Chapter 5 : Kelas D dengan Kelas D
Kamis mendekati akhir pekan. Setelah pulang sekolah, aku pergi ke perpustakaan bersama Horikita.
Hari ini kami akan berdiskusi disana dengan siswa Kelas D tahun pertama yang diwakili oleh Nanase.
Dalam perjalanan, Horikita membahas tentang pasangan di ujian khusus ini.
"Apa kamu sudah melihat pembaruan OAA hari ini?"
"Ada 17 pasangan yang sudah terbentuk, totalnya sekarang ada 73 pasangan."
Jumlah pasangan tidak begitu mengkhawatirkan, hanya saja.. kali ini ada satu perbedaan dari pembaruan OAA sebelumnya.
Dua siswa Kelas 1D telah memutuskan pasangan.
Kelas 1D yang belum bertindak selama tiga hari, telah menunjukkan tanda-tanda untuk memulai pergerakan mereka.
"Aku sedikit tidak sabar. Kupikir Housen-kun akan melihat situasi sedikit lebih lama. Saat istirahat makan siang, aku membicarakan hal itu dengan beberapa siswa Kelas D tahun pertama, tapi mereka mengatakan bahwa mereka tidak tahu apa-apa tentang siswa yang sudah berpasangan."
"Ini masalah yang rumit, apakah mereka benar-benar tidak mengetahuinya atau mereka disuruh untuk tutup mulut."
Kecuali jika mereka mendapatkan banyak poin pribadi untuk siswa yang cerdas, mereka mungkin sudah diberitahu untuk tidak membuat pasangan, atau tidak membicarakannya.
"Bagaimanapun, ini merupakan kabar baik bahwa kamu memutuskan untuk bertemu dengan Nanase-san. Mungkin kita bisa membicarakan hal itu dengannya."
Horikita hanya satu kali melakukan kontak dengan Nanase, dan mereka belum pernah berbicara secara langsung.
Namun saat itu, Nanase berdiri di samping Housen. Karena itu dia bisa dianggap sebagai siswa yang memahami situasi ini.
Sejujurnya ketika aku berbicara dengan Nanase, aku sangat terkesan.
Entah kenapa, kepribadiannya itu mengingatkanku dengan Ichinose.
Kami tiba di perpustakaan dan berjalan masuk ke dalam.
"Wah. Ini pengunjung yang langka."
Orang pertama yang kami temui bukanlah Nanase, tapi siswa Kelas C tahun kedua.. Shiina Hiyori.
"Hari ini kami akan membahas ujian khusus dengan siswa tahun pertama. Mungkin nanti akan sedikit berisik."
"Begitu, ya. Kalau begitu, menurutku lebih baik kamu memilih kursi paling ujung. Jika itu hanya sedikit obrolan, itu tidak akan mengganggu pengunjung yang lain. Dan jika ada yang mendekatimu, kamu bisa langsung mengetahuinya."
Hiyori memberi kami saran dengan ramah.
"Apakah Kelas C berjalan baik?"
"Kurasa begitu. Sudah banyak yang memulai pergerakan."
Sulit untuk menceritakan hal itu kepada orang lain karena persaingan kelas. Kami mengucapkan selamat tinggal kepada Hiyori dengan kata sederhana, lalu kami menuju kursi paling ujung. Untuk sesaat.. aku memikirkan Hiyori, namun aku segera menuju Horikita dikursi belakang.
"Selain Nanase, aku sedikit khawatir apakah Housen-kun akan muncul ketika mengetahui Kelas 1D terlibat."
"Ya, adanya dia disini atau tidak, itu akan berdampak sangat besar."
Tempat ini tidak memiliki batasan, jadi belum bisa dipastikan Housen akan datang atau tidak.
Seandainya dia datang, mungkin akan menjadi masalah besar.
"Aku ingin menanyakan sesuatu sebelum diskusi ini dimulai. Apakah kamu sudah belajar?"
"Yah, sedikit-sedikit. Memangnya kenapa?"
"Aku sedikit khawatir karena mendapatkan waktu belajar yang lebih baik untuk fokus mempelajari mata pelajaran yang kupilih."
"Apa kau ingin memberiku keringanan?"
"Mana mungkin. Aku tidak sebaik itu melepaskan kondisi yang menguntungkan diriku. Ini pertaruhan yang harus kumenangkan."
Meski begitu, dia sepertinya penasaran apakah aku belajar dengan baik atau tidak.
Dengan kata lain, dia khawatir kalau aku akan membuat alasan seperti tidak bisa belajar karena sibuk mengurusi ujian khusus.
"Kau sendiri menghabiskan banyak waktu untuk menyatukan Kelas D tahun kedua, kan."
"Itu bukan masalah, dan aku selalu fokus dalam belajar."
Dia tampaknya percaya diri dengan akumulasi belajar hariannya.
"Tenang saja. Aku tidak akan kalah."
"Kalau begitu baguslah..."
Sepertinya dia merasa aku akan melakukan ujian dengan serius, anehnya.. dia percaya padaku.
Sehubungan dengan itu, aku ingin menanyakan sesuatu padanya.
Horikita tidak hanya menyatukan kelas, dia juga mengajari siswa lain dan belajar untuk dirinya sendiri. Apa dia akan tetap seperti ini hingga hari ujian tertulis tiba?
Ketika aku akan mengajukan pertanyaan itu, Nanase tiba di perpustakaan. Dia segera menemukan kami, lalu dia mendekati kami dan menundukkan kepalanya. Tampaknya Housen tidak datang ke pertemuan ini.
"Maaf membuat kalian menunggu senpai."
"Kami juga baru sampai."
Horikita mempersilahkan Nanase untuk duduk di kursi yang berada di sisi lain meja ini, dan diskusi dimulai dengan sedikit salam.
"Sekali lagi... Aku Horikita Suzune. Terima kasih sudah meluangkan waktumu untuk datang berdiskusi hari ini."
"Aku (boku)... ah, tidak... Aku (watashi) Nanase Tsubasa. Aku merasa tidak pantas menerima kata terima kasih dari senpai. Sebaliknya, aku yang harus berterima kasih."
Meski sama-sama Kelas D, mereka berdua memulai diskusi dengan saling menyanjung.
Setelah mendengar balasan yang sopan itu, Horikita segera memulai diskusi hari ini dengan Nanase.
"Sekarang langsung saja, kuharap kamu mau mendengarkanku."
"Tentu saja."
"Pertama-tama, aku ingin kamu memberitahuku tentang kebijakan Kelas D tahun pertama. Untuk pertama kalinya, hari ini dua siswa di kelasmu telah berpasangan. Tapi 38 siswa lainnya belum memutuskan pasangan mereka, termasuk kamu Nanase-san."
Aku tidak tahu apakah itu karena Housen atau siswa lain, tapi jelas ada beberapa rencana yang berhasil.
"Aku sudah mengira kamu akan menanyakan pertanyaan ini. Hari ini, kamu juga menanyakan pertanyaan yang serupa kepada Kajiwara-kun, kan?"
Kajiwara adalah siswa Kelas D tahun pertama. Rupanya, Nanase sudah mengetahui Horikita melakukan kontak dengan siswa Kelas 1D saat istirahat makan siang. Kalau memang begitu, bisa dipertimbangkan bahwa dia sudah mengetahui kami melakukan kontak dengan Hakuchou pada hari pertama.
"Aku sedikit terkejut. Sepertinya kamu menerima laporannya dan berkomunikasi dengan baik."
"Banyak siswa di kelasku yang mulai mengikuti instruksi Housen-kun."
Nanase terus terang mengakui Housen sebagai pemimpin Kelas D tahun pertama.
"Apa karena dia kuat? Tidak, kupikir bukan hanya itu. Cara seperti apa yang dia gunakan?"
Sebelum menjawab pertanyaan itu, Nanase sedikit mengerutkan dahinya.
"Aku minta maaf. Aku tidak bisa menjawabnya. Ini adalah cara yang dipikirkan Housen-kun untuk menyatukan kelas. Aku tidak tahu caranya itu benar atau salah, tapi membocorkannya kepada orang luar akan dianggap sebagai pengkhianatan."
"Ya, kamu benar."
Mendengar perkataan Horikita, Nanase membungkuk dengan ringan dan mengucapkan kata terima kasih. Hanya karena kami seorang senpai, bukan berarti dia perlu untuk membicarakan segalanya. Ekspresi Nanase sekarang sama seperti saat berbicara denganku kemarin, tampak sebuah keinginan yang kuat untuk melindungi teman sekelasnya.
