Langsung ke konten utama

Classroom of the Elite 2nd Year Volume 1 Chapter 5 Part 2

Chapter 5 : Kelas D dengan Kelas D



Pada hari kelima ujian khusus, akhirnya mayoritas siswa telah memutuskan pasangan dan 81 pasangan pun telah terbentuk. Bahkan di Kelas D tahun kedua, siswa yang mendapatkan pasangan telah meningkat.

Hal yang sama juga berlaku untuk orang-orang terdekatku, salah satunya adalah Kei. Dan juga Airi serta Haruka dari Grup Ayanokouji.

Orang yang membantu mereka menemukan pasangan adalah Kushida. Dia bekerja sama dengan siswa yang pernah bersekolah di SMP yang sama dengannya, yaitu Yagami Takuya. Lalu dia memperkenalkan beberapa siswa Kelas B tahun pertama. Tapi.. ini tidak menyelesaikan semuanya. Meskipun Yagami muncul sebagai perwakilan, dia sendiri tidak ingin menjadi pemimpin.. dia hanya bekerja sama sebagai individu. Tidak begitu banyak siswa yang tersedia untuk berpasangan dengan siswa Kelas D tahun kedua yang memiliki kemampuan akademik rendah.

Untuk dapat bekerja sama dengan Yagami, hanya ada satu syarat yang diperlukan.

Seperti yang diumukan OAA, itu terjadi kemarin.

Syaratnya adalah Kushida yang memiliki kemampuan akademik tinggi harus berpasangan dengannya, tapi sepertinya tidak ada keluhan dari Horikita.. karena itu pertukaran yang sepadan. Masih ada beberapa siswa berbakat lainnya yang bisa dijadikan kartu andalan Kelas 2D, seperti Yousuke, Keisei, Mii-chan dan Matshusita, termasuk Horikita sendiri.

Bagaimanapun, mereka belum bisa bersantai begitu saja hanya karena sudah mendapatkan pasangan.

Sebaliknya, bisa dikatakan pertarungan yang sebenarnya baru saja akan dimulai ketika sudah mendapatkan pasangan.

Dengan kata lain, belajar dengan giat adalah jalan yang tidak terhindarkan.

Namun, ada sesuatu seperti rasa persatuan di kelas yang bisa bekerja sama tanpa banyak bicara.

Mungkin itu karena kami telah berjuang bersama selama satu tahun.

Sementara itu...

Seorang siswa berdiri seakan-akan ingin pulang.

Seolah itu adalah waktu yang ditunggunya, Horikita pergi untuk berbicara dengannya.

"Kouenji-kun, kamu belum menemukan pasangan, kan?"

"Memangnya ada apa dengan itu?"

Satu-satunya gangguan yang belum bergabung dengan persatuan di kelas ini.

"Sebagai teman sekelas, kupikir aku harus menanyakan keadaanmu."

Bahkan siswa lain yang penyendiri masih dapat dipahami karena mau membicarakan keadaannya kepada orang-orang disekitarnya.

Tapi Kouenji tidak mengatakan apapun, jadi sulit untuk memahami keadaannya.

"Kamu siswa yang pintar. Aku yakin kamu tidak berpikir untuk keluar dari sekolah, kan?"

"Tentu saja."

"Bahkan jika kamu berpasangan dengan siswa yang mendapatkan penilaian sama dengan Ike-kun, setidaknya kamu akan mencetak nilai 400 poin. Aku yakin kamu akan aman."

Kalau memang begitu, itu berarti Kouenji bisa dianggap sebagai salah satu kartu andalan yang berharga.

Mungkin Horikita menghampirinya untuk hal ini, tapi...

"Ha ha ha! Aku tidak berniat melakukan apapun pada ujian khusus ini. Yang terpenting adalah siswa yang menjadi pasanganku bisa mencetak nilai lebih dari 150 poin. Sangat mudah bagiku untuk mendapatkan nilai di atas standar kelulusan."

