Prolog : Misi Khusus
Guido berdiri di depan kamar seorang pria tertentu.
Di Republik Deen terdapat sebuah tim mata-mata yang bernama [Homura], dan Guido menunjuk pria pemilik kamar itu sebagai penanggung jawab tim tersebut.
Meskipun [Homura] dipenuhi oleh orang-orang yang aneh, pria itu merupakan orang yang acuh tak acuh dan sedikit egois.. setelah memikirkannya secara rasional, Guido memilih pria tersebut sebagai pemimpin tim.
―Yah, itu wajar sih, Guido menghela nafas.
Lagipula, dialah yang memungut pria itu waktu masih kecil.
Guido merawat dia yang merupakan seorang yatim piatu, dan membesarkannya menjadi mata-mata nomor satu (terbaik).
Tak pernah terpikirkan oleh Guido bahwa pria itu akan menjadi keberadaan yang berdampak besar.
Sejak tadi pagi, pria itu terus menetap di dalam kamarnya. Dia tidak keluar untuk pergi sarapan dan makan siang, bahkan dia tidak melangkahkan kakinya keluar untuk ke kamar mandi. Guido penasaran, sebenarnya apa yang sedang dia lakukan?
Kemudian Guido mengetuk pintu kamarnya. Karena tidak ada jawaban, Guido langsung membuka pintu.
Setelah masuk ke dalam, Guido terkejut melihat isi ruangan. Dinding putih dan karpet merah yang indah.. telah di warnai dengan warna merah tua. Cairan seperti darah segar tersebar di seluruh bagian kamar, mengotori tempat tidur dan lemari. Seolah-olah ada orang baru yang terbunuh di sini.
Bahkan Guido yang sudah terbiasa melihat kematian, mungkin akan menjerit melihat pemandangan ini.
Istana Kagerou, kamar bergaya ala barat yang indah, telah berubah menjadi tempat yang mengerikan.
Sebuah kanvas besar terletak di tengah ruangan, dan seorang pria berdiri tepat di depannya.
Pria itu terkagum melihat kanvas yang ada di hadapannya.
"Menakjubkan."
Dia menggerakkan kuas yang ada di atas kanvas, kemudian mengayunkan kuas itu hingga mengenai wajah Guido.
Seolah menyadari ada yang aneh, pria itu dengan penasaran menoleh ke belakang sambil bergumam.. Hm?
"... Shisou, apa yang kau lakukan di sini?"
"Kau sendiri apa yang sedang kau lakukan?"
"Tiba-tiba saja aku merasa ingin melukis. Shisou, apa kau mau pergi membelikanku cat?"
"... Kau, bisa-bisanya menyuruh gurumu ini."
―Aku datang ke sini untuk urusan penting, jangan mengucapkan hal yang konyol. Guido mengatakan ini di dalam hatinya dengan kesal.
―Pria ini mungkin yang terbaik, tapi sikapnya terlihat seperti orang bodoh.
"Ini misi khusus. Mulai besok kau akan meninggalkan tim, dan untuk sementara waktu kau akan bekerja sendirian."
"Misi khusus ..."
Guido menjelaskan detail misi tersebut. Ketika penjelasan berlanjut, ekspresi pria itu perlahan mulai berubah. Misi ini sangat lah sulit sehingga kebanyakan mata-mata akan menyerah setelah mendengarnya. Bahkan pria yang memiliki kemampuan tinggi seperti Guido pun juga ikut menolak. Misi ini bisa di bilang sama sepeti memerintahkan seseorang untuk membuang hidupnya.
"Tingkat keberhasilan untuk misi ini kurang dari 10%. Jika gagal, kau akan mati. Apa kau mau menerimanya?"
"Aku akan menerimanya kalau itu perintah dari mu, Shisou."
Pria itu langsung memberi jawaban. Guido pun terdiam mendengarnya, dia mengira orang ini akan menolak.
Kemudian.. pria itu mencelupkan kuas ke dalam cat warna merah yang ada di atas kanvas dan kembali mewarnai lagi.
"Kurasa sudah cukup untuk hari ini."
Setelah berkata begitu, pria itu menatap Guido.
"Shisou. Aku akan meninggalkan surat wasiat untuk berjaga-jaga. Aku bisa jadi seperti ini berkat diri mu. Kau merawat aku yang seorang yatim piatu dan membesarkanku sebagai mata-mata. Rasa terima kasih ku tidak akan ada habisnya, dan tidak berlebihan jika aku bilang bahwa aku menyayangi anggota tim [Homura]. Aku tidak tahu siapa keluargaku yang sebenarnya, tapi aku menganggap kalian semua sebagai keluarga. Dan anggota keluargaku memiliki teman, kekasih dan kerabat mereka sendiri. Jika menjumlahkan semuanya, itu akan menghasilkan seluruh negara ini, jadi bisa di bilang aku sangat mencintai negara ini."
"Apakah tidak terpikir oleh mu untuk melarikan diri ...?"
"Tidak sedikit pun."
Guido menghela nafas. Dia akan merasa tenang jika muridnya ini menolak.
"Oi, murid bodoh. Jika misi ini sudah selesai, berilah gelar untuk dirimu sendiri."
"Apa hubungannya mata-mata dengan sebuah gelar?"
Itu adalah keraguan yang tak terduga dan cukup masuk akal, tapi Guido mengabaikannya.
"Mata-mata terkuat, bagaimana dengan itu?"
Gelar itu terdengar kekanak-kanakan. Tapi, pihak lain secara tak terduga menyukainya.
"Menakjubkan."
Pria itu mempersiapkan diri untuk berangkat. Dia menyingkirkan kuas, berganti pakaian, dan menyiapkan senjata.
Dia melakukan berbagai persiapan, seperti mengenakan jam tangan dengan kawat tersembunyi untuk menjerat leher musuh, pulpen untuk merekam suara, pisau cukur yang di sembunyikan di dalam krah baju dan juga jarum panjang di lengan bajunya.
Setelah pria itu selesai melakukan persiapan dalam waktu kurang dari 5 menit, Guido bicara kepadanya.
"Pergilah."
Mata pria itu terbuka lebar. Tampaknya dia bingung dengan kata-kata tersebut karena belum pernah mendengarnya sebelumnya.
"Aku berangkat."
Setelah jeda singkat, pria itu menunjukkan senyum yang tidak biasa.
~Prolog End~
Komentar
Posting Komentar
Tulis komentar