Chapter 1 : Ancaman (Part 6)
[Kaede Yokochou] berkebalikan dari namanya, tempat ini terletak di tengah kota, bukan di pegunungan yang kaya akan pohon maple. Tempat ini menawarkan berbagai barang impor yang mewah dari luar negeri.
Ini merupakan salah satu skala terbesar di Republik Deen. Banyak orang yang mengunjungi toko dan kios disini, terutama pada hari libur. Karena itulah, aroma harum yang berasal dari kios makanan mengalir di sepanjang jalan. Aroma rempah-rempah seperti udang dan kentang panggang, daging babi asap dan tumis jamur, kue kenari dan bermacam-macam makanan lezat lainnya.
Pada siang hari ketiga semenjak para gadis tinggal di Istana Kagerou, Lily terkagum-kagum melihat pemandangan ini.
Kemana pun dia memandang, semua orang tertawa dengan riang. Ada anak-anak yang jalan bergandengan tangan dengan orang tuanya sambil memakan permen lolipop, ada pula pasangan kekasih yang sedang berbelanja menikmati kencan mereka. Juga, ada seorang pria tua berdiri di depan sebuah toko jam, dia tampaknya penasaran dengan seni terperinci pada salah satu jam yang ada di toko tersebut.
Di tengah keramaian kota ini, Lily mengeluarkan suaranya.
"Woaaaah! Ini pertama kalinya aku melihat orang sebanyak ini! Sangat mengganggu!"
"....."
"Maaf, kalimat terakhir itu adalah perasaanku yang sebenarnya ..."
"Itu kesalahan yang sangat fatal saat menghadapi musuh." Klaus yang berdiri tepat di samping Lily, berkata begitu dengan tatapan dingin "Ngomong-ngomong, bagaimana dengan anggota yang lain? Kupikir beberapa dari mereka akan pergi bersama kita."
"Aku sudah mengundang mereka tapi semuanya menolak, mereka bilang mereka ingin melakukan pelatihan sendiri-sendiri."
Tentu saja ini bohong. Sebenarnya aku menghindari mereka.
Mereka berdua mulai berjalan melewati kerumunan.
Rencana mereka hari ini adalah akan pergi melihat-lihat berbagai toko dan kios, kemudian menuju restoran yang terkenal dengan makanan lautnya yang sangat lezat.
Di tengah perjalanan, mereka melihat kios makanan kaleng yang kelihatannya sangat enak, mereka pun berhenti sebentar di sana dan membeli beberapa makanan kaleng kios itu. Kemudian Lily menghampiri toko lain yang menyediakan makanan laut seperti udang dan kepiting, karena mereka tidak berencana untuk kembali dalam waktu dekat ke Istana Kagerou, Klaus dengan terpaksa menyerah dan menulis sebuah catatan di memo nya, ketika Lily berpindah-pindah dari satu kios ke kios lain, Klaus memanggilnya.
"Kalau tidak salah, kau berasal dari daerah terpencil, kan? Apa kau jarang pergi ke kota besar seperti ini?"
"Ya, aku selalu terkena banyak masalah saat pelatihan praktek. Sulit untuk pergi jalan-jalan, dan juga, aku sering tersesat dan kehilangan ketenangan ku. Tapi sekarang aku sudah terbiasa dengan itu."
"Benarkah? Bagi ku kau tidak terlihat seperti itu."
"Aku sudah biasa tersesat."
"Begitu, ya. Ngomong-ngomong ... Resoran yang kau cari ada disini."
Klais mengangguk ringan, lalu dia membalikkan badannya ke arah lain.
Sepertinya Lily salah jalan.
Merasa wajahnya semakin memerah, dia buru-buru mengikuti Klaus.
"Sensei, aku ingin menanyakan sesuatu" Lily mengangkat tangannya. "Tolong beritahu aku rute dari stasiun kereta api hingga sampai ke tempat ini."