Menurut Chabashira, nilai yang bisa didapatkan dalam ujian ini minimum adalah 150 poin. Kecuali dalam kasusku.. jika aku berpasangan dengan siswa dari White Room, tidak mengherankan jika dia mencetak nilai 0 poin dengan sengaja.

Pada akhirnya, siswa akan mengandalkan pasangannya.

Ya, tidak peduli seberapa keras aku mencari pasangan, tidak ada jaminan 100% pasanganku akan mencetak nilai setidaknya 1 poin atau lebih. Tapi, baik siswa tahun pertama maupun siswa tahun kedua harus bertindak berdasarkan asumsi dari pihak sekolah yaitu mendapatkan nilai lebih dari 150 poin. Itu terjamin 99,9%. Dan yang membuat jaminan itu menjadi 100% adalah aturan yang berisikan : siswa akan dikeluarkan dari sekolah jika memperoleh nilai yang tidak sesuai dengan kemampuan akademiknya. Karena itulah Kouenji memiliki kepercayaan diri yang tinggi.

Dia merasa tidak perlu untuk membangun hubungan dengan siapapun.

"Itu berarti tidak masalah dengan siapapun kamu akan berpasangan, kan? Kurasa kamu bisa membiarkanku untuk memutuskan pasanganmu. Ini lebih baik daripada kamu mendapatkan penalti 5%."

Horikita mengatakan topik yang sederhana, tapi pada dasarnya.. gagasan itu cukup wajar.

"Itu benar. Tapi aku menolak."

"Kenapa...? Bolehkah aku tahu alasannya?"

"Karena aku adalah aku."

Intinya dia tidak suka digunakan oleh Horikita.

Pada akhirnya, Kouenji tetaplah Kouenji.

Jika aku harus menggunakan Kouenji untuk menang, aku pasti juga akan berkata begitu. Tapi sebelum itu, aku harus memikirkan strategi lain.

"Apa kamu sudah puas?"

Setelah mendengar jawaban itu, Horikita tidak akan bisa memaksa Kouenji untuk bekerja sama.

Karena Kouenji bukanlah orang yang akan bergerak hanya dengan paksaan, itu hanya akan menjadi usaha yang sia-sia.

"Ya, hanya untuk saat ini saja. Aku tidak bisa tinggal diam selamanya. Ketika tiba waktunya bagi kelas untuk bersatu, aku akan meminta kerja sama darimu."

Horikita tidak membicarakan tentang ujian khusus ini, melainkan ujian di masa yang akan datang.

Tampaknya Horikita ingin bergerak sebelum saat itu tiba.

"Aku tahu kamu ingin bergantung pada diriku yang sempurna ini, tapi aku tidak bisa membantumu."

Kouenji pergi setelah mengatakan itu, dia seolah tidak mau mendengar pembicaraan lebih lanjut.

"Sepertinya memang tidak mungkin meminta bantuan kepada Kouenji."

Aku berkata begitu tanpa sadar.

"Seandainya dia mau serius, kelas kita pasti akan menjadi lebih kuat, tapi itulah yang membuatnya menjadi sangat sensitif."

Tidak ada yang lebih merepotkan daripada senjata rahasia yang tidak bisa digunakan.

Jika salah sedikit saja, harapan itu akan berubah menjadi keputusasaan.

"Aku tidak memperkirakannya dari awal."

Lebih baik berpikir bahwa Kouenji adalah bingkai khusus yang disebut Kouenji.

"Aku tidak akan menyerah."

"Aku mengerti..."

Yah, aku takut akan diputar-putar, itu bagus untuk termotivasi.

***

Pada akhir pekan, ketika aku melangkahkan kaki di perpustakaan, aku merasa suasananya sangat berbeda dari sebelumnya. Banyak siswa tahun pertama dan tahun kedua berkumpil disini. Sebagian besar dari mereka melakukan sesi belajar kelompok dengan tablet dan notebook.

Tampaknya, banyak siswa yang sudah mulai bergerak karena pasangannya sudah diputuskan.

Aku masih ingat setahun yang lalu aku pernah melakukan sesi belajar kelompok di perpustakaan ini.