"Kalau begitu kita beralih ke topik utamanya. Apakah Kelas D tahun pertama mau bekerja sama dengan kami? Seperti dua siswa di kelasmu yang sudah berpasangan."
"Aku yakin senpai sudah mendengarnya dari Shiratori-kun, kami selalu siap bekerja sama kapanpun itu. Asalkan senpai memberi sejumlah poin pribadi, kami tidak akan ragu untuk berpasangan dengan siswa dikelasmu."
Jadi, cara Housen ini tidak ada bedanya dengan kata-kata Hakuchou.
Dari informasi saat ini, bisa disimpulkan bahwa poin pribadi dalam jumlah besar telah diterima oleh dua siswa Kelas 1D yang sudah berpasangan.
"Tapi yang ingin aku diskusikan hari ini bukanlah untuk membayar poin kepada kalian."
"Aku tahu itu, Ayanokouji-senpai sudah mengatakannya padaku. Senpai ingin membangun hubungan kerja sama agar kita bisa melindungi siswa akademik rendah di kelas masing-masing, kan?"
"Ya. Jika kamu datang ke sini setelah memahami itu, berarti ada ruang untuk bernegosiasi, kan?"
"Tentu saja ada... Atau begitulah yang ingin kukatakan."
Sekarang wajah Nanase terlihat murung, lalu dia melanjutkan perkataannya...
"Gagasan Housen-kun berfokus pada kemampuan individual. Bisa dibilang dia memaksakan hal itu. Siswa dengan kemampuan akademik rendah ditinggalkan karena tidak bisa menemukan pasangan. Menurutku tidak masalah jika mereka tidak menerima poin pribadi selama tiga bulan, tapi aku khawatir mereka akan dinilai sebagai siswa yang tidak dapat menemukan pasangan. Tidak, mungkin itu juga tidak masalah... yang jadi masalahnya adalah di masa depan mereka akan bertindak secara individual dan tidak akan ada rasa persatuan di kelas, aku benci itu."
Horikita mendengarkan dengan seksama cerita Nanase yang memprediksi masa depan Kelas D tahun pertama.
"Ya. Jika tidak ada seorang pun yang memberi membantu di kelas, cepat atau lambat individualisme akan berkembang. Jika tidak ada yang membantu, kamu harus berusaha sendiri. Tidak akan ada yang muncul untuk membantu meskipun kamu meminta bantuan. Dan seandainya ada ujian khusus yang mengharuskan semua siswa di kelas untuk bekerja sama, kalian tidak akan siap untuk menghadapinya."
Itulah sebabnya Nanase ingin bernegosiasi dengan Horikita untuk menghindari hal itu.
"Apa kamu tidak takut dengan Housen-kun?"
"Ya."
Dia langsung menjawab tanpa ragu-ragu. Sejak tiba disini, Nanase belum melihatku sama sekali, namun kini dia mulai menatapku. Matanya saat ini sama seperti mata yang kulihat dua kali sebelumnya. Ketika aku melihat tatapan yang serupa, dia berkata aku tidak akan menyerah pada kekerasan. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, mungkin saja Nanase adalah satu-satunya orang yang bisa dijadikan sekutu diantara siswa Kelas D tahun pertama.
Seandainya pertemuan kami ini sebuah kebetulan, aku akan mengucapkan terima kasih.
"Kalau begitu, aku akan mengajukan pertanyaan yang sedikit mendalam. Saat ini, berapa banyak siswa Kelas 1D yang berusaha untuk menemukan pasangan? Tolong beritahu aku sebisamu untuk menjawab, tidak peduli apapun kemampuan akademiknya."
Memang benar OAA dapat memberitahukan siapa saja siswa yang sudah berpasangan atau belum, tapi aplikasi itu tidak bisa memberitahu dengan jelas apakah siswa bisa menemukan pasangan atau tidak.
Ini adalah satu-satunya hal tentang kelas yang harus ditanyakan dan dipahami secara langsung.
"Pada saat ini, kira-kira 15 siswa merasa kesulitan untuk menemukan pasangan."
"15 siswa... Lebih banyak dari yang kukira."
Tapi, siswa di kelas D tahun kedua juga banyak yang belum menemukan pasangan.
Jika dipikirkan baik-baik dan mengkombinasikannya, ada ruang untuk bekerja sama.
"Nanase-san. Kalau kamu bersedia, aku ingin membuat sebuah kesepakatan yang bagus denganmu."
"Kesepakatan yang bagus?"
"Aku dan kamu akan menyesuaikan 15 pasangan dan menyelesaikannya sekaligus. Terlepas dari kemampuan akademik A atau E. Tentu saja tidak akan ada sama sekali transaksi poin pribadi. Kerja sama secara setara yang saling menguntungkan."
Dengan kata lain, itu berarti gift dan take.
Jika saling membantu seperti itu, maka tidak ada transaksi poin ataupun membangun hubungan.
Hanya dengan kesepakatan ini, kemungkinan dropout akan turun secara signifikan.
Tapi Horikita dan Nanase tahu bahwa itu tidaklah sederhana.
"Meskipun kami setuju dengan kesepakatan itu, tidak ada jaminan kami dapat membantu siswa akademik rendah di kelas Horikita-senpai. Sebagian besar siswa di kelasku yang kesulitan menemukan pasangan, memiliki kemampuan akademik C dan D."
Jika maksimumnya C+, masih ada resiko untuk berpasangan dengan akamdemik E. Tidak ada sedikitpun keuntungan yang bisa kami peroleh di sini.
"Aku ingin kamu berusaha untuk mencegah itu terjadi."
"Kurasa begitu. Tapi tidak mudah untuk menyetujui kesepakatan ini."
Nanase tidak menyangkal perkataan Horikita, tapi dia tidak bisa mengakui kesepakatan.
"Housen-kun tidak akan setuju untuk membantu dengan gratis, terutama sekarang."
Semenjak masuk sekolah, Kelas A tahun kedua telah mempertahankan poin kelas yang tinggi dan menyimpan banyak poin pribadi. Sedangkan Kelas C tahun kedua, meski sudah mengeluarkan banyak poin pribadi untuk menyelamatkan Ryuuen, dana mereka masih stabil karena sebuah kontrak dengan Kelas A tahun kedua. Mengingat situasi dimana dua kelas tersebut memperebutkan siswa dengan pembayaran poin yang tinggi, tidak ada salahnya untuk menjual kemampuan dengan harga yang tinggi.
Rencana dan Kebijakan Housen bisa dikatakan benar.
Bahkan jika mereka menetapkan harga yang tinggi, dapat dipastikan bahwa Kelas 1 D lebih tinggi dari kelas satu lainnya.
Itu sebanding dengan beberapa siswa yang telah berpasangan.
"Bahkan jika demi kelas? Dia seharusnya tidak akan dirugikan."
Kerugian memiliki siswa yang tidak berpasangan, jadi dia tidak akan menerima poin pribadi yang seharusnya dia dapatkan. Dia harusnya sudah tahu itu tanpa perlu dijelaskan.
"Aku tahu apa yang ingin Horikita-senpai sampaikan. Sebagian besar aku mengerti isi pembicaraan ini."
Rupanya Nanase menerima usulan Horikita dengan baik, akan tetapi...
"Ya... Kurasa Housen-kun tidak akan menyetujuinya."
Entah kenapa, aku bisa memahami sedikit apa yang sedang dia pikirkan.
"Aku mengerti sesuatu. Housen tidak hanya sekedar mengambil poin pribadi."
"Apa maksudmu?"
"Menurutku alasan Housen tidak mau menerima pasangan untuk siswa pintar di kelasnya kecuali ada poin besar karena Housen sendiri yang mengambil poin tersebut. Seandainya itu yang terjadi, dia harus memikirkan cara untuk menugaskan siswa yang memiliki kemampuan akademik rendah secara aktif. Intinya.. mereka akan berusaha untuk mencari pasangan, bahkan mereka bersedia akan membayar dengan poin pribadi."
"Kamu benar juga... Mereka tidak sebodoh itu untuk merelakan poin pribadi selama tiga bulan. Kalau itu aku, aku lebih memilih membayar dengan poin pribadi untuk lulus ujian ini, atau aku akan memberikan Housen-kun setengah dari poin pribadi yang kuterima."
