Langsung ke konten utama

Spy Room Volume 1 Chapter 1 Part 7

Chapter 1 : Ancaman (Part 7)



Setelah selesai makan di restoran, mereka berdua akhirnya tiba di tepi Danau Emai.

Seperti yang di katakan pemilik toko jus, butuh waktu dua jam untuk sampai ke tempat itu dengan bus, tapi mereka tiba dalam waktu satu jam dengan mobil pribadi yang di kendarai oleh Klaus. Mobil pribadi ini, bertentangan dengan harapan Lily, ini hanya lah mobil hitam biasa yang dapat di temukan dimana pun. Ketika Lily mengatakan pendapat nya itu dengan nada bercanda, Klaus hanya memberikan jawaban singkat [Mata-mata tidak boleh terlihat menonjol] kata-katanya ini membuat Lily tidak bisa membantah. ―Meskipun pernyataan itu benar, rasanya agak aneh kalau dia yang memberitahu ku tentang itu.

Danau Emai sangat ramai di kunjungi, seperti perkataan pemilik toko jus. Banyak payung yang berjejer, dan orang-orang yang meneguk koktail sambil menikmati liburan mereka.

Di tepi danau, ada sebuah papan yang menjelaskan deskripsi Danau Emai.

Danau ini memiliki pemandangan yang sangat indah, di kelilingi oleh pegunungan dan mencakup area seluas 1 kilometer.

Jika menyewa sebuah perahu dan berlayar ke tengah danau, pengunjung bisa menikmati pemandangan dengan santai, kira-kira seperti itu lah yang tertulis di papan tersebut.

Tekanan angin di sekitar cukup rendah, permukaan air danau bagaikan cermin yang memantulkan sinar matahari. Menaiki perahu di tengah danau ini dan menikmati pemandangan, itu termasuk pengalaman yang luar biasa.

"Dengan jumlah orang sebanyak ini, tidak akan ada perahu yang tersisa untuk di sewa." Klaus menyatakan pendapat nya.

"Kalau begitu, kita hanya perlu mengantri."

Mereka bersiap-siap untuk mengantri, tapi ketika tiba di tempat antrian, mereka cukup beruntung menemukan satu perahu yang tersedia. Perahu khusus untuk dua orang.

"Ohh, kita beruntung~"

"Ngomong-ngomong, aku ingin menanyakan sesuatu ... Apakah aku yang akan mendayung perahunya?"

"Yah, kurasa itu tugas laki-laki."

Klaus bergumam "Kurasa begitu" dan naik ke atas perahu. Lalu dia mengulurkan tangannya kepada Lily.

Setelah ragu sesaat, Lily memegang tangan Klaus dan menaiki perahu.

Tangannya terasa hangat.

Tak lama setelah berangkat, mereka tiba di tengah danau dalam waktu singkat. Klaus tampaknya memiliki keterampilan yang hebat dalam mendayung perahu. "Kamu sangat cepat, ya".. Lily memujinya, lalu Klaus membalas dengan jawaban yang misterius.. " Aku hanya mendayung seperti awan."

Matahari mulai terbenam, pohon-pohon di pegunungan, langit, dan permukaan air danau, semuanya telah diwarnai kemerahan. Pada jarak ini, orang-orang di tepi danau tampak seperti jeruk pahit.

Tidak ada lagi suara yang bisa mereka dengar. Tidak ada tanda-tanda keberadaan perahu lain disekitar mereka.

Hanya Lily dan Klaus yang ada dunia oranye ini, yang menyala dengan terang.

"Jauh lebih indah dari yang ada di foto."

"Ya."

Kali ini, Klaus tidak mengatakan "Menakjubkan" seperti biasa. Pria ini pasti memiliki standarnya sendiri.

"Lily."

"Eh, ya! I-Ini pertama kalinya ya, kamu memanggil namaku."

"Jangan lupakan apa yang kau lihat hari ini, begitu juga dengan pemandangan yang kau lihat sekarang ini."

Dia mengarahkan pandangannya ke arah orang-orang di pantai.

