Langsung ke konten utama

Spy Room Volume 1 Chapter 2 Part 7

Chapter 2 : Kerjasama (Part 7)



Klaus menegaskan.. "Tidak ada kue keju yang melebihi ini di Republik Deen"..kue itu memiliki rasa yang istimewa. Pada awalnya, Elna merasa sedikit cemas berada di restoran khusus keanggotaan bawah tanah, tapi ketika dia memakan kue keju, ekspresi wajahnya berubah 180 derajat. Tekstur kue itu terasa sangat lembut di lidah. Bahkan saat dia hidup sebagai putri keluarga bangsawan, dia belum pernah sama sekali memakan kue yang sangat lezat seperti ini. Dia menghabiskan kue keju dalam waktu singkat.

Setelah Klaus selesai memakan satu kue keju, dia memesannya satu lagi.

"...Ketika aku masih muda, guruku sering membawaku ke sini. Sebagai hadiah."

Tidak biasanya bagi pria ini membicarakan masa lalunya. Bahkan orang yang misterius sepertinya juga memiliki orang yang dia panggil sebagai Shisou. Entah kenapa.. Elna merasa senang mendengarnya, dia juga mulai bicara.

"Sungguh, Elna telah mengalami banyak masalah! Hari pertama tiba ke Istana Kagerou, terjadi kecelakaan di lokomotif, Elna ketinggalan bus yang seharusnya dinaiki, dan ketika Elna akhirnya menaiki bus, ban mobil bus itu malah kempes!"

"Kau sudah mulai banyak bicara sekarang."

"Ka-Kalau Sensei terus terang seperti itu, aku jadi malu."

"Tidak, aku mengerti apa yang kau rasakan. Dan juga, aku termasuk orang yang dekat denganmu... kau bisa bicara terbuka kepadaku, layaknya keluarga."

"Kita adalah rekan!"

Ketika percakapan mereka sedang berlangsung, Elna merasakan pertanda yang kuat melalui hidungnya.

Aroma kemalangan.

―Baunya sangat kuat.

Klaus menyadarinya dan bertanya pada Elna. "Apa yang terjadi?"

"B-Bukan apa-apa..."

Elna sedikit ragu menceritakannya.

Kalau Elna memberitahu Sensei, aku yakin Sensei akan pergi ke sana...

Elna hanya mengetahui waktu dan tempat terjadinya kemalangan melalui aroma. Dia tidak tahu dengan detail setiap kemalangan yang terjadi.

Elna hanya bisa merasakannya melalui instuisi. Dia tahu [Beberapa kemalangan akan menimpa dirinya], tapi dia tidak tahu secara spesifik.

[Aroma] itu, memiliki bau yang agak menjengkelkan, biasanya Elna tidak pernah mendekatinya.

Tapi... jika bersama Sensei... seharusnya tidak masalah, kan...?

Elna ingin mengujinya.

Apa orang yang ada dihadapannya saat ini akan selalu ada di sisinya?

Itu adalah sikap yang sangat egois dan kekanak-kanakan. Elna tahu itu.

Namun, dia tetap ingin mengetahui apakah Klaus adalah orang yang dapat dipercaya dan bisa diandalkan.

―Mungkin pada akhirnya, Sensei akan meninggalkan Elna.

―Tapi kalau tidak, Elna menginginkan buktinya.

Dengan pemikiran itu, Elna mencondongkan tubuhnya ke depan.

"Sensei, ada tempat yang ingin Elna kunjungi."

*

Mereka berdua pergi menuju gang yang jarang dilewati kerumunan.

Gudang di pelabuhan berbaris.

Pasar di kota sudah tutup saat matahari sudah terbenam, sekarang hanya ada keheningan yang panjang. Ombak menyapu dermaga, hanya itu satu-satunya suara yang bisa terdengar. Laut yang memiliki corak biru gelap di siang hari, menjadi semakin menakutkan di malam hari. Semua kontainer yang tidak bisa dimasukkan ke gudang ditumpuk di luar, membentuk bayangan seperti kastil besar.

Elna memegang hidungnya dengan kedua tangannya.

Ada [Aroma] yang sangat menyengat di sekitar tempat itu. Aroma kemalangan yang hanya bisa dirasakan olehnya. Hidungnya merasakan bau yang menyengat itu.

Jantungnya berdetak sangat kencang, dia sempat mengira Klaus bisa mendengarnya.

Selama tidak ada keperluan, gadis ini tidak akan pernah mendekati kemalangan atas keinginannya sendiri.

Dia tidak tahu apa yang akan terjadi dari sekarang.

Saat dia menahan nafas, Klaus berhenti berjalan.

"Elna, aku yakin kau sudah tahu―" Klaus membuka mulutnya, "Kita sudah terkepung."

