangan dengan Sudou. Jika hari ini Sudou menerimanya, besok mereka dipastikan akan menjadi pasangan di ujian khusus ini.

"Aku akan memberitahu Sudou untuk menyetujuinya nanti, karena sekarang dia sedang melakukan aktifitas klub. Apa kau keberatan?"

Apa yang kukatakan itu memang benar, tapi sekarang ponselnya ada padaku, aku tidak bisa langsung mengoperasikannya dihadapan Amasawa.

"Aku tidak keberatan sama sekali. Kalau begitu aku akan pulang, bisa gawat kalau aku sampai terlambat. Sampai jumpa, Ayanokouji-senpai."

Amasawa pergi menuju pintu depan karena dia berkata akan pulang, situasi ini berkembang pesat.

"Amasawa, aku berterima kasih kau mau berpasangan dengan Sudou. Kau sudah menyelamatkan kami."

"Tidak apa-apa, kamu tidak perlu berterima kasih."

Amasawa menjawabnya dengan nada ringan sambil mengenakan sepatu.

"Aku ingin menanyakan sesuatu padamu..."

Ketika aku akan menyampaikan rinciannya, Amasawa berbalik ke belakang melihatku setelah dia selesai memasang sepatunya.

"Apa kamu ingin aku bertindak sebagai perantara Kelas 1A untuk membantumu?"

Pola pikirnya sangat cepat dan tidak ada keraguan dalam perkataannya. Itu bukan karena dia siswa Kelas 1A atau memiliki kemampuan akademik A, melainkan dirinya memang seperti itu sejak awal.

"Begitulah. Di Kelas 2D, banyak siswa seperti Sudou yang kesulitan untuk mendapatkan pasangan. Jika kau bisa memperkenalkan beberapa siswa yang mau bekerja sama, itu akan sangat membantu kami."

"Maaf, itu mustahil."

Amasawa langsung menolaknya. Dia meminta maaf dengan menyatukan kedua tangannya.

"Ah! Bukannya aku menganggap Ayanokouji-senpai dan Horikita-senpai itu buruk, malahan aku mempercayai kalian. Hanya saja, aku tidak begitu dekat dengan teman sekelasku. Bahkan ketika bertemu dengan kalian kemarin, aku hanya sendirian, kan?"

"Benar juga."

Waktu itu banyak siswa yang datang ke Keyaki Mall bersama teman-teman mereka, sementara Amasawa hanya sendirian.

"Aku itu orangnya kurang peka, atau bisa dibilang aku selalu mengatakan apa yang ingin kukatakan. Kepribadianku itu membuatku sulit untuk berteman. Jadi aku tidak bisa membantumu, maaf ya!"

"Tidak apa-apa. Aku sudah cukup puas kau berpasangan dengan Sudou. Jika kau ada masalah, kau bisa mengandalkanku. Mungkin aku bisa membantumu."

"Ya, terima kasih. Kalau begitu, sampai jumpa. Bye-bye~"

Aku gagal mendapatkan kerja sama dengan Kelas 1A, tapi untuk sekarang.. ini sudah cukup.

"Akhirnya selesai juga."

Aku mengakhiri panggilan dari ponsel Sudou, lalu aku menelepon Horikita dengan ponselku.

"Sepertinya kamu berhasil, kerja bagus."

Aku mendapat kata-kata pujian dari Horikita, segera setelah aku meneleponnya.

"Aku merasa diselamatkan oleh penilaian Amasawa yang baik."

"Meski begitu, ini menyelesaikan masalah Sudou-kun. Ini adalah pencapaian yang luar biasa."

Aku merasa tidak enak dengan Amasawa karena telah berbuat curang, tapi berkat itu aku terselamatkan.

Selanjutnya, aku tinggal menunggu Sudou kemari menjemput ponselnya. Lalu saat itu juga aku akan menyuruhnya untuk menerima permintaan pasangan dari Amasawa.

Waktunya akan segera tiba.

"Kenapa kamu meminta Amasawa untuk menjadi perantara Kelas 1A untuk bekerja sama dengan kita? Terlepas dari kepribadian dan teman-temannya, kamu bisa membayangkan kalau Kelas 2D akan kesulitan bernegosiasi dengannya, kan?"