"Jangan lupakan senyuman anak-anak yang bermain di Kaede Yokochou. Jangan lupakan keindahan alam ini, yang membuatmu ingin terus menatapnya. Jangan lupakan orang-orang terkasih di pantai, yang diterangi oleh matahari terbenam."

"Orang-orang..."

"Dua belas tahun yang lalu, negara ini diserang oleh Kekaisaran. Meskipun telah mendeklarasikan netralitas, penduduk dibantai tanpa bisa menentang invasi sepihak. Sepuluh tahun setelah berakhirnya perang, Kekaisaran sekali lagi menyerang negara ini melalui [Perang Bayangan]."

"Eh? Benarkah?"

"Meskipun jalan Kaede Yokochou yang kita lewati tadi terlihat damai, sebelumnya, insiden pembomam pernah terjadi di sana. Pelakunya adalah mata-mata Kekaisaran. Tujuannya adalah membunuh seorang pejabat tinggi Kementrian Luar Negeri. Dia adalah mata-mata yang pintar mengumpulkan informasi. Bukan polisi, tentara, birokrat, atapun politisi.

Klaus melanjutkan..

"Dunia ini dipenuhi dengan penderitaan. Hanya kita satu-satunya yang bisa mencegah hal ini berlanjut."

Untuk memastikan, Klaus mengatakannya sekali lagi.. "Jangan pernah melupakannya."

Klaus kembali menatap matahari terbenam, dia tampak puas.

"....."

Dia dipenuhi dengan perasaan yang hangat, tapi Lily bertentangan dengannya, hati Lily dipenuhi oleh perasaan yang dingin.

Meskipun mereka melihat pemandangan yang sama, mereka berdua merasakan hal yang berbeda.

Klaus tidak akan bisa membayangkan, bahwa Lily tidak begitu peduli dengan perkataannya.

"...Tapi jika kita mati, semuanya akan menghilang." Lily membuka mulutnya.

"Aku mengerti bahwa negara dan menyelesaikan misi, semuanya sangatlah penting, itu adalah hal yang wajar. Ketika aku berada di ambang kematian dalam perang, aku diselamatkan oleh seorang mata-mata. Itu sebabnya aku berusaha keras untuk menjadi mata-mata terbaik. Karena aku mengagumi mereka. Namun, karena itu jugalah―aku tidak mau menyia-nyiakan hidupku semudah itu."

Di tengah penjelasan tersebut, Lily tidak menatap mata Klaus dan menurunkan pandangannya.

"Aku bertekad untuk mekar suatu hari nanti dan bangga pada diriku sendiri."

"....."

"Mungkin karena aku selalu gagal. Aku menjalani masa yang sulit di sekolah pelatihan, aku selalu dihina oleh orang-orang, bahkan jika aku menjadi mata-mata berkat keberuntungan, bisa saja aku mati tanpa tujuan, kalau memang begitu.. untuk apa aku hidup...?"

―Aku yakin kamu tidak akan mengerti, perasaan dingin yang kurasakan didalam diriku ini.

Kamu dan aku terlalu berbeda...

Lily menghela nafas, dan mengepalkan tangannya di depan dadanya.

"Sensei..."

"Apa?"

"Anginnya terasa agak dingin, bisakah aku mendekat padamu...?"

"Bukankah tidak ada angin yang berhembus?"

"Anak gadis sangat mudah kedinginan lho."

Lily berdiri dari tempat duduknya, dan mendekati Klaus.

Dengan berubahnya pusat keseimbangan, perahu sedikit terguncang.

"Aku sudah menyadarinya. Alasan mengumpulkan orang-orang yang gagal seperti kami adalah... untuk [Pion Pengorbanan] benar, kan?"

Tidak mungkin ada alasan lain. Merekrut instrukstur yang tidak pandai mengajari bawahannya, dan memasangkannya dengan orang-orang gagal. Itu terkesan rasional.