Sejauh ini, aku tidak merasakan hal itu dari kata-kata dan pergerakan Nanase.
"Persis seperti yang dikatakan Ayanokouji-senpai. Housen-kun tidak menerima hadiah dari teman-teman sekelas."
Itu berarti Housen hanya mengatur dan mengendalikan kelas.
Dan siswa yang menentang Housen akan dikucilkan sepenuhnya.
Dilarang mengambil tindakan sendiri-sendiri seperti memutuskan pasangan tanpa izin.
Siswa Kelas D tahun pertama tidak muncul di pertemuan pertukaran karena sejak awal mereka sudah tahu bahwa itu tidak ada artinya.
"Apa kamu tidak bisa membujuk sebagian siswa yang memiliki kemampuan akademik tinggi?"
Usulan Horikita tidak memiliki imbalan. Itu hanya cara untuk menyelamatkan teman sekelas.
Berbeda dengan siswa tahun kedua, siswa tahun pertama tidak terlalu memikirkan kelas dan teman-teman mereka.
Tidak mungkin bagi mereka untuk langsung akrab dalam waktu satu atau dua minggu setelah memasuki sekolah.
"Aku sudah bertanya pada beberapa orang, tapi tidak ada seorangpun yang mau mempertimbangkannya."
"Pada akhirnya imbalan adalah hal yang utama."
"Bisakah beberapa orang menandatangani kontrak dengan poin pribadi?"
Jika kami ingin menargetkan nilai yang tinggi seperti Kelas 2A dan Kelas 2C, kami membutuhkan banyak poin pribadi untuk merekrut sejumlah siswa berbakat. Tapi.. jika kami membatasi jumlah siswa yang dibayarkan untuk mencegah mereka drop out, kami dapat menekan biayanya.
"Yah... Jika kita tidak punya pilihan lain, kita harus melakukannya. Tapi hubungan kerja sama dengan poin pribadi hanya sebatas itu saja. Sementara aku.. berharap untuk terus menjalin hubungan kerja sama di masa yang akan datang."
Setelah mengatakan itu kepadaku, Horikita segera berbalik menghadap ke arah Nanase.
"Apa maksudmu?"
"Sekarang, tahun kedua dan tahun pertama bertarung secara berbeda. Karena tidak ada resiko drop out di tahun pertama, saat ini kalian berada di posisi atas. Tapi ini tidak akan berlangsung selamanya. Hari dimana kalian akan menghadapi ujian khusus yang beresiko drop out akan segera datang. Bagaimana jika saat itu hanya ada kontrak dengan poin pribadi? Bagaimana jika ada situasi yang mengharuskan Kelas D tahun pertama membayar poin pribadi? Bagaimana jika dana tidak cukup untuk membayarnya?"
Mungkin beberapa siswa bisa diselamatkan, tapi tidak mengherankan jika siswa lainnya tidak bisa diselamatkan.
"Itulah sebabnya aku ingin membangun hubungan kerja sama secara setara tanpa melibatkan poin pribadi. Aku juga ingin membangun hubungan kepercayaan. Karena kita berada di tahun ajaran yang berbeda, kita bisa menjalin hubungan kepercayaan yang khusus."
Dengan menyepakati kerja sama sekarang, Horikita siap untuk membantu seandainya siswa Kelas D tahun pertama mengalami masalah di masa depan nanti. Intinya, strategi Horikita hampir sama dengan Ichinose.
Perbedaannya adalah kami bukan bekerja sama dengan keseluruhan kelas di tahun pertama, melainkan hanya bekerja sama dengan Kelas D tahun pertama.
Daripada membangun hubungan kerja sama dengan keseluruhan kelas tahun pertama, lebih baik fokus pada Kelas D tahun pertama.
Ujian khusus telah memasuki hari keempat. Kami tidak boleh menghabiskan waktu terlalu banyak.
Nanase memahami perkataan Horikita.
Namun, ekspresinya yang suram itu tidak berubah sedikitpun.
"Aku mengerti apa yang ingin senpai katakan. Tapi kupikir, teman sekelasku tidak akan bisa memahaminya. Banyak dari mereka yang menginginkan poin pribadi untuk diri sendiri. Dalam hal ini, mereka akan menganggap berpasangan tanpa menerima poin pribadi adalah sebuah kerugian."
Sepertinya mereka membutuhkan waktu untuk memahami sistem sekolah ini.
"Saat ini, ada dua hambatan untuk bekerja sama dengan Kelas D tahun pertama. Pertama adalah Housen-kun dan yang kedua adalah siswa pintar yang menginginkan poin pribadi. Hambatan yang kedua mungkin berlaku untuk semua kelas satu."
Jika dilihat dari permukaan, memang benar ada sedikit manfaat untuk bekerja sama, tapi sebenarnya tidak semudah itu. Ada banyak hambatan di Kelas D tahun pertama yang harus diatasi, seperti Housen.
Apakah Horikita menyadari fakta tersebut?
"Tolong biarkan aku berbicara dengan Housen-kun."
Horikita memutuskan untuk melangkah lebih jauh, karena tidak mungkin untuk membuat kesepakatan tanpa kehadiran Housen.
"Itu benar... Jika kita ingin menyetujui kerja sama yang setara, itu tidak bisa dihindari."
"Kalau kamu tidak keberatan, aku siap menemuinya sekarang."
"Baiklah, aku akan menghubunginya."
Nanase mengeluarkan ponselnya dan berjalan menuju pintu perpustakaan.
"Pengaruh Housen-kun lebih besar dari yang kukira."
"Sepertinya begitu."
"Rencanaku untuk bekerja sama dengan Kelas D tahun pertama... Tidak salah, kan?"
"Membangun hubungan kerja sama demi masa depan bukanlah strategi yang buruk. Sebaliknya, dapat dikatakan bahwa itu adalah hal utama dalam ujian khusus ini. Bahkan Sakayanagi dan Ryuuen menggunakan label kelas dan poin pribadi untuk membangun hubungan kerja sama dengan para siswa yang berbakat dari semua kelas di tahun pertama. Sedangkan Ichinose sudah menjalin hubungan kepercayaan yang kuat dengan menyelamatkan siswa tahun pertama berkemampuan akademik rendah, meskipun tidak ada gunanya. Dan strategimu hampir mirip dengan Ichinose, bedanya kau hanya akan bekerja sama dengan satu kelas, kan? Kau sudah menjadi pemimpin kelas yang bisa bersaing dengan mereka bertiga."
(Tl note : untuk mendapatkan kerja sama dari siswa tahun pertama.. Sakayanagi mengandalkan label kelas, Ryuuen membayar dengan poin pribadi, Ichinose membantu siswa akademik rendah dan Horikita bernegosiasi dengan satu kelas [Kelas D] di tahun pertama)
Mendengar kesimpulanku itu, Horikita mengangguk dengan ringan. Sekarang yang tersisa adalah berhasil atau tidaknya negosiasi ini. Ketika sedang menunggu Nanase kembali, aku melihatnya memanggil kami dengan memberi isyarat menundukkan kepala di pintu masuk perpustakaan.
"Aku penasaran, apa yang terjadi?"
"Ayo kita ke sana."
Kami meninggalkan perpustakaan dan menghampiri Nanase.
"Maaf senpai... Um, Housen ingin berbicara denganmu melalui panggilan ponsel."
Nanase memberikan ponselnya kepada Horikita.
Setelah menerima ponsel, Horikita mengalihkan suara panggilan menjadi louspeaker dan mencoba untuk berbicara dengan Housen.
"Aku membuatmu menunggu."
"Yo. Aku sudah dengar ceritanya dari Nanase."
"Kalau bisa, aku ingin bertemu secara langsung dan menjelaskannya kepadamu."
"Aku tidak perlu bertemu denganmu karena aku tidak butuh penjelasanmu."
Housen berkata begitu sambil tertawa.
"Itu berarti... Kamu tidak mau bernegosiasi?"
"Begitulah. Aku bahkan tidak ingin berbicara melalui telepon, tapi Nanase tidak mau mendengarkanku."
"Tapi Housen-kun, aku bersedia untuk mempertimbangkannya."
"Berisik! Apa wewenangmu? Apa kau mau kubunuh, hah!?"
"Aku tidak akan terbunuh, tapi setidaknya temuilah Horikita-senpai meski hanya sekali."
"Jika kau tidak bisa mendapatkan poin pribadi, jangan menghubungiku lagi."