Horikita tidak pernah mengatakan akan mengincar Kelas 1A dalam ujian khusus ini.

Alasannya yaitu.. sulit untuk membangun hubungan kerja sama.

"Memang benar Kelas 2D kesulitan mendapatkan pasangan, tapi itu tidak wajar jika kita meminta sesuatu semacam itu."

Jika tidak ada yang bisa dilakukan, maka cobalah berbicara dengan perasaan 'berpegang teguh pada jerami'.

(Tl note : ' meski sudah tahu akan sia-sia, tapi tetap dilakukan : putus asa)

Kurangnya ide semacam itu bisa dianggap sebagai penggerak strategi lain.

"Sejak awal... Kita sudah menyerah untuk bekerja sama dengan keseluruhan Kelas 1A. Dengan kata lain, kita akan menargetkan Kelas 1B dan Kelas 1D. Apa kamu tidak menyadarinya sama sekali?"

Itu berarti Horikita hanya memikirkan dua kelas tersebut, dia bahkan tidak mempertimbangkan untuk bekerja sama dengan Kelas 1A melalui Amasawa. Sejak awal, jika Sudou berpasangan dengan Amasawa.. itu sudah cukup baginya.

"Kita tidak tahu Amasawa itu orang yang seperti apa. Itulah sebabnya, ada kemungkinan kejadian hari ini disebarluaskan kepada siswa tahun pertama di kelas lain, atau bahkan ke seluruh siswa tahun kedua. Jika dipertimbangkan, itu cukup sulit untuk diatasi."

Untuk sesaat, Horikita terdiam mendengar perkataanku itu.

"Ada apa?"

"Entah bagaimana aku akan mengatakannya, pola pikirmu itu... sangat pintar dan penuh perhitungan."

"Itu biasa saja."

"Tidak. Meski kamu berkata begitu, itu jelas tidak biasa. Tidak peduli apakah kamu memikirkannya terlebih dahulu atau tidak. Sekarang aku sedikit mengerti kenapa Kakakku memperhatikanmu. Tapi sebelumnya kamu tidak pernah mengatakan hal serinci itu padaku, kenapa?"

Sebuah pertanyaan dari Horikita yang khawatir dengan tindakan yang bisa mengubah pikirannya.

"Aku tidak memiliki niat lain. Selanjutnya masalah siswa yang tersisa. Aku akan memberitahumu jika Nanase menghubungiku."

"Ya, aku akan menunggu kabar darimu."

Setelah menyelesaikan panggilan dengan Horikita, aku memeriksa situasi di dapur.

Ternyata Amasawa tidak hanya mencuci peralatan makan, dia bahkan membersihkan bagian-bagian dapur ini, seperti wastafel yang disikat dengan hati-hati dan itu menjadi sama bersih ketika aku datang ke kamar ini setahun yang lalu. Talenan, piring, pisau, petty knife, panci dan sendok disimpan dengan rapi, ini sempurna.

Meskipun ini merupakan usulan Horikita, tapi ini adalah pertama kalinya aku berhubungan dekat dengan siswa kelas satu. Jika Amasawa berasal dari White Room, dia mungkin telah melakukan sesuatu, tapi tidak ada jejak yang terlihat.

Tampaknya aku sangat berhati-hati, tapi...

Sebagai siswa SMA, dia memiliki tingkat pengetahuan yang sama, termasuk cara bicara dan perilakunya.

Jika baru keluar dari White Room, sulit untuk bersikap seperti Amasawa.

"Yang terpenting, Amasawa telah berpasangan dengan Sudou, dan tidak termasuk dalam pilihan siswa White Room yang akan kutebak."

Tidak, terlalu dini untuk berkesimpulan seperti itu. Bisa gawat jika aku hanya menilai berdasarkan informasi yang ada saat ini seperti, siswa kelas satu yang sudah berpasangan.

Tampaknya berpasangan denganku adalah jalan tercepat untuk mengeluarkanku dari sekolah, tapi itu bukan berarti strateginya hanya satu. Ada kemungkinan dia sengaja melewatkan umpan besar untuk meningkatkan peluang lainnya.