"... Hm? Kau tinggal berjalan ke arah barat daya dari stasiun, belok kiri di kantor pos, belok kanan di toko pemakaman, dan setelah berjalan sebentar, pergi ke toko radio di sebelah kiri."
"Jadi kamu juga bisa mengajari orang lain dengan benar!"
"Tentu saja! Bukankah wajar jika aku mengetahui jalan? Tapi kita harus mengambil jalan memutar karena ada pekerjaan konstruksi darurat."
"Eh? Apa sedang ada pekerjaan konstruksi? Bagaimana kamu bisa tau?"
"Hanya firasat ku saja."
"....."
Kenapa kamu tidak bisa menjelaskan bagian yang penting dengan perkataan mu!? Aku sudah tidak bisa tahan lagi, tapi meski begitu Lily tetap menahan kata-kata itu agar tidak keluar dari mulutnya.
"Apa mungkin itu karena jumlah pejalan kaki di sekitar kita ...? Atau karena jumlah orang yang lewat berbeda dari biasanya?"
"Ah, setelah kau mengatakannya, mungkin begitu."
Klaus mengakuinya dengan mudah.
Kelihatannya dia tidak menyembunyikannya dengan sengaja. Hanya saja dia tidak menyadarinya sama sekali.
Lily pun mengerang.
Kenapa? Kenapa ada yang bisa kamu ajarkan dan ada pula yang tidak?
Lalu, pada saat itu.
"Kyaa―"
Kaki Lily tersandung batu.
"Aku akan jatuh!" Lily menjerit secara tidak sengaja.
Dia tidak memperhatikan rongga batu trotoar.
Di waktu bersamaan ketika dia akan jatuh, empat makanan kaleng yang ada di tangan Lily terlempar ke atas.
Namun, tubuh Lily terhenti sebelum dagunya mengenai trotoar.
"Apa kau baik-baik saja?"
Klaus memeluk tubuh Lily agar tidak jatuh ke tanah. Ketika Lily menoleh, dia bisa melihat wajah tampan Klaus dari jarak yang sangat dekat, setelah menyadari fakta itu, dia merasa dada besarnya menempel di lengan Klaus. "Hiyaa!" Lily melompat menjauh. (Lol:v)
Dalam sekejap tubuh nya jadi terasa panas.
Di sisi lain, ekspresi Klaus tidak menunjukkan perubahan sedikit pun, dia tetap acuh tak acuh seperti biasa. Dan jika diperhatikan dengan baik, dia memegang semua kaleng yang terlempar ke udara dengan satu tangan. Dia tidak hanya menyelamatkan Lily, tapi juga menyelamatkan semua makanan kaleng.
"Me-Meskipun kamu tidak memiliki keterampilan mengajar, kamu cukup terampil ya, Sensei ..."
Lily berusaha untuk menyembunyikan rasa malu nya.
"Bagaimana aku harus menanggapi pujian itu?" Klaus menggelengkan kepala.
"Biarkan aku memberitahu mu, akhirnya aku mengerti alasan mengapa aku tidak bisa memberikan bimbingan dengan baik."
"Benarkah?"
Menanggapi keterkejutan itu, Klaus melempar kaleng ke udara. Kaleng-kaleng makanan itu berputar beberapa kali di udara, lalu mendarat ke arah Lily.
Lily menangkap semua kaleng itu dengan kedua tangannya.
"Kenapa tiba-tiba, ada apa ini ...?"
"Bagaimana cara mu menangkap kaleng makanan itu?"
"Eh, itu, aku menggunakan tangan ku untuk menangkapnya, lalu―"
"Bagaimana dengan gerakan kaki mu?"
"....."
Lily tidak bisa berkata apa pun untuk menjawab pertanyaan itu.
Kaki? Apakah tadi aku menggerakkan kaki ku? Apakah aku menyesuaikannya dengan lintasan kaleng yang akan jatuh? Apakah aku sedikit membungkuk ketika aku akan menangkapnya? Rasanya aku fokus memusatkan berat badan ku ke kaki kiri, tapi aku tidak begitu yakin.