Nanase mencoba untuk melanjutkan perkataannya, tapi Housen segera mengakhiri panggilan.
Nanase segera menghubunginya, tapi Housen tidak mengangkat panggilannya meski sudah dihubungi berkali-kali.
"Maaf..."
Nanase meminta maaf kepadaku dan Horikita sambil menundukkan kepalanya. Meskipun itu bukan kesalahannya.
"Tolong angkat kepalamu. Aku sangat berterima kasih atas bantuanmu. Hanya saja, itu tidak berjalan dengan lancar karena kebijakanku dengan Housen-kun sangat berbeda."
"Itu..."
"Untuk hari ini, lebih baik kita akhiri sampai disini. Kuharap kamu memikirkan cara agar Housen-kun mau menemui kami. Tapi aku hanya akan menunggu sampai akhir minggu ini."
Jika lebih dari itu, Horikita harus mencari pasangan selain siswa Kelas D tahun pertama. Aku berharap agar itu tidak terjadi, karena cukup sulit untuk menemukan 'siswa yang tersisa dari ketiga kelas yang sudah hampir habis terjual'.
(Tl note : ' kelas yang sebagian besar siswanya sudah memiliki pasangan)
"Aku sangat senang karena senpai belum menyerah. Tapi..."
Nanase menahan kata-kata yang hampir diucapkannya. Kami tidak bisa membentuk kerja sama yang setara karena Housen-kun, dia mungkin merasa ini akan berakhir jika dia berkata begitu.
"Untuk sekarang ini sudah cukup. Setidaknya Housen-kun sudah mengetahui apa yang kuinginkan."
Dia menjadi semakin tidak sabar, karena waktu yang semakin berkurang, tapi pada akhirnya Horikita menyimpulkan bahwa kohai ini begitu tegar.
Horikita menyarankan untuk pulang bersama, tapi Nanase mengatakan bahwa dia akan pergi ke suatu tempat. Dia juga berkata akan menemui kami lagi besok di perpustakaan.
"Ayo kita kembali. Ada banyak hal yang harus kulakukan."
Tampaknya setelah Horikita tiba di asrama, dia akan mengadakan belajar kelompok dengan beberapa orang termasuk Sudou.
"Oh, iya. Mungkin aku harus mendengarnya dengan jelas mengenai pasanganmu, apa kamu akan mencarinya sendiri atau menyerahkannya kepadaku? Mungkin itu akan berdampak di masa depan."
Jika negosiasi dengan Housen berhasil, sejumlah orang harus disesuaikan.
"Ada seorang kandidat yang kurasa aman untuk diajak bekerja sama."
"Kalau itu bukan karena kemampuan akademiknya, berarti itu orang tertentu. Siapa itu?"
"Itu rahasia."
"Rahasia... Apa kamu mau menyembunyikannya dariku?"
"Aku hanya mengenalnya di permukaan."
"Bukankah itu masalah? Apa bisa bekerja sama hanya dengan itu?"
"Ya, kupikir itu akan menjadi jelas hari ini. Tapi... Aku akan menilainya paling lambat hingga akhir minggu ini."
"Kuharap berjalan lancar... Jangan mengeluh jika kamu tidak mendapatkan pasangan hingga batas waktunya."
"Aku akan mengingatnya. Daripada itu, ada sesuatu yang lebih kukhawatirkan. Apa kondisimu baik-baik saja?"
"Apa kau peduli padaku?"
"Aku bukannya mengkhawatirkan kekuatan fisikmu, tapi aku khawatir dengan tindakan yang harus kau lakukan dari sekarang hingga hari ujian tulis tiba."
Jika dia terlalu kelelahan, itu mungkin akan berpengaruh pada hari ujian.
Selain mengadakan belajar kelompok, dia juga membantuku agar bisa memasak untuk Amasawa hingga larut malam.
Rasa lelah pasti telah menumpuk secara bertahap.
"Mungkin aku memang akan berakhir kelelahan. Tapi sekarang aku tidak punya waktu untuk beristirahat. Aku tidak akan jatuh sampai ujian khusus ini selesai."
Apa ada banyak faktor yang membuatnya sadar untuk bertarung demi kelas?
Tidak hanya Yousuke dan Kushida, siswa akademik tinggi seperti Keisei dan Mii-chan juga menawarkan diri untuk bekerja sama dengan Horikita. Setelah itu, Horikita memutuskan sebuah rencana untuk bekerja sama dengan Kelas D tahun pertama sambil mempertimbangkan masa depan dengan berbagai asumsi yang ada.
Faktanya.. pemimpin tidak dapat membuat keputusan ke kanan dan ke kiri, karena itu hanya akan menghasilkan efek yang buruk.
Seberapa cepat kami menyelesaikan perjuangan ini dalam melawan waktu adalah hal yang sangat penting bagi Kelas D tahun kedua.
Kamis mendekati akhir pekan. Setelah pulang sekolah, aku pergi ke perpustakaan bersama Horikita.
Hari ini kami akan berdiskusi disana dengan siswa Kelas D tahun pertama yang diwakili oleh Nanase.
Dalam perjalanan, Horikita membahas tentang pasangan di ujian khusus ini.
"Apa kamu sudah melihat pembaruan OAA hari ini?"
"Ada 17 pasangan yang sudah terbentuk, totalnya sekarang ada 73 pasangan."
Jumlah pasangan tidak begitu mengkhawatirkan, hanya saja.. kali ini ada satu perbedaan dari pembaruan OAA sebelumnya.
Dua siswa Kelas 1D telah memutuskan pasangan.
Kelas 1D yang belum bertindak selama tiga hari, telah menunjukkan tanda-tanda untuk memulai pergerakan mereka.
"Aku sedikit tidak sabar. Kupikir Housen-kun akan melihat situasi sedikit lebih lama. Saat istirahat makan siang, aku membicarakan hal itu dengan beberapa siswa Kelas D tahun pertama, tapi mereka mengatakan bahwa mereka tidak tahu apa-apa tentang siswa yang sudah berpasangan."
"Ini masalah yang rumit, apakah mereka benar-benar tidak mengetahuinya atau mereka disuruh untuk tutup mulut."
Kecuali jika mereka mendapatkan banyak poin pribadi untuk siswa yang cerdas, mereka mungkin sudah diberitahu untuk tidak membuat pasangan, atau tidak membicarakannya.
"Bagaimanapun, ini merupakan kabar baik bahwa kamu memutuskan untuk bertemu dengan Nanase-san. Mungkin kita bisa membicarakan hal itu dengannya."
Horikita hanya satu kali melakukan kontak dengan Nanase, dan mereka belum pernah berbicara secara langsung.
Namun saat itu, Nanase berdiri di samping Housen. Karena itu dia bisa dianggap sebagai siswa yang memahami situasi ini.
Sejujurnya ketika aku berbicara dengan Nanase, aku sangat terkesan.
Entah kenapa, kepribadiannya itu mengingatkanku dengan Ichinose.
Kami tiba di perpustakaan dan berjalan masuk ke dalam.
"Wah. Ini pengunjung yang langka."
Orang pertama yang kami temui bukanlah Nanase, tapi siswa Kelas C tahun kedua.. Shiina Hiyori.
"Hari ini kami akan membahas ujian khusus dengan siswa tahun pertama. Mungkin nanti akan sedikit berisik."
"Begitu, ya. Kalau begitu, menurutku lebih baik kamu memilih kursi paling ujung. Jika itu hanya sedikit obrolan, itu tidak akan mengganggu pengunjung yang lain. Dan jika ada yang mendekatimu, kamu bisa langsung mengetahuinya."
Hiyori memberi kami saran dengan ramah.
"Apakah Kelas C berjalan baik?"
"Kurasa begitu. Sudah banyak yang memulai pergerakan."
Sulit untuk menceritakan hal itu kepada orang lain karena persaingan kelas. Kami mengucapkan selamat tinggal kepada Hiyori dengan kata sederhana, lalu kami menuju kursi paling ujung. Untuk sesaat.. aku memikirkan Hiyori, namun aku segera menuju Horikita dikursi belakang.
"Selain Nanase, aku sedikit khawatir apakah Housen-kun akan muncul ketika mengetahui Kelas 1D terlibat."
"Ya, adanya dia disini atau tidak, itu akan berdampak sangat besar."
Tempat ini tidak memiliki batasan, jadi belum bisa dipastikan Housen akan datang atau tidak.