Elna tidak menyadarinya sama sekali.

Kemudian, beberapa pria muncul satu persatu dari bayang-bayang gudang. Delapan orang pria membawa pistol dan mengepung Elna dan Klaus. Ekspresi wajah mereka tampak buruk, setidaknya mereka tidak terlihat seperti orang yang baik.

"Siapa kau?" Klaus mengerutkan dahinya.

Seorang pria dengan tato di wajahnya, mengancam dengan nada suara rendah.

"Jangan bergerak. Kami memiliki sandera."

"Sandera?"

"Aku tahu siapa kalian. Kalian adalah putri kaya anggota kongres distrik ini dan pengawalnya, kan?"

Klaus memiringkan kepalanya sedikit. "Putri kaya? Sepertinya kau salah orang."

"Huh, aku sudah menduga kau akan berkata begitu. Tapi, aku sudah memeriksanya."

Para pria yang lain disekitar mereka tertawa terbahak-bahak.

"Putri dari anggota kongres tidak akan membiarkan warga negaranya mati, kan? Tidak ada gunanya pura-pura bodoh. Aku sudah memiliki semua informasi tentang kalian."

Sepertinya, warga negara yang disandera ada di suatu tempat.

Karena tidak dapat memahami situasinya, Elna bertanya pada Klaus.

"Apa maksud orang ini?"

"Aku tidak tahu. Mereka sepertinya salah paham... Kurasa mereka tidak akan mau mendengarkan kita."

Memang benar, para pria itu tampaknya hanya mempercayai informasi yang mereka miliki.

Elna mendekat kepada Klaus.

"...Sensei, apa kamu bisa menangani mereka?"

"....."

"Sensei?"

Klaus menghela nafas.

"Tidak bisa."

"Eh?"

"Sepertinya cerita mereka tentang sandera itu memang benar. Kita tidak punya pilihan selain menuruti keinginan mereka."

Suara Klaus terdengar dingin.

Penglihatan Elna menjadi gelap.

Dia tidak menyangka akan jadi seperti ini. Ini benar-benar sial.

Dia tidak bisa menangani situasi ini sendirian, dan Klaus juga menyerah tanpa perlawanan.

"Ikat mereka dengan rantai." Pria bertato memberi perintah pada rekannya. "Ikat seluruh tubuh mereka, pasang gembok, dan isi lubang kunci gembok itu dengan lilin. Kalau begini, bahkan seekor gajah pun tidak akan bisa melarikan diri."

Klaus mengeluarkan helaan nafas samar dari mulutnya, Elna tidak melewatkan hal itu.

Rantai yang dibawa para pria itu tebalnya sekitar 1 cm. Mustahil untuk menghancurkannya. Selain itu, para pria itu juga memasang gembok di rantai dan membuat lubang kunci tidak dapat dibuka.

Apa ini kebetulan? Para pria itu menggunakan langkah yang sempurna dalam menghadapi Klaus.

Sebuah kemalangan―Elna hanya bisa menatap langit.

*

Semua barang bawaan Elna dan Klaus dirampas, dan mereka berdua dipaksa menaiki mobil. Setelah dua jam perjalanan, mereka tiba di sebuah pondok dekat gunung yang jauh dari kota. Sepertinya ini adalah tempat persembunyian. Meskipun berteriak, tidak akan ada yang mendengarnya.

Klaus menunggu dengan tenang sesuai permintaan orang-orang itu, dan tidak menunjukkan tanda-tanda perlawanan.

"Kalian tunggu disini sampai Bos datang."

Mereka dimasukkan ke dalam gudang di pondok. Gudang itu terkunci dari luar.

Begitu mereka berdua duduk, mereka menyadari betapa sempitnya ruangan itu. Bagian dalam ruangan itu sangat lembab. Tidak ada jendela, hanya diselimuti oleh kegelapan.

Di sebelah Elna, Klaus menggerakkan tubuhnya, seorang penjaga berteriak kepadanya. "Aku akan menembakmu kalau kau bergerak!"

Gudang itu memiliki satu ventilasi kecil. Di sana, terlihat seorang pria sedang berdiri dan mengawasi mereka.

"Tidak bisa membebaskan diri, ya." Klaus bergumam."Tidak bisa menggerakkan tubuh dengan benar, tidak ada jendela untuk melarikan diri, dan ada penjaga yang memiliki pistol. Kemungkinan besar mereka adalah beberapa komunis yang termasuk dalam kelompok revolusioner, tapi tindakan mereka terlalu bagus. Siapa mereka?"

Rupanya, dia sudah mencoba untuk membuka gembok. Tapi sepertinya dia gagal membukanya.

"Bagaimana dengan anggota yang lain? Bukankah kalian berencana menyerangku saat aku kelelahan?"