Bagaimana aku harus menjawabnya ...?
"... Aku hanya ... menggerakkan kaki ku."
"Begitu lah yang kurasakan." kata Klaus dengan tegas. "Kau bisa mengatakan dengan mudah Aku hanya menangkapnya. Tapi kau tidak bisa mengatakan dengan detail dari setiap tindakan yang kau lakukan."
"Kamu bercanda kan ..." Gumam Lily.
Namun, jika di lihat dari mata nya, Klaus tampak serius.
Pada dasarnya, sensasi serta intuisi antara Klaus dan para gadis sangat jauh berbeda.
Manusia, tidak bisa menjelaskan dengan detail semua tindakan mereka.
Misalnya, bagaimana cara untuk mengambil sebuah benda, bangun tidur, atau membuka pakaian.
Itu sama seperti Klaus, yang tidak bisa menjelaskan dengan detail tentang penyamaran, membuka gembok, atau pertempuran.
Tidak, meskipun itu benar, seberapa jauh orang ini―Lily menelan ludah dan menatap Klaus.
"Itu berarti, kamu tidak akan pernah bisa mengajari kami dengan baik ..."
"Sekarang aku sedang berusaha memikirkan solusi nya."
Meskipun Klaus memberi tanggapan yang sederhana, matanya tampak kelelahan.
Lily kembali mengingat tumpukan buku yang ada di kamar nya kemarin. Dia tidak berpikir bahwa Klaus akan mengabaikan pekerjaannya.
Klaus benar-benar serius, jujur, dan berusaha keras, namun dia masih belum menemukan solusi nya.
"....."
Lily menutup mata nya sejenak.
Kemudian, dia membuka mata nya lebar-lebar, dan menunjukkan pose kemenangan.
"Tidak! Jangan lupakan tujuan kita datang ke sini!"
"Ada apa? Tiba-tiba teriak begitu?"
"Kita saat ini sedang refreshing! Kamu harus mengabaikan hal-hal kecil dan menjernihkan pikiran mu."
"Sikap mu bisa berubah dengan cepat, ya."
"Ya, di sekolah aku di kenal sebagai orang yang tidak ingin di jadikan musuh atau pun sekutu, aku sangat populer!"
"Kau di perlakukan seperti orang aneh ya, sungguh menyedihkan."
"Aku tidak ingin mendengar itu darimu, Sensei!"
Setelah percakapan ringan tersebut, mereka kembali berjalan melewati kios-kios.
Kemudian, sebuah gambar pemandangan di salah satu etalase menarik perhatian Lily.
"Sensei, lihat ini!" Lily menarik lengan baju Klaus.
Lily menemukan foto itu, tegantung di sebuah toko jus. Foto sebuah danau yang di kelilingi alam bebas. Meskipun itu adalah foto hitam putih, pemandangan yang menenangkan hati bisa di rasakannya dengan jelas.
"Tempat yang indah ..."
"Oh, foto Danau Emai, ya." Dengan tersenyum pemilik toko memberikan penjelasan singkat. "Jika kau naik bus nasional dari stasiun, kau bisa sampai di sana dalam waktu dua jam. Tapi karena hari ini hari libur, mungkin akan memakan waktu lebih lama."
"Ooh, jadi ini tempat yang populer, ya!"
"Tidak hanya populer, ini adalah tempat wisata yang paling terkenal di kota ini. Dengan kekayaan baru ibukota, tempat ini adalah pusat rekreasi yang sering di kunjungi. Disana juga ada kapal sewaan, jadi kau bisa melihat pemandangan yang menarik dari tengah danau."
Lily membeli sebotol jus sebagai tanda terima kasih, dan tersenyum kepada Klaus.
"Fufu, sepertinya kita menemukan informasi yang bagus. Mari kita periksa nanti."
"... Oh, baiklah"
Klaus setuju. Tidak ada tanda-tanda penolakan. Bahkan, ada kemungkinan dia menikmati tamasya ini.