Seandainya dia datang, mungkin akan menjadi masalah besar.
"Aku ingin menanyakan sesuatu sebelum diskusi ini dimulai. Apakah kamu sudah belajar?"
"Yah, sedikit-sedikit. Memangnya kenapa?"
"Aku sedikit khawatir karena mendapatkan waktu belajar yang lebih baik untuk fokus mempelajari mata pelajaran yang kupilih."
"Apa kau ingin memberiku keringanan?"
"Mana mungkin. Aku tidak sebaik itu melepaskan kondisi yang menguntungkan diriku. Ini pertaruhan yang harus kumenangkan."
Meski begitu, dia sepertinya penasaran apakah aku belajar dengan baik atau tidak.
Dengan kata lain, dia khawatir kalau aku akan membuat alasan seperti tidak bisa belajar karena sibuk mengurusi ujian khusus.
"Kau sendiri menghabiskan banyak waktu untuk menyatukan Kelas D tahun kedua, kan."
"Itu bukan masalah, dan aku selalu fokus dalam belajar."
Dia tampaknya percaya diri dengan akumulasi belajar hariannya.
"Tenang saja. Aku tidak akan kalah."
"Kalau begitu baguslah..."
Sepertinya dia merasa aku akan melakukan ujian dengan serius, anehnya.. dia percaya padaku.
Sehubungan dengan itu, aku ingin menanyakan sesuatu padanya.
Horikita tidak hanya menyatukan kelas, dia juga mengajari siswa lain dan belajar untuk dirinya sendiri. Apa dia akan tetap seperti ini hingga hari ujian tertulis tiba?
Ketika aku akan mengajukan pertanyaan itu, Nanase tiba di perpustakaan. Dia segera menemukan kami, lalu dia mendekati kami dan menundukkan kepalanya. Tampaknya Housen tidak datang ke pertemuan ini.
"Maaf membuat kalian menunggu senpai."
"Kami juga baru sampai."
Horikita mempersilahkan Nanase untuk duduk di kursi yang berada di sisi lain meja ini, dan diskusi dimulai dengan sedikit salam.
"Sekali lagi... Aku Horikita Suzune. Terima kasih sudah meluangkan waktumu untuk datang berdiskusi hari ini."
"Aku (boku)... ah, tidak... Aku (watashi) Nanase Tsubasa. Aku merasa tidak pantas menerima kata terima kasih dari senpai. Sebaliknya, aku yang harus berterima kasih."
Meski sama-sama Kelas D, mereka berdua memulai diskusi dengan saling menyanjung.
Setelah mendengar balasan yang sopan itu, Horikita segera memulai diskusi hari ini dengan Nanase.
"Sekarang langsung saja, kuharap kamu mau mendengarkanku."
"Tentu saja."
"Pertama-tama, aku ingin kamu memberitahuku tentang kebijakan Kelas D tahun pertama. Untuk pertama kalinya, hari ini dua siswa di kelasmu telah berpasangan. Tapi 38 siswa lainnya belum memutuskan pasangan mereka, termasuk kamu Nanase-san."
Aku tidak tahu apakah itu karena Housen atau siswa lain, tapi jelas ada beberapa rencana yang berhasil.
"Aku sudah mengira kamu akan menanyakan pertanyaan ini. Hari ini, kamu juga menanyakan pertanyaan yang serupa kepada Kajiwara-kun, kan?"
Kajiwara adalah siswa Kelas D tahun pertama. Rupanya, Nanase sudah mengetahui Horikita melakukan kontak dengan siswa Kelas 1D saat istirahat makan siang. Kalau memang begitu, bisa dipertimbangkan bahwa dia sudah mengetahui kami melakukan kontak dengan Hakuchou pada hari pertama.
"Aku sedikit terkejut. Sepertinya kamu menerima laporannya dan berkomunikasi dengan baik."
"Banyak siswa di kelasku yang mulai mengikuti instruksi Housen-kun."
Nanase terus terang mengakui Housen sebagai pemimpin Kelas D tahun pertama.
"Apa karena dia kuat? Tidak, kupikir bukan hanya itu. Cara seperti apa yang dia gunakan?"
Sebelum menjawab pertanyaan itu, Nanase sedikit mengerutkan dahinya.
"Aku minta maaf. Aku tidak bisa menjawabnya. Ini adalah cara yang dipikirkan Housen-kun untuk menyatukan kelas. Aku tidak tahu caranya itu benar atau salah, tapi membocorkannya kepada orang luar akan dianggap sebagai pengkhianatan."
"Ya, kamu benar."
Mendengar perkataan Horikita, Nanase membungkuk dengan ringan dan mengucapkan kata terima kasih. Hanya karena kami seorang senpai, bukan berarti dia perlu untuk membicarakan segalanya. Ekspresi Nanase sekarang sama seperti saat berbicara denganku kemarin, tampak sebuah keinginan yang kuat untuk melindungi teman sekelasnya.
"Kalau begitu kita beralih ke topik utamanya. Apakah Kelas D tahun pertama mau bekerja sama dengan kami? Seperti dua siswa di kelasmu yang sudah berpasangan."
"Aku yakin senpai sudah mendengarnya dari Shiratori-kun, kami selalu siap bekerja sama kapanpun itu. Asalkan senpai memberi sejumlah poin pribadi, kami tidak akan ragu untuk berpasangan dengan siswa dikelasmu."
Jadi, cara Housen ini tidak ada bedanya dengan kata-kata Hakuchou.
Dari informasi saat ini, bisa disimpulkan bahwa poin pribadi dalam jumlah besar telah diterima oleh dua siswa Kelas 1D yang sudah berpasangan.
"Tapi yang ingin aku diskusikan hari ini bukanlah untuk membayar poin kepada kalian."
"Aku tahu itu, Ayanokouji-senpai sudah mengatakannya padaku. Senpai ingin membangun hubungan kerja sama agar kita bisa melindungi siswa akademik rendah di kelas masing-masing, kan?"
"Ya. Jika kamu datang ke sini setelah memahami itu, berarti ada ruang untuk bernegosiasi, kan?"
"Tentu saja ada... Atau begitulah yang ingin kukatakan."
Sekarang wajah Nanase terlihat murung, lalu dia melanjutkan perkataannya...
"Gagasan Housen-kun berfokus pada kemampuan individual. Bisa dibilang dia memaksakan hal itu. Siswa dengan kemampuan akademik rendah ditinggalkan karena tidak bisa menemukan pasangan. Menurutku tidak masalah jika mereka tidak menerima poin pribadi selama tiga bulan, tapi aku khawatir mereka akan dinilai sebagai siswa yang tidak dapat menemukan pasangan. Tidak, mungkin itu juga tidak masalah... yang jadi masalahnya adalah di masa depan mereka akan bertindak secara individual dan tidak akan ada rasa persatuan di kelas, aku benci itu."
Horikita mendengarkan dengan seksama cerita Nanase yang memprediksi masa depan Kelas D tahun pertama.
"Ya. Jika tidak ada seorang pun yang memberi membantu di kelas, cepat atau lambat individualisme akan berkembang. Jika tidak ada yang membantu, kamu harus berusaha sendiri. Tidak akan ada yang muncul untuk membantu meskipun kamu meminta bantuan. Dan seandainya ada ujian khusus yang mengharuskan semua siswa di kelas untuk bekerja sama, kalian tidak akan siap untuk menghadapinya."
Itulah sebabnya Nanase ingin bernegosiasi dengan Horikita untuk menghindari hal itu.
"Apa kamu tidak takut dengan Housen-kun?"
"Ya."
Dia langsung menjawab tanpa ragu-ragu. Sejak tiba disini, Nanase belum melihatku sama sekali, namun kini dia mulai menatapku. Matanya saat ini sama seperti mata yang kulihat dua kali sebelumnya. Ketika aku melihat tatapan yang serupa, dia berkata aku tidak akan menyerah pada kekerasan. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, mungkin saja Nanase adalah satu-satunya orang yang bisa dijadikan sekutu diantara siswa Kelas D tahun pertama.
Seandainya pertemuan kami ini sebuah kebetulan, aku akan mengucapkan terima kasih.
"Kalau begitu, aku akan mengajukan pertanyaan yang sedikit mendalam. Saat ini, berapa banyak siswa Kelas 1D yang berusaha untuk menemukan pasangan? Tolong beritahu aku sebisamu untuk menjawab, tidak peduli apapun kemampuan akademiknya."
