Langsung ke konten utama

Spy Room Volume 1 Chapter 2 Part 5

Chapter 2 : Kerjasama (Part 5)



Hari itu, Klaus pergi keluar dari Istana Kagerou.

Menurut informasi yang dikumpulkan oleh para gadis, pola hidup Klaus telah terungkap dengan jelas. Sesudah bangun tidur, dia berlatih di ruang pelatihan sampai berkeringat, setelah itu dia pergi mandi. Selesai sarapan, dia membaca beberapa dokumen yang mencurigakan sampai malam hari, kemudian mengirim telegram ke Markas Utama Mata-Mata. Pada malam harinya, dia membuat sebuah lukisan di kamarnya atau pergi keluar. Jika dia pergi keluar, dia akan menyelesaikan misi di berbagai lokasi. Untuk makanan, dia memasaknya sendiri di dapur Istana Kagerou, kemudian memakannya di kamar. Sekali dalam beberapa hari, dia pergi ke kota untuk membeli bahan-bahan dan keperluan lainnya.

Saat ini, Elna sedang mengikuti Klaus. Kemudian Elna memanggil Klaus ketika keluar dari toko perlatan melukis.

"Sensei, kebetulan sekali ya..."

"Ya, kebetulan."

Klaus membawa kantong belanjaan yang cukup banyak.

"Tadi malam, Lily menumpahkan catku dan mengacaukan semuanya. Itu sebabnya aku membeli beberapa peralatan baru. Bagaimana denganmu, apa kau sendirian?"

"Ya. Sekarang giliran Elna pergi berbelanja. Anggota yang lain sibuk merencanakan penyerangan selanjutnya."

"Begitukah? Aku menantikannya."

"Ya, begitulah..."

"....."

"....."

"....."

"....."

Pembicaraan kami berakhir sampai di sini...

Sama seperti Elna, Klaus juga tipe orang yang pendiam. Wajar jika percakapan tidak berlangsung lama, ketika mereka berdua jalan bersama.

Menurut rencana, Elna akan mengajak Klaus jalan-jalan di kota.

Tapi, kata-kata sederhana seperti "Temani aku berbelanja" tidak keluar dari mulut Elna. Meskipun kemampuan dasarnya cukup bagus, Elna tidak mampu melakukan rayuan yang merupakan keterampilan penting bagi mata-mata.

―Kalau begini terus, target akan pulang dan meninggalkannya. Elna menjadi panik.

"Apa yang ingin kau beli?"

Klaus memulai percakapan.

"Eh?"

"Kau pergi belanja untuk gadis-gadis itu, kan?"

Karena desakan Klaus, Elna terpaksa harus bicara.

"Ba-Bahan makanan. Lalu, sabun dan jam alarm. Juga beberapa kain karena ada gorden yang sobek. Kalau menemukan piyama yang imut, Elna juga akan membelinya."

"Pasti sulit membawa semuanya sendirian. Aku akan membantu."

Elna tidak mengira target akan memberi bantuan.

Dia bersyukur atas perkembangan situasi yang tiba-tiba ini. Kemudian mereka pun berjalan menyusuri gang.

Tapi... Elna minta maaf. Mulai sekarang, Sensei akan terlibat dalam kemalangan.

Dia merasa tidak nyaman memanfaatkan kebaikan Klaus, tapi dia tidak punya pilihan lain. Bagi orang yang hidup dalam dunia pertikaian, mereka tidak akan menyebut cara ini sebagai cara yang tercela.

Hidung Elna mencium sesuatu, dia menyadari [Aroma] itu.

Gejala kemalangan―ini adalah hasil diagnosa dari seorang psikiater.

Sejak kecil, dia selalu dilanda kemalangan. Dia lahir di kalangan atas dari keluarga bangsawan, tapi.. kediamannya mengalami kebakaran. Dia kehilangan kedua orang tuanya.

Contoh kemalangannya yang lain, jika dia naik kereta, kereta itu akan keluar jalur, dan jika dia berjalan di jalanan, dia akan diserang oleh para preman. Bahkan dia pernah hampir tersambar petir.

Mampu bertahan hidup merupakan keberuntungan terbesar yang dia miliki.

Setelah melewati berbagai kemalangan, Elna jadi bisa merasakan pertanda dari nasib buruk.

Melalui aroma―atau lebih tepatnya, indera penciuman.

Dia tidak mengetahui penyebabnya, tapi dia bisa menyadari tempat dan waktunya.