Dengan begitu, tahap kedua pun juga selesai.
*
Selanjutnya Chapter 1 Part 7
Ini merupakan salah satu skala terbesar di Republik Deen. Banyak orang yang mengunjungi toko dan kios disini, terutama pada hari libur. Karena itulah, aroma harum yang berasal dari kios makanan mengalir di sepanjang jalan. Aroma rempah-rempah seperti udang dan kentang panggang, daging babi asap dan tumis jamur, kue kenari dan bermacam-macam makanan lezat lainnya.
Pada siang hari ketiga semenjak para gadis tinggal di Istana Kagerou, Lily terkagum-kagum melihat pemandangan ini.
Kemana pun dia memandang, semua orang tertawa dengan riang. Ada anak-anak yang jalan bergandengan tangan dengan orang tuanya sambil memakan permen lolipop, ada pula pasangan kekasih yang sedang berbelanja menikmati kencan mereka. Juga, ada seorang pria tua berdiri di depan sebuah toko jam, dia tampaknya penasaran dengan seni terperinci pada salah satu jam yang ada di toko tersebut.
Di tengah keramaian kota ini, Lily mengeluarkan suaranya.
"Woaaaah! Ini pertama kalinya aku melihat orang sebanyak ini! Sangat mengganggu!"
"....."
"Maaf, kalimat terakhir itu adalah perasaanku yang sebenarnya ..."
"Itu kesalahan yang sangat fatal saat menghadapi musuh." Klaus yang berdiri tepat di samping Lily, berkata begitu dengan tatapan dingin "Ngomong-ngomong, bagaimana dengan anggota yang lain? Kupikir beberapa dari mereka akan pergi bersama kita."
"Aku sudah mengundang mereka tapi semuanya menolak, mereka bilang mereka ingin melakukan pelatihan sendiri-sendiri."
Tentu saja ini bohong. Sebenarnya aku menghindari mereka.
Mereka berdua mulai berjalan melewati kerumunan.
Rencana mereka hari ini adalah akan pergi melihat-lihat berbagai toko dan kios, kemudian menuju restoran yang terkenal dengan makanan lautnya yang sangat lezat.
Di tengah perjalanan, mereka melihat kios makanan kaleng yang kelihatannya sangat enak, mereka pun berhenti sebentar di sana dan membeli beberapa makanan kaleng kios itu. Kemudian Lily menghampiri toko lain yang menyediakan makanan laut seperti udang dan kepiting, karena mereka tidak berencana untuk kembali dalam waktu dekat ke Istana Kagerou, Klaus dengan terpaksa menyerah dan menulis sebuah catatan di memo nya, ketika Lily berpindah-pindah dari satu kios ke kios lain, Klaus memanggilnya.
"Kalau tidak salah, kau berasal dari daerah terpencil, kan? Apa kau jarang pergi ke kota besar seperti ini?"
"Ya, aku selalu terkena banyak masalah saat pelatihan praktek. Sulit untuk pergi jalan-jalan, dan juga, aku sering tersesat dan kehilangan ketenangan ku. Tapi sekarang aku sudah terbiasa dengan itu."
"Benarkah? Bagi ku kau tidak terlihat seperti itu."
"Aku sudah biasa tersesat."
"Begitu, ya. Ngomong-ngomong ... Resoran yang kau cari ada disini."
Klais mengangguk ringan, lalu dia membalikkan badannya ke arah lain.
Sepertinya Lily salah jalan.
Merasa wajahnya semakin memerah, dia buru-buru mengikuti Klaus.
"Sensei, aku ingin menanyakan sesuatu" Lily mengangkat tangannya. "Tolong beritahu aku rute dari stasiun kereta api hingga sampai ke tempat ini."
"... Hm? Kau tinggal berjalan ke arah barat daya dari stasiun, belok kiri di kantor pos, belok kanan di toko pemakaman, dan setelah berjalan sebentar, pergi ke toko radio di sebelah kiri."