Memang benar OAA dapat memberitahukan siapa saja siswa yang sudah berpasangan atau belum, tapi aplikasi itu tidak bisa memberitahu dengan jelas apakah siswa bisa menemukan pasangan atau tidak.
Ini adalah satu-satunya hal tentang kelas yang harus ditanyakan dan dipahami secara langsung.
"Pada saat ini, kira-kira 15 siswa merasa kesulitan untuk menemukan pasangan."
"15 siswa... Lebih banyak dari yang kukira."
Tapi, siswa di kelas D tahun kedua juga banyak yang belum menemukan pasangan.
Jika dipikirkan baik-baik dan mengkombinasikannya, ada ruang untuk bekerja sama.
"Nanase-san. Kalau kamu bersedia, aku ingin membuat sebuah kesepakatan yang bagus denganmu."
"Kesepakatan yang bagus?"
"Aku dan kamu akan menyesuaikan 15 pasangan dan menyelesaikannya sekaligus. Terlepas dari kemampuan akademik A atau E. Tentu saja tidak akan ada sama sekali transaksi poin pribadi. Kerja sama secara setara yang saling menguntungkan."
Dengan kata lain, itu berarti gift dan take.
Jika saling membantu seperti itu, maka tidak ada transaksi poin ataupun membangun hubungan.
Hanya dengan kesepakatan ini, kemungkinan dropout akan turun secara signifikan.
Tapi Horikita dan Nanase tahu bahwa itu tidaklah sederhana.
"Meskipun kami setuju dengan kesepakatan itu, tidak ada jaminan kami dapat membantu siswa akademik rendah di kelas Horikita-senpai. Sebagian besar siswa di kelasku yang kesulitan menemukan pasangan, memiliki kemampuan akademik C dan D."
Jika maksimumnya C+, masih ada resiko untuk berpasangan dengan akamdemik E. Tidak ada sedikitpun keuntungan yang bisa kami peroleh di sini.
"Aku ingin kamu berusaha untuk mencegah itu terjadi."
"Kurasa begitu. Tapi tidak mudah untuk menyetujui kesepakatan ini."
Nanase tidak menyangkal perkataan Horikita, tapi dia tidak bisa mengakui kesepakatan.
"Housen-kun tidak akan setuju untuk membantu dengan gratis, terutama sekarang."
Semenjak masuk sekolah, Kelas A tahun kedua telah mempertahankan poin kelas yang tinggi dan menyimpan banyak poin pribadi. Sedangkan Kelas C tahun kedua, meski sudah mengeluarkan banyak poin pribadi untuk menyelamatkan Ryuuen, dana mereka masih stabil karena sebuah kontrak dengan Kelas A tahun kedua. Mengingat situasi dimana dua kelas tersebut memperebutkan siswa dengan pembayaran poin yang tinggi, tidak ada salahnya untuk menjual kemampuan dengan harga yang tinggi.
Rencana dan Kebijakan Housen bisa dikatakan benar.
Bahkan jika mereka menetapkan harga yang tinggi, dapat dipastikan bahwa Kelas 1 D lebih tinggi dari kelas satu lainnya.
Itu sebanding dengan beberapa siswa yang telah berpasangan.
"Bahkan jika demi kelas? Dia seharusnya tidak akan dirugikan."
Kerugian memiliki siswa yang tidak berpasangan, jadi dia tidak akan menerima poin pribadi yang seharusnya dia dapatkan. Dia harusnya sudah tahu itu tanpa perlu dijelaskan.
"Aku tahu apa yang ingin Horikita-senpai sampaikan. Sebagian besar aku mengerti isi pembicaraan ini."
Rupanya Nanase menerima usulan Horikita dengan baik, akan tetapi...
"Ya... Kurasa Housen-kun tidak akan menyetujuinya."
Entah kenapa, aku bisa memahami sedikit apa yang sedang dia pikirkan.
"Aku mengerti sesuatu. Housen tidak hanya sekedar mengambil poin pribadi."
"Apa maksudmu?"
"Menurutku alasan Housen tidak mau menerima pasangan untuk siswa pintar di kelasnya kecuali ada poin besar karena Housen sendiri yang mengambil poin tersebut. Seandainya itu yang terjadi, dia harus memikirkan cara untuk menugaskan siswa yang memiliki kemampuan akademik rendah secara aktif. Intinya.. mereka akan berusaha untuk mencari pasangan, bahkan mereka bersedia akan membayar dengan poin pribadi."
"Kamu benar juga... Mereka tidak sebodoh itu untuk merelakan poin pribadi selama tiga bulan. Kalau itu aku, aku lebih memilih membayar dengan poin pribadi untuk lulus ujian ini, atau aku akan memberikan Housen-kun setengah dari poin pribadi yang kuterima."
Sejauh ini, aku tidak merasakan hal itu dari kata-kata dan pergerakan Nanase.
"Persis seperti yang dikatakan Ayanokouji-senpai. Housen-kun tidak menerima hadiah dari teman-teman sekelas."
Itu berarti Housen hanya mengatur dan mengendalikan kelas.
Dan siswa yang menentang Housen akan dikucilkan sepenuhnya.
Dilarang mengambil tindakan sendiri-sendiri seperti memutuskan pasangan tanpa izin.
Siswa Kelas D tahun pertama tidak muncul di pertemuan pertukaran karena sejak awal mereka sudah tahu bahwa itu tidak ada artinya.
"Apa kamu tidak bisa membujuk sebagian siswa yang memiliki kemampuan akademik tinggi?"
Usulan Horikita tidak memiliki imbalan. Itu hanya cara untuk menyelamatkan teman sekelas.
Berbeda dengan siswa tahun kedua, siswa tahun pertama tidak terlalu memikirkan kelas dan teman-teman mereka.
Tidak mungkin bagi mereka untuk langsung akrab dalam waktu satu atau dua minggu setelah memasuki sekolah.
"Aku sudah bertanya pada beberapa orang, tapi tidak ada seorangpun yang mau mempertimbangkannya."
"Pada akhirnya imbalan adalah hal yang utama."
"Bisakah beberapa orang menandatangani kontrak dengan poin pribadi?"
Jika kami ingin menargetkan nilai yang tinggi seperti Kelas 2A dan Kelas 2C, kami membutuhkan banyak poin pribadi untuk merekrut sejumlah siswa berbakat. Tapi.. jika kami membatasi jumlah siswa yang dibayarkan untuk mencegah mereka drop out, kami dapat menekan biayanya.
"Yah... Jika kita tidak punya pilihan lain, kita harus melakukannya. Tapi hubungan kerja sama dengan poin pribadi hanya sebatas itu saja. Sementara aku.. berharap untuk terus menjalin hubungan kerja sama di masa yang akan datang."
Setelah mengatakan itu kepadaku, Horikita segera berbalik menghadap ke arah Nanase.
"Apa maksudmu?"
"Sekarang, tahun kedua dan tahun pertama bertarung secara berbeda. Karena tidak ada resiko drop out di tahun pertama, saat ini kalian berada di posisi atas. Tapi ini tidak akan berlangsung selamanya. Hari dimana kalian akan menghadapi ujian khusus yang beresiko drop out akan segera datang. Bagaimana jika saat itu hanya ada kontrak dengan poin pribadi? Bagaimana jika ada situasi yang mengharuskan Kelas D tahun pertama membayar poin pribadi? Bagaimana jika dana tidak cukup untuk membayarnya?"
Mungkin beberapa siswa bisa diselamatkan, tapi tidak mengherankan jika siswa lainnya tidak bisa diselamatkan.
"Itulah sebabnya aku ingin membangun hubungan kerja sama secara setara tanpa melibatkan poin pribadi. Aku juga ingin membangun hubungan kepercayaan. Karena kita berada di tahun ajaran yang berbeda, kita bisa menjalin hubungan kepercayaan yang khusus."
Dengan menyepakati kerja sama sekarang, Horikita siap untuk membantu seandainya siswa Kelas D tahun pertama mengalami masalah di masa depan nanti. Intinya, strategi Horikita hampir sama dengan Ichinose.
Perbedaannya adalah kami bukan bekerja sama dengan keseluruhan kelas di tahun pertama, melainkan hanya bekerja sama dengan Kelas D tahun pertama.
Daripada membangun hubungan kerja sama dengan keseluruhan kelas tahun pertama, lebih baik fokus pada Kelas D tahun pertama.