Memaksa para gadis untuk menjalankan misi ini sebagai tumbal, agar dapat mengumpulkan informasi. Karena mereka semua tidak berguna, tidak ada nilai yang hilang meskipun mereka mati. Mereka akan mengumpulkan informasi dengan menukarkan nyawa mereka, dan yang akan mendapat penghargaan nantinya adalah mata-mata nomor satu.

Lily meletakkan tangannya di pangkuan Klaus.

Mendekatkan wajahnya ke wajah Klaus, dan menatap matanya.

"Aku menjadi yakin setelah kita jalan-jalan seharian. Kamu tidak pandai mengajari orang lain. Tidak ada pilihan lain bagi kami selain mati. Aku tidak mau itu. Aku pasti akan berhasil melewati ini semua dengan tersenyum. Aku akan mengembangkan kemampuanku dengan seseorang. Aku tidak akan ragu menggunakan metode apapun, jadi―aku tidak boleh mati di tempat seperti ini."

"Lily...?"

"Maaf, Sensei. Aku benar-benar serius."

Lily menatap langsung mata Klaus.

"Codename [Hanazono]―sudah waktunya untuk mekar dan menjadi liar."


Itu terjadi di moment selanjutnya. Dari belahan dada Lily―gas beracun terlepas.

***

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Classroom of the Elite 2nd Year Volume 2

Volume 2 Ilustrasi Prolog Chapter 1 Part 1 Chapter 1 Part 2 Chapter 1 Part 3 Chapter 1 Part 4 Chapter 1 Part 5 Chapter 2 Part 1 Chapter 2 Part 2 Chapter 2 Part 3 Chapter 3 Part 1 Chapter 3 Part 2 Chapter 3 Part 3 Chapter 3 Part 4 Chapter 3 Part 5 Chapter 3 Part 6 Chapter 3 Part 7 Chapter 3 Part 8 Chapter 3 Part 9 Chapter 3 Part 10 Chapter 3 Part 11 Chapter 4 Part 1 Chapter 4 Part 2 Chapter 4 Part 3 Chapter 4 Part 4 Chapter 4 Part 5 Chapter 4 Part 6 Chapter 4 Part 7 Chapter 5 Part 1 Chapter 5 Part 2 Chapter 5 Part 3 Chapter 5 Part 4 Epilog [PDF] SS Amasawa Ichika SS Horikita Suzune SS Tsubaki Sakurako SS Shiina Hiyori

Classroom of the Elite 2nd Year Volume 1

Volume 1 Prolog Chapter 1 Chapter 2 Chapter 3 Chapter 4 Chapter 5 Part 1 Chapter 5 Part 2 Chapter 5 Part 3 Chapter 5 Part 4 Chapter 6 Part 1 Chapter 6 Part 2 Epilog SS Horikita Suzune SS Nanase Tsubasa I SS Nanase Tsubasa II SS Karuizawa Kei

Classroom of the Elite 2nd Year Volume 2 Chapter 1 Part 1

Chpater 1 : Perubahan dalam Kehidupan Sekolah (Part 1) Pada hari itu, Kelas 2-D menghadapi situasi aneh yang belum pernah terjadi sebelumnya. Teruhiko Yukimura berkali-kali menghentakkan kakinya, sambil melihat ke arah pintu masuk kelas. "Bisakah kamu tenang sedikit? Ini bahkan belum sampai 5 menit sejak Kiyopon pergi. Dia dipanggil oleh sensei, kan? Berarti dia tidak akan kembali dalam waktu dekat." Hasebe Haruka, teman sekelas sekaligus teman terdekat, berkata begitu kepada Yukimura. Sakura Airi dan Miyake Akito duduk di sebelahnya. "Aku sudah tenang... tidak perlu khawatir," jawab Yukimura. Meskipun dia berhenti menghentakkan kaki, tidak lama setelah itu dia kembali tegang. Diam-diam dia mulai menghentakkan kakinya ke atas dan ke bawah, hingga menggesek celananya. Yukimura berencana untuk bicara dengan Ayanokouji sepulang sekolah, tapi dia menundanya karena kehadiran Horikita. Kemudian dia mendengar dari gadis itu bahwa Chabashira memanggilny