Dia tidak akan bisa merencanakannya dalam waktu singkat, tapi lain ceritanya jika dia memiliki waktu yang cukup banyak.

Mungkin itu bukan sesuatu yang perlu dikhawatirkan, tapi akan lebih baik untuk menyingkirkan semua faktor yang kucemaskan.

Selain itu, aku sedikit kepikiran dengan kata-kata dan perilaku Amasawa.

Tidak hanya Amasawa, aku juga merasakan hal yang sama dengan Housen dan Nanase. Diantara banyak siswa tahun kedua saat mereka muncul di koridor, orang pertama yang mereka lihat adalah aku. Menurutku, mereka berdua akan segera melakukan kontak denganku.

Semua siswa yang mendekatiku harus dicurigai, tidak peduli mereka bicara atau tidak.

Mulai dari sini, aku akan memasuki daerah berbahaya untuk pasangan potensial.

Lalu malam itu, aku menerima pesan dari Nanase.

[Aku bisa bertemu denganmu besok setelah pulang sekolah]

***

Pada hari yang sama, saat Ayanokouji memasak untuk Amasawa, di sebuah kafe dalam Keyaki Mall.

Di sana.. siswa Kelas 2A, Sakayanagi,  Kamuro dan Kitou berkumpul untuk melakukan diskusi.

"Lagi-lagi Kelas 2C mengundang siswa yang kita rekrut. Jika siswa kelas satu menolak undangan dari Kelas 2A, mereka akan mendapatkan 10.000 poin pribadi tanpa syarat apapun."

Kamuro menyampaikan pesan yang diterimanya dari Hashimoto melalui ponsel.

"Bukankah itu tindakan yang bodoh jika mereka memutuskan tidak bekerja sama dengan kita hanya untuk menerima 10.000 poin pribadi?"

Lalu Kamuro menerima informasi tambahan dari Hashimoto.

Jika siswa kelas satu bekerja sama dengan Kelas 2C, siswa tersebut akan menerima pembayaran awal 100.000 poin pribadi. Dan seandainya telah dikonfirmasi mencetak nilai lebih 501 poin, akan ada tambahan 100.000 poin pribadi dengan total 200.000 poin pribadi.

"Fufu, sepertinya Ryuuen-kun benar-benar ingin menantangku bertarung."

"Apa yang akan kamu lakukan? Apa kamu juga akan bertarung dengan poin pribadi?"

"Jika kita bertarung dengan poin pribadi, kita tidak akan kalah. Tapi tidakkah kamu pikir menang dengan cara yang sama itu kurang artistik?"

"Kurang artistik... Jika hanya membutuhkan 100.000 hingga 200.000 poin pribadi, bukankah lebih jika kamu mengambilnya? Bahkan siswa kelas satu berpikir manfaat dari mendapatkan poin itu cukup bagus."

Cerita tentang siswa kelas satu yang berada dalam posisi menguntungkan telah menyebar, dan juga tentang siswa pintar yang bersedia untuk berpasangan telah berkembang.

Sakayanagi hanya tersenyum menanggapi saran tersebut, dan tidak menunjukkan persetujuan.

"Apa tidak masalah kita kalah dari Ryuuen?"

"Ada perbedaan besar dalam kemampuan akademik secara keseluruhan, antara kelas kita dan kelas Ryuuen. Dia harus merekrut sebanyak mungkin siswa kelas satu yang berbakat untuk bisa mengatasi kita. Bagaimanapun juga, kemenangannya tidaklah mutlak."

"Mungkin begitu. Tapi kita benar-benar bisa menang, kan?"

"Itu benar. Bahkan jika Ryuuen-kun berhasil mengumpulkan siswa berkemampuan akademik A, hasil pertandingan kita dengan dia hanya akan berakhir seimbang. Meskipun kita tidak melakukan apa-apa, persentase kemenangan kita adalah 50%."

Tapi jika dilihat dari sisi sebaliknya, itu berarti akan ada kemungkinan untuk kalah dalam dua buah peluang itu.