Elna menggelengkan kepalanya.

"Para pria itu sudah mengambil perangkat komunikasi Elna. Elna tidak bisa memberitahukan tempat ini kepada anggota yang lain."

"Begitu, ya. Sungguh merepotkan."

"Sensei, Elna minat maaf."

Bibir Elna sedikit gemetar saat mengucapkan permintaan maaf itu.

"Ini semua salah Elna... Karena Elna yang membawamu kemari..."

"Tidak. Orang-orang itulah yang salah."

"Elna selalu membawa kemalangan kepada orang lain... Melibatkan mereka dalam masalah, membuat mereka terluka... Jadi karena itu, suatu hari nanti Elna ingin menyelamatkan banyak orang... Tapi pada akhirnya, Elna tidak dapat membantu siapapun."

"....."

"Ternyata Elna memang lebih baik sendirian saja..."

Klaus terlibat masalah karena dirinya.

Hanya untuk menghilangkan rasa cemasnya, dia menguji Klaus.

Elna menggigit bibirnya.

Dia mempersiapkan mentalnya.

Tidak peduli apapun yang akan dia tanggung, dia ingin Klaus keluar hidup-hidup dari sini.

"....."

Klaus masih tetap diam.

Bahkan ketika menatap wajahnya dari samping, Elna masih tidak dapat memahami pemikirannya.

"Kau terlalu menyalahkan dirimu sendiri. Ayo kita keluar dari sini bersama."

"...Apakah akan berhasil?"

"Aku tidak yakin. Aku belum mengetahui identitas mereka yang sebenarnya, mereka sangat misterius."

Klaus menarik nafas dalam-dalam.

"Yah, meski begitu aku hanya perlu menggunakan kunci utamaku."

Dia mengatakan itu seolah-olah tidak berada dalam situasi yang berbahaya, Klaus mulai bertindak, dengan sedikit batuk.

*

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Classroom of the Elite 2nd Year Volume 2

Volume 2 Ilustrasi Prolog Chapter 1 Part 1 Chapter 1 Part 2 Chapter 1 Part 3 Chapter 1 Part 4 Chapter 1 Part 5 Chapter 2 Part 1 Chapter 2 Part 2 Chapter 2 Part 3 Chapter 3 Part 1 Chapter 3 Part 2 Chapter 3 Part 3 Chapter 3 Part 4 Chapter 3 Part 5 Chapter 3 Part 6 Chapter 3 Part 7 Chapter 3 Part 8 Chapter 3 Part 9 Chapter 3 Part 10 Chapter 3 Part 11 Chapter 4 Part 1 Chapter 4 Part 2 Chapter 4 Part 3 Chapter 4 Part 4 Chapter 4 Part 5 Chapter 4 Part 6 Chapter 4 Part 7 Chapter 5 Part 1 Chapter 5 Part 2 Chapter 5 Part 3 Chapter 5 Part 4 Epilog [PDF] SS Amasawa Ichika SS Horikita Suzune SS Tsubaki Sakurako SS Shiina Hiyori

Classroom of the Elite 2nd Year Volume 1

Volume 1 Prolog Chapter 1 Chapter 2 Chapter 3 Chapter 4 Chapter 5 Part 1 Chapter 5 Part 2 Chapter 5 Part 3 Chapter 5 Part 4 Chapter 6 Part 1 Chapter 6 Part 2 Epilog SS Horikita Suzune SS Nanase Tsubasa I SS Nanase Tsubasa II SS Karuizawa Kei

Classroom of the Elite 2nd Year Volume 2 Chapter 1 Part 1

Chpater 1 : Perubahan dalam Kehidupan Sekolah (Part 1) Pada hari itu, Kelas 2-D menghadapi situasi aneh yang belum pernah terjadi sebelumnya. Teruhiko Yukimura berkali-kali menghentakkan kakinya, sambil melihat ke arah pintu masuk kelas. "Bisakah kamu tenang sedikit? Ini bahkan belum sampai 5 menit sejak Kiyopon pergi. Dia dipanggil oleh sensei, kan? Berarti dia tidak akan kembali dalam waktu dekat." Hasebe Haruka, teman sekelas sekaligus teman terdekat, berkata begitu kepada Yukimura. Sakura Airi dan Miyake Akito duduk di sebelahnya. "Aku sudah tenang... tidak perlu khawatir," jawab Yukimura. Meskipun dia berhenti menghentakkan kaki, tidak lama setelah itu dia kembali tegang. Diam-diam dia mulai menghentakkan kakinya ke atas dan ke bawah, hingga menggesek celananya. Yukimura berencana untuk bicara dengan Ayanokouji sepulang sekolah, tapi dia menundanya karena kehadiran Horikita. Kemudian dia mendengar dari gadis itu bahwa Chabashira memanggilny