"Ini akan menjadi sedikit masalah. Jika bertambah banyak orang yang datang kemari, kehadiran kita akan menjadi kurang terlihat."

"Setidaknya, kita masih bisa sedikit terlihat."

Untungnya, tidak ada siswa yang menempati kursi yang kami tempati kemarin.

Ketika aku berada dalam situasi yang tidak mungkin untuk dikuburkan, aku mengarahkan pandanganku ke arah tertentu.

Hiyori yang menyadari tatapanku, melambaikan tangannya sambil tersenyum.

"Aku merasa Ayanokouji-kun akan datang lagi hari ini, jadi aku meminta kepada siswa untuk mengosongkan kursi ini."

"Apa itu tidak apa-apa?"

"Mm, jangan khawatir. Tapi beda lagi ceritanya jika kursi sudah penuh."

Perpustakaan ini memiliki ruangan yang cukup besar. Tapi pertimbangan Hiyori ini sangat membantu.

"Silahkan nikmati waktu kalian."

Setelah mengatakan itu, Hiyori segera meninggalkan kami. Sepertinya dia tidak berniat untuk berlama-lama dengan kami.

"Gadis itu terlalu baik. Apa mungkin dia mendengar percakapan kita sebelumnya?"

"Entahlah. Kurasa sulit dengan jarak segitu."

Kursi ini terletak ditempat yang sama seperti kemarin, mungkin karena sudah diamankan oleh Hiyori.

Lalu Horikita mengeluarkan satu set alat tulis dan buku dari tasnya, sepertinya dia akan belajar disini.

Meskipun kami bersedia untuk menunggu, tidak ada tanda-tanda Nanase akan datang.

"Lama sekali, Nanase-san."

Kami sudah berjanji akan bertemu dengan Nanase sepulang sekolah jam 4.30 sore. Tapi sekarang waktu sudah menunjukkan jam 5 sore.

Aku sudah mengiriminya pesan, tapi dia belum membacanya. Mungkin sudah saatnya kami pergi melihat situasinya, tapi sulit untuk mengetahui keberadaannya.

"Aku akan pergi ke kelas satu untuk melihat..."

Saat Horikita hendak pergi, Nanase muncul dengan tergesa-gesa.

Dia menemukan kami dari pintu masuk, lalu dia berjalan menghampiri kami dengan nafas yang tidak beraturan.

"Maaf. Aku sudah membuat kalian menunggu lama!"

"Tidak apa-apa. Aku hanya khawatir jika sesuatu terjadi padamu."

"Aku membujuk Housen-kun untuk datang kemari."

"Jadi begitu... Sepertinya tidak membuahkan hasil."

Tidak ada tanda-tanda orang yang akan datang dari pintu masuk perpustakaan.

"Apa dia tidak menghentikanmu untuk datang kemari?"

"Dia tidak menghentikanku. Kurasa dia tahu kalau aku tidak bisa memutuskan sesuatu tanpa dirinya."

Tidak peduli seberapa banyak usaha dan tindakan Nanase, keputusan akhir tetap berada di tangan Housen-kun.

Jika Housen sangat percaya diri, maka dia tidak perlu menghentikan tindakan Nanase.

"Sepertinya kita harus bertemu dengannya secara paksa."

"Itu..."

"Aku tahu itu tidaklah mudah. Tapi kalau tidak bertemu secara langsung , kita tidak akan pernah mencapai kesepakatan dan akan selalu seperti ini."

Sepertinya Horikita tidak berpikir untuk memulai diskusi ini tanpa kehadiran Housen.

"Itu benar, tapi..."

Nanase yang bingung akan sesuatu, memutuskan untuk berbicara.

"Horikita-senpai ingin membangun hubungan kerja sama yang setara dengan Kelas D tahun pertama, kan. Apa tidak ada kebohongan dalam gagasan itu?"

"Tentu saja tidak ada."

"Kalau begitu... Apa kamu bersedia untuk mendengarkan saranku?"

Tampaknya Nanase datang kemari dengan sebuah pendapat.