Kamuro tidak ingin memenangkan apapun dan meningkatkan kalori.

Sakayanagi yang duduk didepannya, tidak berpikir dia akan melakukan sesuatu.

"Menurutmu apa yang akan terjadi jika kita memberikan poin pribadi dalam jumlah yang sama?"

"Bukankah Ryuuen akan mengeluarkan lebih banyak poin pribadi?"

"Tepat sekali. Jumlahnya akan terus naik, 200.000 hingga 300.000 poin pribadi."

"Tapi bisa dipastikan ada siswa pintar yang akan berpihak kepada kita."

"Biaya yang dikeluarkan akan memakan poin pribadi dalam jumlah yang cukup besar. Kita tidak perlu mengambil resiko untuk kehilangan jutaan poin pribadi. Tidakkah kamu berpikir begitu?"

"Meski kita menawarkan poin pribadi dalam jumlah yang kecil, bisakah kita menang dalam perebutan siswa? Aku tidak berpikir siswa kelas satu benar-benar memahami kekuatan dari label Kelas A secara mendalam."

Meskipun Kamuro meragukannya, Sakayanagi tidak menunjukkan tanda-tanda akan bersaing dalam kekuatan finansial.

"Aku mengerti Ryuuen-kun berusaha untuk menempati peringkat pertama dalam pertempuran kelas. Padahal tahun lalu dia bekerja sama dengan Katsuragi-kun untuk mendapatkan uang, tapi sekarang dia benar-benar mengubah kebijakannya."

"Apa dulu dia berniat untuk menghemat 20 juta poin pribadi?"

"Perubahan besar terjadi pada pikirannya. Sekarang dia menyadari pentingnya poin kelas. Tidak, aku harus mengatakan bahwa dia beralih untuk memenangkan pertempuran kelas."

Dalam ujian khusus kali ini, Sakayanagi dan Ryuuen belum pernah bertemu secara langsung.

Tapi, mereka seolah-olah sedang berbicara satu sama lain melalui strategi mereka masing-masing.

"Lalu... Apa tidak masalah jika kita tidak mengeluarkan poin pribadi?"

"Ara, Masumi-san. Aku tidak pernah bilang kalau aku tidak akan mengeluarkan poin pribadi, kan?""

"Eh? Tapi kamu tadi bilang kalau bersaing dengan uang itu kurang artistik atau semacamnya."

"Tolong katakan pada siswa kelas satu. Aku siap untuk memberikan jumlah yang sama dengan Ryuuen-kun."

Kamuro merapatkan bibirnya dengan erat sebagai jawaban atas perintah Sakayanagi yang tidak dipahaminya.

"Tapi... jangan menerima kontrak pasangan meskipun siswa kelas satu setuju."

"Hah? Apa-apaan itu? Aku benar-benar tidak mengerti maksudnya."

"Fufu. Strategimu lebih menguntungkan untukku, Ryuuen-kun."

"Untukmu? Apa itu..."

[Bukankah itu bagus? Jika kamu tidak membutuhkan tuan putri, tunjukkan padaku bagaimana kamu akan menjelaskannya]

Hashimoto yang telah mendengarkan percakapan melalui ponsel, mengatakan itu dengan penuh minat.

"... Bukannya aku keberatan."

Bahkan jika ada kesepakatan dengan jumlah poin, Sakayanagi memerintahkan untuk tidak mengkonfirmasi pasangan.

Sementara Kamuro tidak memahaminya, dia harus menyampaikan tujuan itu kepada Hashimoto.

Sakayanagi seolah-olah menyukai, Kamuro yang terlihat seperti itu. Lalu dia merenungkan fakta bahwa dia sudah terlalu jahat.

Dia mulai menjelaskan untuk memberikan petunjuk.

"Hasil dari strategi Ryuuen itu sendiri tidaklah buruk. Dengan mempengaruhi sekitarku, dia berhasil memaksaku untuk bergabung dalam permainan uang. Tapi itu adalah sebuah kesalahan untuk menyaingi kita dengan terus-terusan membidik siswa yang sama. Secara keseluruhan, kekuatan Kelas C lebih rendah, mereka harus merekrut siswa berkemampuan akademik tinggi."