"Jadi kamu juga bisa mengajari orang lain dengan benar!"
"Tentu saja! Bukankah wajar jika aku mengetahui jalan? Tapi kita harus mengambil jalan memutar karena ada pekerjaan konstruksi darurat."
"Eh? Apa sedang ada pekerjaan konstruksi? Bagaimana kamu bisa tau?"
"Hanya firasat ku saja."
"....."
Kenapa kamu tidak bisa menjelaskan bagian yang penting dengan perkataan mu!? Aku sudah tidak bisa tahan lagi, tapi meski begitu Lily tetap menahan kata-kata itu agar tidak keluar dari mulutnya.
"Apa mungkin itu karena jumlah pejalan kaki di sekitar kita ...? Atau karena jumlah orang yang lewat berbeda dari biasanya?"
"Ah, setelah kau mengatakannya, mungkin begitu."
Klaus mengakuinya dengan mudah.
Kelihatannya dia tidak menyembunyikannya dengan sengaja. Hanya saja dia tidak menyadarinya sama sekali.
Lily pun mengerang.
Kenapa? Kenapa ada yang bisa kamu ajarkan dan ada pula yang tidak?
Lalu, pada saat itu.
"Kyaa―"
Kaki Lily tersandung batu.
"Aku akan jatuh!" Lily menjerit secara tidak sengaja.
Dia tidak memperhatikan rongga batu trotoar.
Di waktu bersamaan ketika dia akan jatuh, empat makanan kaleng yang ada di tangan Lily terlempar ke atas.
Namun, tubuh Lily terhenti sebelum dagunya mengenai trotoar.
"Apa kau baik-baik saja?"
Klaus memeluk tubuh Lily agar tidak jatuh ke tanah. Ketika Lily menoleh, dia bisa melihat wajah tampan Klaus dari jarak yang sangat dekat, setelah menyadari fakta itu, dia merasa dada besarnya menempel di lengan Klaus. "Hiyaa!" Lily melompat menjauh. (Lol:v)
Dalam sekejap tubuh nya jadi terasa panas.
Di sisi lain, ekspresi Klaus tidak menunjukkan perubahan sedikit pun, dia tetap acuh tak acuh seperti biasa. Dan jika diperhatikan dengan baik, dia memegang semua kaleng yang terlempar ke udara dengan satu tangan. Dia tidak hanya menyelamatkan Lily, tapi juga menyelamatkan semua makanan kaleng.
"Me-Meskipun kamu tidak memiliki keterampilan mengajar, kamu cukup terampil ya, Sensei ..."
Lily berusaha untuk menyembunyikan rasa malu nya.
"Bagaimana aku harus menanggapi pujian itu?" Klaus menggelengkan kepala.
"Biarkan aku memberitahu mu, akhirnya aku mengerti alasan mengapa aku tidak bisa memberikan bimbingan dengan baik."
"Benarkah?"
Menanggapi keterkejutan itu, Klaus melempar kaleng ke udara. Kaleng-kaleng makanan itu berputar beberapa kali di udara, lalu mendarat ke arah Lily.
Lily menangkap semua kaleng itu dengan kedua tangannya.
"Kenapa tiba-tiba, ada apa ini ...?"
"Bagaimana cara mu menangkap kaleng makanan itu?"
"Eh, itu, aku menggunakan tangan ku untuk menangkapnya, lalu―"
"Bagaimana dengan gerakan kaki mu?"
"....."
Lily tidak bisa berkata apa pun untuk menjawab pertanyaan itu.
Kaki? Apakah tadi aku menggerakkan kaki ku? Apakah aku menyesuaikannya dengan lintasan kaleng yang akan jatuh? Apakah aku sedikit membungkuk ketika aku akan menangkapnya? Rasanya aku fokus memusatkan berat badan ku ke kaki kiri, tapi aku tidak begitu yakin.
Bagaimana aku harus menjawabnya ...?
"... Aku hanya ... menggerakkan kaki ku."