"Meskipun senpai mengusulkan kerja sama yang setara kepada Housen-kun, aku yakin dia akan menolak. Bahkan jika menemuinya secara langsung, kurasa hasilnya sama saja. Jadi, bagaimana kalau Horikita-senpai bernegosiasi denganku? Aku akan menjadi perwakilannya."

"Dengan kata lain, Nanase-san yang akan menjadi pemimpin kelas? Tapi tanpa Housen-kun, tidak ada siswa lain yang akan mengikutimu, kan?"

"Itu hanya karena aku belum menyebut diriku sebagai pemimpin."

Nanase membuat pernyataan yang tak terduga.

"Aku menilai cara berpikir dan tindakan Housen-kun itu membuat kelas tidak akan bisa bersaing dengan kelas lain di masa depan. Mungkin ini adalah rencana yang sulit, tapi sebelum pemikirannya itu menyebar luas, kuharap aku bisa menjadi pemimpin Kelas D tahun pertama. Demi meraih hal itu, aku ingin menjalin hubungan dengan Horikita-senpai dan Kelas D tahun kedua."

Dengan kata lain, kami akan menjatuhkan Housen dari kekuasaannya saat ini, lalu Tsubasa Nanase akan menjadi pemimpin Kelas D tahun pertama.

Aku dan Horikita tidak pernah mengira bahwa Nanase akan mengusulkan ide semacam itu.

Seandainya rencana ini berhasil, kerja sama yang diinginkan Horikita akan dapat terwujud.

"Kami tidak bisa menilai pemimpin yang tepat antara Nanase-san dan Housen-kun karena tidak memiliki informasi yang cukup. Tapi aku bisa mengatakan satu hal, kami tidak punya banyak waktu."

Ujian khusus (ujian tertulis) sudah hampir dekat. Kami tidak punya banyak waktu untuk membantu Nanase merebut kepemimpinan Kelas D tahun pertama.

"Banyak teman sekelasku yang tidak setuju dengan cara dan tindakan Housen-kun. Kemarin, aku juga membicarakan hal ini dengan mereka, ada tujuh siswa yang mau membantuku."

"Mungkin saja itu karena mereka memiliki kemampuan akademik yang rendah, kan?"

"Ya, tapi tiga diantara mereka memiliki kemampuan akademik B."

"Aku mengerti..."

Horikita memikirkannya sejenak. Meskipun tidak sempurna hanya dengan tiga orang, jika ada lebih dari ini sedikit, mungkin tidaklah buruk untuk bekerja sama dengan Nanase.

"Bukankah itu akan menjadi masalah jika Housen-kun mengetahuinya?"

"Tentu saja itu akan menjadi masalah besar. Jadi lebih baik kita merahasiakannya sebelum batas waktu untuk memilih pasangan berakhir. Dia tidak akan menyadarinya jika kita memutuskan pasangan di menit-menit terakhir."

"Tapi kalau seperti itu, akan sulit bagi kami mendapatkan teman sekelasmu yang berbakat."

Fakta bahwa siswa akademik tinggi yang menginginkan poin pribadi tidaklah berubah.

"Kita akan menebusnya. Siswa akademik rendah dapat menghindari hukuman tiga bulan dengan meminta bantuan dan membayar poin pribadi kepada Horikita-senpai. Dengan kata lain, saling membayar. Jika kita bisa mengumpulkan 200.000 poin pribadi, situasinya akan sedikit berubah. Aku tidak berpikir kita bisa mencapai 500.000 poin pribadi untuk satu orang, tapi kurasa itu masih dalam jangkauan."

Dengan kata lain, kami akan merekrut siswa akademik tinggi dengan memberikan poin pribadi, tapi rencana ini sama saja seperti siswa Kelas 1D berkemampuan akademik rendah merekrut teman sekelasnya.

Intinya, kedua belah pihak sama-sama mengeluarkan poin pribadi.

"Rencana ini tidak akan beresiko untuk Horikita-senpai. Tentu saja Housen-kun akan marah setelah mengetahuinya, tapi aku akan bertanggung jawab untuk memastikan siswa yang bekerja sama dengan kita tidak akan berada dalam bahaya. Bagaimana menurutmu?"