Tapi Ryuuen tidak melakukan itu, dia berusaha menjangkau siswa berkemampuan akademik rendah yang dibutuhkan Kelas A di masa depan.

"Apa mungkin dia memiliki banyak poin pribadi?"

"Bahkan jika dia memiliki banyak poin pribadi, jumlah sebenarnya yang bisa dia keluarkan mungkin tidak sebanyak itu. Bagaimana dengan itu?"

"Tidak, itu aneh. Bukankah karena adanya poin pribadi dia bisa meminta kerja sama dari siswa tahun pertama dan memperolehnya satu demi satu?"

"Jika dia meminta kerja sama, dia bisa memperolehnya tanpa uang sepersen pun. Dia hanya berpura-pura memilikinya."

Kamuro tidak bisa memahami manfaat dari tindakan Ryuuen tersebut.

"Jika tidak ada Ryuuen-kun, kita bisa merekrut siswa tahun pertama yang berbakat hanya dengan label Kelas A.  Tapi karena strateginya itu, kita terpaksa memainkan permainan uang. Dan apa yang akan terjadi selanjutnya? Dia akan menaikkan jumlah pembayaran, dan membiarkan Kelas A menghabiskan poin pribadi sebanyak mungkin."

"Jadi begitu... Aku sudah mengerti."

Akibatnya, bahkan jika Kelas A bisa mendapatkan siswa tahun pertama yang berbakat, akan lebih menguntungkan bagi pertarungan siswa tahun kedua untuk membayar siswa tahun pertama 300.000 poin pribadi, daripada 100.000 atau 200.000 poin pribadi.

"Tapi, bukankah sekarang kita berada diposisi yang kurang menguntungkan? Dia sudah berhasil merekrut siswa satu persatu."

"Tidak perlu terburu-buru. Hanya beberapa orang yang didapatkan oleh Ryuuen-kun. Dia harus memberikan sedikit aroma. Tapi ada satu hal yang dilewatkannya. Dia percaya bahwa kekuatan label Kelas A bersifat sementara dan kita akan hancur jika kehilangannya. Dan juga, dia salah paham kalau dia bisa memperoleh kerja sama tahun pertama asalkan memberi poin pribadi."

"Aku tidak begitu mengerti hal itu, tapi untuk apa perintah yang baru saja kau berikan?"

"Dah. Itu sudah cukup untuk sekarang."

"Aku tidak suka itu, tapi aku merasa terikat dengan strategi Ryuuen. Jika aku terus terlibat dalam kekacauan ini, apa yang akan terjadi padaku?"

"Tenang saja, tidak akan terjadi apa-apa. Aku akan memenangkan pertarungan ini tanpa masalah."

Kamuro menghela nafas, dia tidak bisa lagi mengimbangi jawaban Sakayanagi yang tidak bisa dipahaminya.

"Tidak ada artinya untuk memikirkannya pada tahap ini. Jadi tolong, jangan biarkan Ryuuen-kun bermain-main. Ujian khusus ini hanyalah pertarungan persiapan. Mencari tahu motif sambil memeriksa satu sama lain."

"Aku sudah menyerah untuk mengikuti pemikiranmu itu."

"Tapi... Kalau bisa, aku ingin kamu berhenti untuk menghancurkan dirimu sendiri. Jika mudah diselesikan, ini tidak akan menyenangkan."

(Tl note : pesan untuk disampaikan kepada Ryuuen)

Sambil menatap keluar jendela, Sakayanagi berharap musuh yang datang adalah lawan yang layak.

***

Di hari yang sama, dua jam setelah pembicaraan antara Sakayanagi dan Kamuro berlangsung.

Ryuuen menempati ruang karaoke bersama Ishizaki dan Ibuki.

"Tampaknya seorang siswa Kelas 1B yang terpancing 200.000 mengajukan penangguhan, Ryuuen-san."

Ishizaki melaporkan kepada Ryuuen, informasi yang dia terima dari ponselnya.