Ujian khusus telah memasuki hari keempat. Kami tidak boleh menghabiskan waktu terlalu banyak.
Nanase memahami perkataan Horikita.
Namun, ekspresinya yang suram itu tidak berubah sedikitpun.
"Aku mengerti apa yang ingin senpai katakan. Tapi kupikir, teman sekelasku tidak akan bisa memahaminya. Banyak dari mereka yang menginginkan poin pribadi untuk diri sendiri. Dalam hal ini, mereka akan menganggap berpasangan tanpa menerima poin pribadi adalah sebuah kerugian."
Sepertinya mereka membutuhkan waktu untuk memahami sistem sekolah ini.
"Saat ini, ada dua hambatan untuk bekerja sama dengan Kelas D tahun pertama. Pertama adalah Housen-kun dan yang kedua adalah siswa pintar yang menginginkan poin pribadi. Hambatan yang kedua mungkin berlaku untuk semua kelas satu."
Jika dilihat dari permukaan, memang benar ada sedikit manfaat untuk bekerja sama, tapi sebenarnya tidak semudah itu. Ada banyak hambatan di Kelas D tahun pertama yang harus diatasi, seperti Housen.
Apakah Horikita menyadari fakta tersebut?
"Tolong biarkan aku berbicara dengan Housen-kun."
Horikita memutuskan untuk melangkah lebih jauh, karena tidak mungkin untuk membuat kesepakatan tanpa kehadiran Housen.
"Itu benar... Jika kita ingin menyetujui kerja sama yang setara, itu tidak bisa dihindari."
"Kalau kamu tidak keberatan, aku siap menemuinya sekarang."
"Baiklah, aku akan menghubunginya."
Nanase mengeluarkan ponselnya dan berjalan menuju pintu perpustakaan.
"Pengaruh Housen-kun lebih besar dari yang kukira."
"Sepertinya begitu."
"Rencanaku untuk bekerja sama dengan Kelas D tahun pertama... Tidak salah, kan?"
"Membangun hubungan kerja sama demi masa depan bukanlah strategi yang buruk. Sebaliknya, dapat dikatakan bahwa itu adalah hal utama dalam ujian khusus ini. Bahkan Sakayanagi dan Ryuuen menggunakan label kelas dan poin pribadi untuk membangun hubungan kerja sama dengan para siswa yang berbakat dari semua kelas di tahun pertama. Sedangkan Ichinose sudah menjalin hubungan kepercayaan yang kuat dengan menyelamatkan siswa tahun pertama berkemampuan akademik rendah, meskipun tidak ada gunanya. Dan strategimu hampir mirip dengan Ichinose, bedanya kau hanya akan bekerja sama dengan satu kelas, kan? Kau sudah menjadi pemimpin kelas yang bisa bersaing dengan mereka bertiga."
(Tl note : untuk mendapatkan kerja sama dari siswa tahun pertama.. Sakayanagi mengandalkan label kelas, Ryuuen membayar dengan poin pribadi, Ichinose membantu siswa akademik rendah dan Horikita bernegosiasi dengan satu kelas [Kelas D] di tahun pertama)
Mendengar kesimpulanku itu, Horikita mengangguk dengan ringan. Sekarang yang tersisa adalah berhasil atau tidaknya negosiasi ini. Ketika sedang menunggu Nanase kembali, aku melihatnya memanggil kami dengan memberi isyarat menundukkan kepala di pintu masuk perpustakaan.
"Aku penasaran, apa yang terjadi?"
"Ayo kita ke sana."
Kami meninggalkan perpustakaan dan menghampiri Nanase.
"Maaf senpai... Um, Housen ingin berbicara denganmu melalui panggilan ponsel."
Nanase memberikan ponselnya kepada Horikita.
Setelah menerima ponsel, Horikita mengalihkan suara panggilan menjadi louspeaker dan mencoba untuk berbicara dengan Housen.
"Aku membuatmu menunggu."
"Yo. Aku sudah dengar ceritanya dari Nanase."
"Kalau bisa, aku ingin bertemu secara langsung dan menjelaskannya kepadamu."
"Aku tidak perlu bertemu denganmu karena aku tidak butuh penjelasanmu."
Housen berkata begitu sambil tertawa.
"Itu berarti... Kamu tidak mau bernegosiasi?"
"Begitulah. Aku bahkan tidak ingin berbicara melalui telepon, tapi Nanase tidak mau mendengarkanku."
"Tapi Housen-kun, aku bersedia untuk mempertimbangkannya."
"Berisik! Apa wewenangmu? Apa kau mau kubunuh, hah!?"
"Aku tidak akan terbunuh, tapi setidaknya temuilah Horikita-senpai meski hanya sekali."
"Jika kau tidak bisa mendapatkan poin pribadi, jangan menghubungiku lagi."
Nanase mencoba untuk melanjutkan perkataannya, tapi Housen segera mengakhiri panggilan.
Nanase segera menghubunginya, tapi Housen tidak mengangkat panggilannya meski sudah dihubungi berkali-kali.
"Maaf..."
Nanase meminta maaf kepadaku dan Horikita sambil menundukkan kepalanya. Meskipun itu bukan kesalahannya.
"Tolong angkat kepalamu. Aku sangat berterima kasih atas bantuanmu. Hanya saja, itu tidak berjalan dengan lancar karena kebijakanku dengan Housen-kun sangat berbeda."
"Itu..."
"Untuk hari ini, lebih baik kita akhiri sampai disini. Kuharap kamu memikirkan cara agar Housen-kun mau menemui kami. Tapi aku hanya akan menunggu sampai akhir minggu ini."
Jika lebih dari itu, Horikita harus mencari pasangan selain siswa Kelas D tahun pertama. Aku berharap agar itu tidak terjadi, karena cukup sulit untuk menemukan 'siswa yang tersisa dari ketiga kelas yang sudah hampir habis terjual'.
(Tl note : ' kelas yang sebagian besar siswanya sudah memiliki pasangan)
"Aku sangat senang karena senpai belum menyerah. Tapi..."
Nanase menahan kata-kata yang hampir diucapkannya. Kami tidak bisa membentuk kerja sama yang setara karena Housen-kun, dia mungkin merasa ini akan berakhir jika dia berkata begitu.
"Untuk sekarang ini sudah cukup. Setidaknya Housen-kun sudah mengetahui apa yang kuinginkan."
Dia menjadi semakin tidak sabar, karena waktu yang semakin berkurang, tapi pada akhirnya Horikita menyimpulkan bahwa kohai ini begitu tegar.
Horikita menyarankan untuk pulang bersama, tapi Nanase mengatakan bahwa dia akan pergi ke suatu tempat. Dia juga berkata akan menemui kami lagi besok di perpustakaan.
"Ayo kita kembali. Ada banyak hal yang harus kulakukan."
Tampaknya setelah Horikita tiba di asrama, dia akan mengadakan belajar kelompok dengan beberapa orang termasuk Sudou.
"Oh, iya. Mungkin aku harus mendengarnya dengan jelas mengenai pasanganmu, apa kamu akan mencarinya sendiri atau menyerahkannya kepadaku? Mungkin itu akan berdampak di masa depan."
Jika negosiasi dengan Housen berhasil, sejumlah orang harus disesuaikan.
"Ada seorang kandidat yang kurasa aman untuk diajak bekerja sama."
"Kalau itu bukan karena kemampuan akademiknya, berarti itu orang tertentu. Siapa itu?"
"Itu rahasia."
"Rahasia... Apa kamu mau menyembunyikannya dariku?"
"Aku hanya mengenalnya di permukaan."
"Bukankah itu masalah? Apa bisa bekerja sama hanya dengan itu?"
"Ya, kupikir itu akan menjadi jelas hari ini. Tapi... Aku akan menilainya paling lambat hingga akhir minggu ini."
"Kuharap berjalan lancar... Jangan mengeluh jika kamu tidak mendapatkan pasangan hingga batas waktunya."
"Aku akan mengingatnya. Daripada itu, ada sesuatu yang lebih kukhawatirkan. Apa kondisimu baik-baik saja?"
"Apa kau peduli padaku?"
"Aku bukannya mengkhawatirkan kekuatan fisikmu, tapi aku khawatir dengan tindakan yang harus kau lakukan dari sekarang hingga hari ujian tulis tiba."
Jika dia terlalu kelelahan, itu mungkin akan berpengaruh pada hari ujian.