"Itu... Tidak peduli seberapa besar keinginanmu untuk menjadi pemimpin kelas, aku merasa rencana ini terlalu membebanimu."

"Aku baik-baik saja. Aku tidak ingin kehilangan kepercayaan dan kesempatan untuk mendapatkan bantuan dari Horikita-senpai."

Baginya itu tidak masalah, asalkan teman sekelasnya terselamatkan.

Bagaimana Horikita akan menanggapi hal ini?

"Itu sudah cukup jelas. Aku ingin bekerja sama dengan Kelas D tahun pertama."

"Ide yang bagus, kan?"

"Tidak, aku tidak bisa menerima idemu itu."

"Tapi selain cara ini..."

"Masalah Kelas D tahun pertama dapat diselesaikan dengan membuat Housen-kun berpihak kepadamu. Jika Housen-kun menginstruksikan kerja sama dengan gratis, banyak siswa yang akan mengikutinya, kan? Bukankah kamu ingin menjadi pemimpin karena kamu tidak suka dengan cara dan tindakan Housen-kun yang sekarang?"

"Ya... Kurasa itu benar."

"Kalau kamu dan Housen-kun saling berselisih, itu akan menghilangkan rasa persatuan, Kelas D tahun pertama akan terbagi menjadi dua fraksi. Aku tidak bisa membiarkanmu untuk melakukan itu. Jadi, bisakah kamu membantuku untuk mengubah pola pikirnya?"

Rupanya, Horikita juga menyadarinya melalui percakapan dengan Nanase.

Jika Housen menyerah dengan caranya sekarang, semua masalah akan terselesaikan.

"Ini taruhan yang berbahaya. Jika senpai gagal bernegosiasi, mungkin tidak akan ada kerja sama antara Kelas 1D dan Kelas 2D di masa depan."

"Aku siap akan hal itu... tidak, tidak. Kurasa masih ada kesempatan untuk bekerja sama. Bukan hanya aku, aku yakin Housen-kun juga memikirkan hal yang sama."

"Meskipun dia telah memperlakukan senpai dengan buruk melalui telepon kemarin?"

"Aku akan menganggapnya sebagai kebalikan dari niat baikku."

Nanase menyetujuinya, mungkin karena dia mengerti apa yang ingin Horikita katakan.

"Hari ini, aku meluangkan waktu dengan Horikita-senpai dan Ayanokouji-senpai. Karena aku tidak salah dalam membaca situasinya."

"Apa maksudmu? Apa karena aku menolak rencanamu?"

"Tidak, aku tidak merasa bahwa rencanaku ditolak. Malahan rencanaku dan Horikita-senpai sudah sejalan sejak awal."

"Maksudmu... kamu juga berpikir untuk membujuknya?"

"Ya."

Sepertinya ide Nanase untuk menjadi pemimpin itu adalah taruhan palsu.

Jika dia memilih untuk mengabaikan masa depan Kelas D tahun pertama hanya demi keuntungan jangka pendek, dia tidak akan bekerja sama dengan Horikita.

"Kita tidak punya banyak waktu seperti yang Horikita-senpai katakan sebelumnya, kita tidak akan bisa bergerak maju jika tidak ada kesempatan untuk bernegosiasi, jadi kita harus sedikit agresif. Tolong izinkan aku untuk mengatur pertemuan selanjutnya, Horikita-senpai. Aku pasti akan membawa Housen-kun pada hari Minggu."

Nanase membungkuk untuk meminta persetujuan Horikita, tampaknya rencana baru ini tidaklah palsu.

Jika menunggu hari Minggu tiba, waktu yang tersisa akan semakin berkurang.

Horikita menatapku dengan bermaksud untuk meminta konfirmasiku.

Aku mengangguk setuju untuk menghilangkan keraguan Horikita.

"Baiklah, aku akan mempercayakannya padamu. Aku menantikan pertemuan dengan Housen-kun di hari Minggu."