"Kenapa? Apa dia tidak bisa diyakinkan dengan 200.000 poin pribadi?"

"Tidak, dia mengatakan bahwa Sakayanagi akan memberikan jumlah poin yang sama..."

"Mereka juga tidak mau kalah dari kita. Bisakah kita memenangkan pertarungan ini? Ini tidak menguntungkan."

"Ya, ini cukup merugikan... Kurasa Kelas A memiliki cukup banyak poin pribadi."

Bahkan setelah menerima laporan itu, Ryuuen tidak panik sedikitpun dan hanya bermain dengan ponselnya.

"R-Ryuuen-san?"

"Tenanglah. Aku sudah tahu tujuan mereka."

Dengan mengirimkan matanya ke gelas yang kosong, Ishizaki segera menuangkan air segar dengan terburu-buru untuknya.

"Katakan pembayaran awalnya 100.000 poin pribadi, dan 200.000 poin pribadi setelah ujian."

"Be-benarkah?"

Totalnya 300.000 poin pribadi. Uang yang lebih besar akan bergerak.

"Bagaimanapun, banyak siswa tahun pertama yang tidak bisa memutuskan. Dan Sakayanagi berharap itu akan bertambah."

"Itu, bukannya menunggu penghancuran diri kita."

Jika dana tersisa sedikit, tidak ada yang bisa dilakukan lagi.

"Lagipula, mustahil untuk bersaing dengan Sakayanagi... Lebih baik kita beralih menargetkan peringkat kedua."

"Aku juga berpikir begitu. Meski menjadi pertarungan yang seimbang, kita tetap akan kalah karena label kelas."

Ryuuen tertawa mendengar analisis Ishizaki dan Ibuki.

"Hahaha. Aku tahu Sakayanagi brengsek itu sudah merasa menang."

"Dia sudah mengetahui rencanamu. Bahkan jika kita berhasil bertarung dengan baik dalam hal poin pribadi, ada perbedaan dalam label kelas."

"Untuk sekarang label kelas hanyalah dekorasi (pajangan). Semakin sombong mereka dengan label itu, semakin banyak kepercayaan yang hilang ketika mereka hancur."

"Meski begitu, bagaimana dengan poinnya? Jika membengkak hingga 300.000 atau 400.000 poin pribadi, situasinya akan menjadi buruk. Kita tidak akan sanggup membayarnya."

"Kita tidak perlu membayar. Tidak usah berpasangan dengan orang yang menuntut poin pribadi tanpa mengetahui kedudukan."

"Eh...?"

"Yang ingin kucoba lakukan saat ini bukanlah itu. Aku hanya ingin mencari tahu tipe siswa kelas satu tahun ini. Persetan dengan uang, tapi orang yang mau bekerja sama selama diberikan uang adalah orang yang akan selalu ada dipihakmu. Jika benar-benar harus bekerja sama, cukup memberinya uang saja. Yang penting adalah mereka yang memahami sisanya secara intuitif."

"Maaf, aku tidak mengerti sama sekali..."

"Sakayanagi brengsek itu berpikir bahwa aku akan berusaha mendapatkan peringkat pertama dalam pertempuran kelas, tapi aku tidak akan mengambil poin kelas yang tidak mampu kuambil. Untuk menghancurkan Kelas A, kita harus menunggu waktu kenaikan dan penurunan poin kelas secara drastis."

"Jadi, kau hanya ingin memastikan apakah dia akan jatuh atau tidak dengan kehilangan banyak uang?"

"Dari awal sudah jelas akan ada kenaikan dalam pembayaran poin pribadi, tapi ada siswa tahun pertama yang telah berpasangan dengan siswa kelas kita. Menurutmu apa alasan mereka bekerja sama dengan Kelas 2C?"

"Eh? Alasannya... Aku tidak tahu."

Penawaran poin pribadi yang pertama kalinya adalah pembayaran awal 50.000 dan 50.000 lagi setelah ujian berakhir.

Meski tawaran itu tidak terlalu tinggi, ada beberapa siswa tahun pertama yang telah berpasangan dengan siswa Kelas C tahun kedua.