Sensei yang tidak bisa dikalahkan oleh siapapun. Elna akan membuatnya babak belur. Kemudian, aku akan dihormati, dipuji, di dekati, dan pada akhirnya, aku bisa berteman dengan semuanya―mimpiku akan terwujud.

Elna tersenyum bahagia sambil memandu target dengan santai.

Codename [Gujin]―saatnya untuk berteman dan membunuh.

Ketika mereka berada di jalan utama, sebuah mobil hitam melaju ke arah mereka dengan kecepatan tinggi. Tampaknya mobil itu tidak bisa dikendalikan.

Elna yang telah merasakan firasat ini sebelumnya, segera melompat dari sana. Meskipun dia selalu di timpa kemalangan, dia dapat menghindari dampak yang fatal karena memiliki keterampilan sebagai mata-mata.

Sungguh malang... pikir Elna. Aku penasaran apa yang akan terjadi, tak kusangka, mobil yang lepas kendali. Mungkin ini terlalu berlebihan.

Meskipun dia dapat merasakan pertanda sebelum kejadian, dia tidak mengetahui dengan tepat apa yang akan terjadi.

Mobil itu tidak melambat sedikitpun, dan terus melesat menuju trotoar.

Klaus tidak bergerak sedikitpun dari tempat itu, mungkin karena dia tidak dapat bereaksi terhadap tragedi yang mendadak ini.

Mereka mendengar teriakan pejalan kaki yang lewat.

Elna berusaha menahan rasa bersalah dan menutup matanya.

Mobil itu menabrak Klaus―dan menerbangkan tubuh Klaus ke udara.

Kemudian terdengar suara ledakan.

Setelah menabrak Klaus, mobil itu berputar-putar dan berhenti di trotoar. Mobil itu meninggalkan jejak ban yang ber-api di jalanan.

Di saat yang sama, tubuh Klaus terangkat tinggi ke udara dan jatuh ke bawah tanpa terbalik,

"Mm, itu cukup berbahaya."

Dia mendarat dengan sempurna.

Hmmmmmmmmmmmmmmm????

Elna tidak percaya dengan pemandangan yang dilihatnya.

Meski telah ditabrak mobil, pria itu tetap bersikap tenang.

Dia tidak terluka sedikitpun, tidak ada darah sama sekali. Bahkan dia tampaknya tidak merasa ketakutan.

Klaus bertepuk tangan, dan mendekati Elna.

"Apa kau terluka?"

"Se-Sensei, baik-baik saja?"

"Aku tidak yakin. Dia seharusnya tidak mengalami cedera serius. Sebenarnya aku ingin mengeluh padanya, tapi lebih baik kita serahkan saja pada polisi. Mata-mata seperti kita tidak boleh menarik perhatian."

"Elna menanyakan keadaan Sensei, bukan pengemudi itu!"

"Seperti yang kau lihat."

Lihatlah sendiri keadaanku, mungkin itulah yang ingin dikatakan Klaus, dia berjalan dengan tenang di depan Elna. Daripada cedera, pakaiannya bahkan tidak terlihat kotor.

Tampaknya pada saat akan di tabrak mobil, dia berpijakan di kap mobil dan melompat dari sana. Jika dia terlambat sedetik saja, itu bisa menyebabkan kematian instant.

Elna mengamati mobil itu.

Bagaimana bisa mobil itu berputar?

Suara ledakan pada saat tabrakan.. apa itu?

"Aku membuat ban mobil itu bocor." Klaus memberi penjelasan, dia seolah-olah mengetahui keraguan Elna. "Kalau terus dibiarkan, pasti akan mengakibatkan korban jiwa."

"Hanya dalam sekejap...?"

"Apa kau ingin tahu caranya?"

"Tidak perlu."

"Aku menggunakan pisau untuk membuat ban mobil itu bocor, hanya itu saja."

"Aku tidak mengharapkan penjelasan apapun."

Ketika mereka berdua melakukan percakapan yang konyol itu, Elna mengingat kembali alasan mereka di sini.

Pria di sebelahnya adalah monster, sangat berbeda dari orang normal. Pria itu hampir di tabrak mobil, tapi dia tidak terluka sedikitpun.

Me-Meski begitu, aroma kemalangan masih ada...!

Ini bukan saatnya untuk merasa bersalah.

Mungkin sederet kejadian buruk bisa melukai orang ini―



Asumsi Elna benar.

Kemanapun mereka pergi, kemalangan selalu menghampiri mereka, tapi Klaus menghindari semuanya.