"Begitu lah yang kurasakan." kata Klaus dengan tegas. "Kau bisa mengatakan dengan mudah Aku hanya menangkapnya. Tapi kau tidak bisa mengatakan dengan detail dari setiap tindakan yang kau lakukan."
"Kamu bercanda kan ..." Gumam Lily.
Namun, jika di lihat dari mata nya, Klaus tampak serius.
Pada dasarnya, sensasi serta intuisi antara Klaus dan para gadis sangat jauh berbeda.
Manusia, tidak bisa menjelaskan dengan detail semua tindakan mereka.
Misalnya, bagaimana cara untuk mengambil sebuah benda, bangun tidur, atau membuka pakaian.
Itu sama seperti Klaus, yang tidak bisa menjelaskan dengan detail tentang penyamaran, membuka gembok, atau pertempuran.
Tidak, meskipun itu benar, seberapa jauh orang ini―Lily menelan ludah dan menatap Klaus.
"Itu berarti, kamu tidak akan pernah bisa mengajari kami dengan baik ..."
"Sekarang aku sedang berusaha memikirkan solusi nya."
Meskipun Klaus memberi tanggapan yang sederhana, matanya tampak kelelahan.
Lily kembali mengingat tumpukan buku yang ada di kamar nya kemarin. Dia tidak berpikir bahwa Klaus akan mengabaikan pekerjaannya.
Klaus benar-benar serius, jujur, dan berusaha keras, namun dia masih belum menemukan solusi nya.
"....."
Lily menutup mata nya sejenak.
Kemudian, dia membuka mata nya lebar-lebar, dan menunjukkan pose kemenangan.
"Tidak! Jangan lupakan tujuan kita datang ke sini!"
"Ada apa? Tiba-tiba teriak begitu?"
"Kita saat ini sedang refreshing! Kamu harus mengabaikan hal-hal kecil dan menjernihkan pikiran mu."
"Sikap mu bisa berubah dengan cepat, ya."
"Ya, di sekolah aku di kenal sebagai orang yang tidak ingin di jadikan musuh atau pun sekutu, aku sangat populer!"
"Kau di perlakukan seperti orang aneh ya, sungguh menyedihkan."
"Aku tidak ingin mendengar itu darimu, Sensei!"
Setelah percakapan ringan tersebut, mereka kembali berjalan melewati kios-kios.
Kemudian, sebuah gambar pemandangan di salah satu etalase menarik perhatian Lily.
"Sensei, lihat ini!" Lily menarik lengan baju Klaus.
Lily menemukan foto itu, tegantung di sebuah toko jus. Foto sebuah danau yang di kelilingi alam bebas. Meskipun itu adalah foto hitam putih, pemandangan yang menenangkan hati bisa di rasakannya dengan jelas.
"Tempat yang indah ..."
"Oh, foto Danau Emai, ya." Dengan tersenyum pemilik toko memberikan penjelasan singkat. "Jika kau naik bus nasional dari stasiun, kau bisa sampai di sana dalam waktu dua jam. Tapi karena hari ini hari libur, mungkin akan memakan waktu lebih lama."
"Ooh, jadi ini tempat yang populer, ya!"
"Tidak hanya populer, ini adalah tempat wisata yang paling terkenal di kota ini. Dengan kekayaan baru ibukota, tempat ini adalah pusat rekreasi yang sering di kunjungi. Disana juga ada kapal sewaan, jadi kau bisa melihat pemandangan yang menarik dari tengah danau."
Lily membeli sebotol jus sebagai tanda terima kasih, dan tersenyum kepada Klaus.
"Fufu, sepertinya kita menemukan informasi yang bagus. Mari kita periksa nanti."
"... Oh, baiklah"
Klaus setuju. Tidak ada tanda-tanda penolakan. Bahkan, ada kemungkinan dia menikmati tamasya ini.
Dengan begitu, tahap kedua pun juga selesai.
*
Selanjutnya Chapter 1 Part 7
Komentar
Posting Komentar
Tulis komentar