"Ya... Terima kasih. Tapi aku ingin menghindari tempat yang mencolok. Tergantung situasinya, ada kemungkinan terjadi tindakan yang tidak terduga."

"Mungkin leboh baik di karaoke. Jika Housen-kun bersedia, kita bisa bertemu disana pada malam harinya."

Memang benar resiko terlihat orang lain akan berkurang pada malam hari.

"Baiklah. Aku akan mengabarimu saat itu."

Saat pembicaraan berakhir, ponsel Horikita berdering.

Horikita menghela nafas setelah membaca pesan di ponselnya.

"Ada apa?"

"Sudah waktunya untuk belajar kelompok. Kurasa itu tidak akan berjalan tapa kehadiranku."

Setelah dilihat, ternyata waktu pada hari ini sudah menunjukkan pukul 05.30.

"Ini adalah kesepakatan yang bagus, bisakah aku memintamu untuk mengurus sisanya?"

"Baiklah."

Horikita mengangguk ringan kepada Nanase dan bergegas pergi untuk bergabung dalam sesi belajar kelompok dengan teman sekelas.

Horikita yang memperhatikan seluruh siswa di kelas, harus bergerak kemana-mana.

"Horikita-senpai benar-benar sibuk."

"Itu merupakan bagian dari pekerjaannya untuk menyatukan siswa di kelas."

"Aku berharap tahun depan aku bisa menjadi seseorang yang sehebat dia..."

"Horikita memang tidak menanyakannya secara detail kepadamu, tapi bagaimana kau akan meyakinkan Housen?"

"Itu... Aku tidak keberatan untuk menjawabnya, tapi tolong beritahu aku tentang dirimu, Ayanokouji-senpai."

"Tentang aku?"

Saat ini matahari mulai terbenam dan dunia bersinar dengan warna oranye.

"Horikita-senpai adalah pemimpin kelas. Tapi Ayanokouji-senpai berbeda, kan?"

Memang benar, Nanase tidak tahu apakah aku pantas untuk berada disini.

Jika aku berkata bahwa aku dipaksa ikut, mungkin Nanase hanya akan terdiam.

"Senpai... Kamu itu orang yang seperti apa?"

Nanase meletakkan tangannya di atas meja dan menunjukkan profilnya.

Tampaknya itu merupakan langkah untuk mencegah orang lain selain aku membaca gerakan wajah dan mulut.

Namun aku tidak memberi jawaban.

"Maukah senpai memberitahuku?"

"Tampaknya yang ingin kau ketahui itu tidak berhubungan dengan posisiku di kelas."

Sesuatu yang berbeda. Dia ingin mengetahui tipe orang yang seperti apa aku ini.

"Ya. Kupikir Ayanokouji-senpai adalah orang yang jahat dan kotor."

Itu adalah ucapan yang berani dengan keinginan yang kuat.

Kemudian tanpa merasa ragu sedikitpun, Nanase menatap langsung ke arah wajahku seolah-olah bertentangan dengan perkataannya. Aku tidak tahu apa salahku hingga dilihat seperti itu.

Kami sudah beberapa kali melakukan kontak dengan sedikit informasi, seperti informasi yang secara pribadi yang dapat kurasakan. Aku tidak ingat pernah untuk berbuat jahat, meskipun itu masalah kompabilitas.

Mungkin Nanase adalah orang dari fasilitas tersebut. Ada alasan untuk berpikir demikian.

Meskipun mengeluarkanku dari sekolah adalah perintah yang penting, itu tidak akan berhasil. Aku yakin dia menerima perintah untuk berhubungan dekat dan mengamati seseorang bernama Ayanokouji Kiyotaka. Aku berpikir kalau dia bukan hanya ingin mengeluarkanku dari sekolah, dia juga ingin membuktikan keunggulannya. Tidak, jika hanya begitu dia tidak akan bisa meyakinkan orang itu.

Aku akan berpikiran bahwa dia harus mengeluarkan Ayanokouji Kiyotaka dari sekolah. Tapi sebagai sesama siswa White Room, dia mungkin memiliki tujuan yang berbeda.