Selain mengadakan belajar kelompok, dia juga membantuku agar bisa memasak untuk Amasawa hingga larut malam.
Rasa lelah pasti telah menumpuk secara bertahap.
"Mungkin aku memang akan berakhir kelelahan. Tapi sekarang aku tidak punya waktu untuk beristirahat. Aku tidak akan jatuh sampai ujian khusus ini selesai."
Apa ada banyak faktor yang membuatnya sadar untuk bertarung demi kelas?
Tidak hanya Yousuke dan Kushida, siswa akademik tinggi seperti Keisei dan Mii-chan juga menawarkan diri untuk bekerja sama dengan Horikita. Setelah itu, Horikita memutuskan sebuah rencana untuk bekerja sama dengan Kelas D tahun pertama sambil mempertimbangkan masa depan dengan berbagai asumsi yang ada.
Faktanya.. pemimpin tidak dapat membuat keputusan ke kanan dan ke kiri, karena itu hanya akan menghasilkan efek yang buruk.
Seberapa cepat kami menyelesaikan perjuangan ini dalam melawan waktu adalah hal yang sangat penting bagi Kelas D tahun kedua.
***
Suhu malam ini terasa sedikit dingin. Berdiri di dapur, aku memasak dengan menggunakan bahan-bahan yang kubeli hari ini.
Aku menantang diriku sendiri dengan membuat Tom Yam Kung yang sebelumnya kubuat untuk Amasawa.
Tentu saja kali ini aku akan melihat langsung resep dan video sebagai refrensi.
Nama hidangan Tom Yam Kung di ambil dari tiga arti yang dikombinasikan yaitu, merebus, mencampur dan udang.
"Rasanya agak unik, tapi tidak begitu buruk."
Rasa pedas dan asam menyebar di dalam mulut dan aromanya menembus hidung, hidangan yang membuat seseorang ketagihan untuk memakannya.
Setelah membereskannya, aku menyalakan kipas angin untuk menghilangkan bau yang memenuhi ruangan. Aku tenggelam dalam suara kipas angin sehingga aku tidak menyadari bunyi ponsel, saat kuperhatikan.. ponselku bergetar di tempat tidur. Aku berpikir untuk menghubunginya nanti, tapi karena tidak berhenti berdering, aku mengangkat panggilan itu.
"Kamu terlalu lama mengangkat panggilan telepon."
Panggilan telepon pertama dari Kei semenjak ujian khusus dimulai.
Kata-kata pertama yang kudengar adalah keluhan darinya.
"Padahal kamu yang menyuruhku untuk menghubungimu, kan?"
"Maaf. Jadi, apa kau sudah memeriksa permintaan yang kusampaikan tadi pagi?"
"Aku menghubungimu karena aku sudah memeriksanya. Bukankah seharusnya kamu berterima kasih kepadaku?"
"Terima kasih. Lalu?"
"Aku merasa kamu tidak bersyukur... Yah, itu tidak masalah. Menurut petugas di toko, hanya satu yang terjual pada bulan April tahun ini. Sepertinya produk itu kurang laku dibandingkan produk sejenisnya, dan lebih baik jika terjual satu atau dua dalam setahun. Tapi, ada seorang siswa baru yang ingin membelinya."
Aku tahu siapa yang membelinya, tapi aku lebih penasaran dengan orang yang ingin membelinya.
"Dia tidak jadi membelinya."
Mungkin dia tidak jadi membelinya karena sudah menghabiskan semua poin pribadinya setelah memasuki sekolah.
Tapi aku tidak berpikir ada siswa baru tahun ini yang bertindak ceroboh seperti itu.
"Aku juga menanyakan hal itu. Tepat saat dia akan melakukan pembayaran, ada siswa lain yang memanggilnya. Kemudian dia tidak jadi membeli produk itu dan mengembalikannya. Dan siswa yang mencoba untuk membelinya adalah..."
Aku menyesuaikan situasi sambil mendengarkan karakteristik siswa yang dikatakan Kei.
Awalnya ini hanya sedikit menggangguku... Tidak, ini situasi sangat berbeda.
Aku tidak berharap kalau orang itu akan terlibat dalam masalah ini.
"Apa kau mengetahui siapa yang meminta dia untuk mengembalikan barang tersebut?"
"Hmm, aku tidak tau. Tapi aku yakin itu perempuan."
Kei mengetahui nama pembeli yang menunjukkan kartu pelajarnya, tapi Kei tidak tahu siapa yang menghentikannya.
"Apakah informasiku berguna?"
"Ya. Jauh lebih berguna dari yang kupikirkan."
"Heh, aku ini kompeten. Harusnya kamu bersyukur. Tapi.. kenapa kamu memintaku untuk memeriksa itu? Jujur saja, aku tidak mengerti sama sekali."
"Aku juga."
"Eh?"
Aku ingin mencari sesuatu yang bisa dijadikan petunjuk untuk tindakan misterius itu, tapi ternyata itu jauh melampui imajinasiku.
Kenyataannya, itu sama sekali tidak relevan karena tidak terkait dengan imajinasiku.
"Ngomong-ngomong, kudengar pasanganmu untuk ujian khusus ini sudah diputuskan."
"Ya. Kalau tidak salah namanya adalah Shimazaki-san, siswa Kelas B tahun pertama. Aku merasa terselamatkan berkat Kushida-san."
Setelah aku menyelesaikan urusanku, sekarang aku akan mengubah topik pembicaraan.
"Kupikir pasanganmu tidaklah buruk tapi, apakah proses belajarmu mengalami kemajuan?"
"Yah, mengenai itu, bagaimana aku harus mengatakannya... Aku merasa tidak masalah untuk mulai dimenit-menit terakhir."
Sudah kuduga. Aku belum mendengar dia membicarakan tentang belajar kelompok.
"Ujian ini bukan sesuatu yang bisa kau selesaikan sendiri. Peringkat Kei adalah D+. Jika kau tidak berpikir untuk sedikit serius, kau mungkin akan menyesalinya."
"Aku tahu itu, tapi berat rasanya untuk melangkahkan kaki ke sana... Karena Kiyotaka tidak hadir dalam belajar kelompok."
"Seandainya aku ada disana, apa kau akan semangat belajar?"
"... Itu, yah. Aku akan melakukan yang terbaik didepan pacarku."
Masih belum jelas itu benar atau tidak. Tapi jika itu memang benar, maka ceritanya akan cepat.
"Kalau begitu... besok. Apa kau bisa datang ke kamarku sekitar jam enam?"
Kurasa itu waktu yang tepat, mengingat aku akan bertemu Nanase sepulang sekolah.
"Bolehkah aku pergi bermain?"
"Bukan bermain, tapi belajar."
"Eeh?"
Eeh, janai.
"Aku akan mengajarimu. Dengan begitu kau akan sedikit termotivasi, kan?"
Pertama-tama, aku akan mengukur kemampuan Kei.
Dan jika dia memang harus pergi belajar kelompok, aku akan mendesaknya.
"Apa kamu khawatir kalau aku akan dikeluarkan dari sekolah?"
Tiba-tiba dia bertanya padaku dengan suara yang seolah-olah tersanjung. Aku bisa saja memberinya jawaban yang sedikit kejam, tapi jika aku mengatakan bahwa aku mengkhawatirkannya, apa Kei akan termotivasi?
"Tentu saja. Padahal kita baru saja berpacaran dan kau malah dikeluarkan dari sekolah, itu tidak lucu sama sekali."
"Ya~yah, itu benar!? Kalau begitu apa boleh buat. Sebenarnya aku punya banyak rencana, tapi aku akan memberimu perlakuan khusus."
Dia masih saja tidak mau jujur, tapi itu cukup bagus bahwa dia mau menerimanya.
"Apa yang harus kubawa?"
"Apa yang kau butuhkan sudah ada di kamarku. Kau tidak perlu hal lain, selain datang tepat waktu."
"Baiklah!"
"Kalau begitu, aku akan mengakhiri panggilan ini."
"Tu-tunggu dulu! Aku belum membicarakan tentang belajar ataupun ujian khusus."
Sepertinya Kei ingin mengatakan sesuatu yang tidak berhubungan dengan kedua hal tersebut.
"Itu benar juga."
"Dasar kamu ini..."
Setelah itu, tidak ada pembicaraan mengenai belajar dan ujian khusus. Tapi untuk sementara waktu, aku adalah orang yang terus kalah.
***
Komentar
Posting Komentar
Tulis komentar