Ketika mereka berjalan di jalan kecil, panci yang dipenuhi air panas jatuh dari sebuah kios. Elna berhasil menghindarinya berkat indera penciumannya, tapi Klaus tidak sempat menghindarinya. Dia membentuk mantel kulitnya menjadi sarung tangan untuk menangkap panci panas itu, dan hampir tidak ada air panas yang tumpah dari panci tersebut.

Begitu mereka tiba di distrik perumahan, mereka bertemu dengan seekor anjing besar yang sangat ganas.

Mereka tidak mengetahui penyebab anjing itu marah, tapi ketika melihat Elna, anjing itu menunjukkan taringnya, dan melompat ke arah Elna. Lalu rantai yang mengikat anjing itu terputus. Dengan kecepatan yang melebihi kecepatan lari manusia, anjing itu berlari menuju Elna.

"Anjing yang sangat energik."

Klaus memegang dagu anjing itu dengan lembut, dan anjing itu pun menjadi jinak.

Ini adalah keberuntungan, sebab Elna tidak sempat melarikan diri, karena kakinya gemetar ketakutan.

Lalu ketika mereka berjalan melalui gang belakang, batu bata jatuh ke arah mereka, itu sama dengan kejadian yang dialami Elna sehari sebelumnya saat berhadapan dengan para berandalan. Melihat keadaan ini, Klaus―

"Sial."

mengeluarkan suara terkejut, tapi...

"Aku melewatkan satu bata."

Itu bukanlah masalah besar.

Dari 14 batu bata yang jatuh, dia tidak bisa menangkap semuanya―tapi, hanya itu satu yang gagal di tangkapnya. Dia bahkan sempat melindungi seorang gadis dengan menarik pinggang gadis itu ke dekatnya.

Pria ini... benar-benar monster...

Meskipun Elna menatapnya dengan tajam, ekspresi Klaus tetap tenang seperti biasa.



Seiring berjalannya waktu, Elna mulai mengalami depresi.

Sedangkan kondisi target masih sama seperti biasa. Malahan, target tidak mengeluh tentang kemalangan yang dihadapinya. Dia tetap membantu Elna berbelanja. Pergerakan target seharusnya dibatasi oleh barang bawaan, tapi itu hampir tidak berpengaruh sama sekali.

Di sisi lain, Elna mengingat kembali aspek tertentu. Kekuatannya yang sangat mengerikan.

Elna benar-benar orang yang menakutkan...

Biasanya, dia tidak merasakan aroma kemalangan berturut-turut.

Ketika dia merasakan aroma kemalangan, dia selalu melarikan diri, tapi itu sebenarnya adalah hal yang wajar.

Tidak mengherankan jika orang normal mendapatkan luka berat setelah mengalami semua kejadian ini...

Setiap kali mengalami kemalangan, dia tenggelam dalam halusinasi, dan mendengar bisikan di telinganya.

Tragedi ini disebabkan oleh dirimu.

Kali ini, dia beruntung karena pria di sebelahnya bukan orang biasa. Namun, apa yang akan terjadi jika dia bersama gadis-gadis anggota [Akari]? Apa mereka masih mau berteman dengannya? Tidak, bagaimana jika pria ini mengetahui kekuatannya? Apa pria ini akan meninggalkannya?

Mungkin lebih baik aku menyerah bergaul dengan orang lain...

(Lebih baik kau tidak mendekati gadis itu)

Rumor di sekolah pelatihan, siapa yang menyebarkan rumor itu?

Pada akhirnya, rumor itu akan sampai kepada anggota [Akari]―

"Nah, ini seharusnya belanjaan yang terakhir."

Ketika Elna tenggelam dalam pikirannya sendiri, Klaus tiba-tiba  mulai bicara.

Membawa Elna kembali ke dalam kenyataan.

Mereka sudah membeli semua belanjaan yang dikatakan Elna sebelumnya. Klaus keluar dari toko sambil memegang deterjen.

Tapi Elna masih belum memberi kesulitan pada targetnya.

"Y-Ya. Tapi, masih ada tempat yang ingin Elna kunju―"

"Bisakah kita hentikan akting ini?" Klaus berhenti berjalan.

Ketika Elna menoleh, matanya bertemu dengan mata Klaus yang dengan tenang melihat ke bawah. Dia bisa merasakan hawa dingin di punggungnya. Bersamaan dengan keringat yang mengalir di seluruh tubuhnya.

Eh...

Sejumlah tekanan (intimidasi) menerpa dirinya.

Tanpa dia sadari, kantong belanjaan terlepas dari jari-jari tangannya.

Bahkan tidak terpikir baginya untuk mengambil kantong yang jatuh ke tanah.