"Sejauh ini, kamu terlihat seperti orang biasa, Ayanokouji-senpai."

"Jadi itu berarti, kau menganggapku sebagai orang yang tidak biasa?"

"Tidak... Bukan begitu."

Nanase membantahnya, tapi aku sedikit meragukan dia.

Aku dan Nanase telah bertemu sebanyak empat kali, tapi dia selalu melihatku dengan tatapan yang aneh sepanjang waktu. Aku merasa ingin mengatakan disisi mana Nanase berada, tapi tanggapannya segera lenyap.

"Maaf, aku melupakannya. Hal yang penting sekarang adalah.. apa kita bisa bekerja sama atau tidak."

Kemudian kami berdiri dan pergi meninggalkan perpustakaan.

Sebelum berpisah, aku mengingat pertanyaan yang ingin kuajukan pada Nanase.

"Ngomong-ngomong, Nanase pernah berkata sebelumnya bahwa poin pribadi yang tidak akan diterima selama tiga bulan adalah 240.000 poin. Kenapa kau berpikiran begitu?"

Ketika aku menanyakan hal itu, ekspresi wajah Nanase terlihat seperti biasa, tidak sama dengan sebelumnya.

"Kenapa!? Tentu saja aku menghitungnya, jika menyimpan 800 poin kelas yang diberikan sejak masuk sekolah selama tiga bulan, siswa akan mendapatkan 240.000 poin pribadi..."

Nanase tampak keheranan.

Sepertinya siswa baru tahun ini, memulai kehidupan sekolah yang berbeda dengan tahun sebelumnya.

"Pada tahun lalu, poin kelas yang diberikan kepada kami adalah 1.000 poin."

"Eh? Itu berarti ada kesenjangan 200 poin?"

"Tampaknya begitu. Bagaimana dengan Kelas 1A dan Kelas 1B?"

"Aku dengar dari Shiba-sensei, mereka juga menerima 800 poin kelas."

Kalau memang begitu, kenapa tidak ada pemberitahuan? Jika siswa baru tahun ini menyadari bahwa poin kelas yang diberikan lebih sedikit daripada siswa baru tahun lalu, mereka akan merasa itu sedikit tidak adil. 80.000 poin pribadi merupakan jumlah uang yang besar, apa mereka tidak memperhatikan hal itu? Tidak, jika itu masalahnya, mereka pasti sudah diberitahukan sejak awal. Karena lebih baik memberitahu siswa terlebih dahulu sebelum siswa menyuarakan ketidakpuasan di kemudian hari.

Aku menyadari ada hal lain yang berbeda dengan tahun lalu.

"Apa kau tahu bahwa sikap dan perilaku siswa sehari-hari mempengaruhi poin kelas mereka?"

"Aku tahu. Terlambat, absen atau berbicara selama pejaran dikelas akan berdampak pada poin kelas."

Aku yakin yang mengatakan itu adalah Shiba-sensei, Wali Kelas D tahun pertama.

Peraturan sekolah sudah tertanam didalam kepalaku, begitulah kupikir.

Apa mungkin pihak sekolah telah mempertimbangkan poin kelas setelah bulan Mei dengan memberitahukan aturan sejak awal dengan syarat pengurangan poin kelas? Bahkan jika pihak sekolah menyembunyikannya, siswa akan segera mengetahui pentingnya kontribusi sosial di OAA dan mulai berhati-hati.

Aku mencoba untuk meyakinkannya, tapi Nanase sedikit memikirkannya.

Sesaat, dia menunjukkan wajah yang tampak seperti mengetahui sesuatu, tapi itu segera menghilang.

Dia melakukan sedikit pergerakan kecil. Aku mengetahuinya karena sudah beberapa kali bertemu dengannya.

Tapi karena Nanase tidak mengungkapkannya, aku akan menahan diri untuk tidak menanyakannya.

Kami jalan berdampingan meninggalkan perpustakaan sampai ke pintu masuk.

"Kalau begitu aku permisi, senpai."