"Kamu selalu menemui mereka satu persatu sebelum menandatangani kontrak perjanjian... Apa mungkin kamu mengancam mereka!?"

"Yah, lebih tepatnya mengancam dengan ringan."

300.000 atau 400.000 poin pribadi merupakan jumlah yang sangat besar untuk didapatkan, tapi mereka menyerah setelah bertemu dengan Ryuuen.

Pada akhirnya, jumlah poin yang dibayarkan jauh lebih sedikit dari yang kesepakatan.

"Aku ingin mengetahui apakah para siswa tahun pertama bisa memahami bahwa aku berada di atas Sakayanagi."

Bukan menilai berdasarkan poin dan label kelas, melainkan dapat menilai secara naluri (dengan insting) kelas mana yang akan menang.

Itulah keinginan Ryuuen Kakeru yang sebenarnya dalam ujian khusus kali ini.

Tujuannya dalam waktu satu tahun ini adalah menyeret Sakayanagi dan pengikutnya keluar dari Kelas A.

Komentar

Fort mengatakan…
Sama chapter 4 gak ada dilist, semangat min blog bagus kok
Julius Kingsley mengatakan…
@Fort : makasih supportnya

Postingan populer dari blog ini

Classroom of the Elite 2nd Year Volume 2

Volume 2 Ilustrasi Prolog Chapter 1 Part 1 Chapter 1 Part 2 Chapter 1 Part 3 Chapter 1 Part 4 Chapter 1 Part 5 Chapter 2 Part 1 Chapter 2 Part 2 Chapter 2 Part 3 Chapter 3 Part 1 Chapter 3 Part 2 Chapter 3 Part 3 Chapter 3 Part 4 Chapter 3 Part 5 Chapter 3 Part 6 Chapter 3 Part 7 Chapter 3 Part 8 Chapter 3 Part 9 Chapter 3 Part 10 Chapter 3 Part 11 Chapter 4 Part 1 Chapter 4 Part 2 Chapter 4 Part 3 Chapter 4 Part 4 Chapter 4 Part 5 Chapter 4 Part 6 Chapter 4 Part 7 Chapter 5 Part 1 Chapter 5 Part 2 Chapter 5 Part 3 Chapter 5 Part 4 Epilog [PDF] SS Amasawa Ichika SS Horikita Suzune SS Tsubaki Sakurako SS Shiina Hiyori

Classroom of the Elite 2nd Year Volume 1

Volume 1 Prolog Chapter 1 Chapter 2 Chapter 3 Chapter 4 Chapter 5 Part 1 Chapter 5 Part 2 Chapter 5 Part 3 Chapter 5 Part 4 Chapter 6 Part 1 Chapter 6 Part 2 Epilog SS Horikita Suzune SS Nanase Tsubasa I SS Nanase Tsubasa II SS Karuizawa Kei

Classroom of the Elite 2nd Year Volume 2 Chapter 1 Part 1

Chpater 1 : Perubahan dalam Kehidupan Sekolah (Part 1) Pada hari itu, Kelas 2-D menghadapi situasi aneh yang belum pernah terjadi sebelumnya. Teruhiko Yukimura berkali-kali menghentakkan kakinya, sambil melihat ke arah pintu masuk kelas. "Bisakah kamu tenang sedikit? Ini bahkan belum sampai 5 menit sejak Kiyopon pergi. Dia dipanggil oleh sensei, kan? Berarti dia tidak akan kembali dalam waktu dekat." Hasebe Haruka, teman sekelas sekaligus teman terdekat, berkata begitu kepada Yukimura. Sakura Airi dan Miyake Akito duduk di sebelahnya. "Aku sudah tenang... tidak perlu khawatir," jawab Yukimura. Meskipun dia berhenti menghentakkan kaki, tidak lama setelah itu dia kembali tegang. Diam-diam dia mulai menghentakkan kakinya ke atas dan ke bawah, hingga menggesek celananya. Yukimura berencana untuk bicara dengan Ayanokouji sepulang sekolah, tapi dia menundanya karena kehadiran Horikita. Kemudian dia mendengar dari gadis itu bahwa Chabashira memanggilny