"Elna, sebenarnya, aku sudah mendengar kemampuanmu dari instruktur di sekolah pelatihanmu dulu. [Gadis yang membawa kemalangan]. Begitulah yang kudengar."

"...!"

"Akhirnya aku mengerti. Kebenaran di balik peringatan itu."

Klaus sudah mengetahuinya sepanjang waktu ini.

Semua tindakannya sejauh ini adalah akting. Dia sudah tahu bahwa Elna berencana untuk menyerangnya. Tampaknya dia ingin menguji kemampuan Elna yang sebenarnya.

Klaus berbalik ke arah Elna, dan mengulurkan tangannya.

Pada momen selanjutnya, pemandangan ketika Klaus melempar gadis-gadis [Akari] terlintas di benak Elna.

Elna secara refleks menutup matanya.

Sudah berakhir―

Namun, kejadian berikutnya berbeda dari yang Elna khawatirkan.

"Semua orang hanya salah paham padamu."

Klaus mengelus kepala Elna.

"Gadis berbakat sepertimu tidak menerima penilaian yang tepat. Itulah kemalanganmu yang sesungguhnya."

"H-Hah?"

Elna tercengang, dia tidak dapat memahami situasinya.

"Kau sudah berusaha sebaik mungkin."

Tepat di hadapannya, Klaus tersenyum dengan lembut.

"Kau adalah―orang yang paling beruntung dari semua orang."

Kata-kata itu diluar pemahaman Elna.

Dibelai oleh tangan yang nyaman ini, membuat Elna mengingat kembali kata-kata seorang psikiater yang pernah dia temui sebelumnya.

***

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Classroom of the Elite 2nd Year Volume 2

Volume 2 Ilustrasi Prolog Chapter 1 Part 1 Chapter 1 Part 2 Chapter 1 Part 3 Chapter 1 Part 4 Chapter 1 Part 5 Chapter 2 Part 1 Chapter 2 Part 2 Chapter 2 Part 3 Chapter 3 Part 1 Chapter 3 Part 2 Chapter 3 Part 3 Chapter 3 Part 4 Chapter 3 Part 5 Chapter 3 Part 6 Chapter 3 Part 7 Chapter 3 Part 8 Chapter 3 Part 9 Chapter 3 Part 10 Chapter 3 Part 11 Chapter 4 Part 1 Chapter 4 Part 2 Chapter 4 Part 3 Chapter 4 Part 4 Chapter 4 Part 5 Chapter 4 Part 6 Chapter 4 Part 7 Chapter 5 Part 1 Chapter 5 Part 2 Chapter 5 Part 3 Chapter 5 Part 4 Epilog [PDF] SS Amasawa Ichika SS Horikita Suzune SS Tsubaki Sakurako SS Shiina Hiyori

Classroom of the Elite 2nd Year Volume 1

Volume 1 Prolog Chapter 1 Chapter 2 Chapter 3 Chapter 4 Chapter 5 Part 1 Chapter 5 Part 2 Chapter 5 Part 3 Chapter 5 Part 4 Chapter 6 Part 1 Chapter 6 Part 2 Epilog SS Horikita Suzune SS Nanase Tsubasa I SS Nanase Tsubasa II SS Karuizawa Kei

Classroom of the Elite 2nd Year Volume 2 Chapter 1 Part 1

Chpater 1 : Perubahan dalam Kehidupan Sekolah (Part 1) Pada hari itu, Kelas 2-D menghadapi situasi aneh yang belum pernah terjadi sebelumnya. Teruhiko Yukimura berkali-kali menghentakkan kakinya, sambil melihat ke arah pintu masuk kelas. "Bisakah kamu tenang sedikit? Ini bahkan belum sampai 5 menit sejak Kiyopon pergi. Dia dipanggil oleh sensei, kan? Berarti dia tidak akan kembali dalam waktu dekat." Hasebe Haruka, teman sekelas sekaligus teman terdekat, berkata begitu kepada Yukimura. Sakura Airi dan Miyake Akito duduk di sebelahnya. "Aku sudah tenang... tidak perlu khawatir," jawab Yukimura. Meskipun dia berhenti menghentakkan kaki, tidak lama setelah itu dia kembali tegang. Diam-diam dia mulai menghentakkan kakinya ke atas dan ke bawah, hingga menggesek celananya. Yukimura berencana untuk bicara dengan Ayanokouji sepulang sekolah, tapi dia menundanya karena kehadiran Horikita. Kemudian dia mendengar dari gadis itu bahwa Chabashira memanggilny