"Nanase, terima kasih sudah memberitahuku mengenai poin kelasmu. Ngomong-ngomong, apa kau pernah mendengar sesuatu tentang poin perlindungan?"

Saat kami akan berpisah, aku menghentikan Nanase dengan memberinya pertanyaan itu.

"Poin perlindungan? Aku belum pernah mendengarnya."

"Siswa yang memiliki poin perlindungan ini akan bisa bertahan di sekolah ini meskipun mereka menerima hukuman drop out. Tidak mengherankan jika kau tidak mengetahuinya karena tidak banyak siswa kelas dua yang memilikinya."

"Jadi begitu... Tapi kenapa senpai memberitahukannya kepadaku?"

"Aku menerima informasi darimu. Jadi lebih baik aku juga memberimu sebuah informasi."

Setelah mengatakan itu, aku berpisah dengan Nanase.

Aku memutuskan untuk menguji kemampuan Nanase dengan memanfaatkan cerita tersebut.

[Tl note : cerita mengenai poin perlindungan]

***

Komentar

Unknown mengatakan…
Semangat min

Postingan populer dari blog ini

Classroom of the Elite 2nd Year Volume 2

Volume 2 Ilustrasi Prolog Chapter 1 Part 1 Chapter 1 Part 2 Chapter 1 Part 3 Chapter 1 Part 4 Chapter 1 Part 5 Chapter 2 Part 1 Chapter 2 Part 2 Chapter 2 Part 3 Chapter 3 Part 1 Chapter 3 Part 2 Chapter 3 Part 3 Chapter 3 Part 4 Chapter 3 Part 5 Chapter 3 Part 6 Chapter 3 Part 7 Chapter 3 Part 8 Chapter 3 Part 9 Chapter 3 Part 10 Chapter 3 Part 11 Chapter 4 Part 1 Chapter 4 Part 2 Chapter 4 Part 3 Chapter 4 Part 4 Chapter 4 Part 5 Chapter 4 Part 6 Chapter 4 Part 7 Chapter 5 Part 1 Chapter 5 Part 2 Chapter 5 Part 3 Chapter 5 Part 4 Epilog [PDF] SS Amasawa Ichika SS Horikita Suzune SS Tsubaki Sakurako SS Shiina Hiyori

Classroom of the Elite 2nd Year Volume 1

Volume 1 Prolog Chapter 1 Chapter 2 Chapter 3 Chapter 4 Chapter 5 Part 1 Chapter 5 Part 2 Chapter 5 Part 3 Chapter 5 Part 4 Chapter 6 Part 1 Chapter 6 Part 2 Epilog SS Horikita Suzune SS Nanase Tsubasa I SS Nanase Tsubasa II SS Karuizawa Kei

Classroom of the Elite 2nd Year Volume 2 Chapter 1 Part 1

Chpater 1 : Perubahan dalam Kehidupan Sekolah (Part 1) Pada hari itu, Kelas 2-D menghadapi situasi aneh yang belum pernah terjadi sebelumnya. Teruhiko Yukimura berkali-kali menghentakkan kakinya, sambil melihat ke arah pintu masuk kelas. "Bisakah kamu tenang sedikit? Ini bahkan belum sampai 5 menit sejak Kiyopon pergi. Dia dipanggil oleh sensei, kan? Berarti dia tidak akan kembali dalam waktu dekat." Hasebe Haruka, teman sekelas sekaligus teman terdekat, berkata begitu kepada Yukimura. Sakura Airi dan Miyake Akito duduk di sebelahnya. "Aku sudah tenang... tidak perlu khawatir," jawab Yukimura. Meskipun dia berhenti menghentakkan kaki, tidak lama setelah itu dia kembali tegang. Diam-diam dia mulai menghentakkan kakinya ke atas dan ke bawah, hingga menggesek celananya. Yukimura berencana untuk bicara dengan Ayanokouji sepulang sekolah, tapi dia menundanya karena kehadiran Horikita. Kemudian dia mendengar dari gadis itu bahwa Chabashira memanggilny