Langsung ke konten utama

Spy Room Volume 1 Chapter 2 Part 9

Chapter 2 : Kerjasama (Part 9)



Pada malam harinya―di ruang pertemuan Istana Kagerou.

"Bahkan setelah sampai sejauh itu, kenapa kita tidak bisa mengalahkannya!?"

"Diriku yang hebat ini juga frustasi! Itu adalah strategi yang bodoh!"

"Seperti yang diharapkan dari bos kita... Selanjutnya, mungkin kita harus melibatkan polisi, kalau tidak.. kita tidak akan pernah bisa mengalahkannya..."

Gadis-gadis [Akari] mengadakan pertemuan refleksi yang sesuai dengan kesepakatan bersama. Mereka mendiskusikan rencana mereka, dan menghempaskan telapak tangan mereka ke atas meja.

Khususnya kali ini, rencana berskala besar yang bahkan membuat Klaus terkejut, dan juga, bagaimana rencana itu berakhir menjadi kegagalan tepat sebelum sentuhan akhir. Mereka berhasil menangkap Klaus dengan sempurna. Tapi Klaus menghancurkan keyakinan mereka. Diskusi ini pun menjadi semakin memanas.

"Sepertinya kita harus memikirkan lagi dari awal rencana penyerangan selanjutnya." Kata gadis berambut hitam dengan suara yang elegan. "Menangkap target terbukti mustahil. Penyerangan seperti sebelumnya tidak berarti sama sekali. Kita harus menemukan kelemahan dan rahasia Sensei untuk mengancamnya."

"Kita sudah mencobanya tapi itu tidak berhasil, kan?" Gadis berambut perak kebiruan menyeringai. "Lagian, teknik menggodamu itu bahkan tidak berefek sama sekali."

"Ugh! Itu tidak benar! Tidak ada satupun pria yang bisa menolak diriku yang seksi―"

"Apa kamu mau bermain catur lagi dengannya di tengah malam?"

"Pria itu tidak masuk akal! Saat dia datang ke kamarku.. aku langsung menggodanya, "Aku tidak bisa tidur~".. lalu dia membawa papan catur.. dan ketika aku menggodanya lagi, "Mari kita bersenang-senang~" ..dia mengajakku bermain catur.. dan saat aku menggodanya untuk ketiga kalinya, "Haruskah aku memanjakanmu sedikit~?" dia menekanku dalan permainan itu! Apa-apaan pria itu!?"

"Mungkin dia sangat menyukai catur."

"Kalau begitu, apa kamu punya ide bagus? Target membuka kunci angkamu dengan mudah, bahkan dia merusak rantai untuk mengikat binatang buas, loh? Bagaimana mungkin kita bisa menangkap―"

"Oke, oke, jangan berkelahi lagi."

Ketika diskusi kembali memanas, Lily bertepuk tangan. Kemudian, dia memasukkan kue panggang ke dalam mulut mereka untuk menghentikan perdebatan.

"Yang penting sekarang adalah kekompakan tim. Perkuat ikatan dengan rekan-rekanmu. Nah, ambil lah kue financier yang istimewa ini."

"Enak sekali..."

"Ini benar-benar enak..."

"Fufu, lagi-lagi aku bekerja sebagai ketua yang baik~"

Lily menghela nafas, dia merasa bangga karena telah menghentikan perdebatan yang semakin memanas.

Di sebelahnya, gadis berambut merah mengemukakan pendapatnya dengan nada suara yang pelan.

"Tapi... untuk saat ini, penangkapan adalah cara terbaik untuk mengalahkannya."

"Itu memang benar sih, tapi..."

"Kita memang siswa yang bermasalah ya... Kita bahkan tidak bisa menangkap satu orang pria, aku tidak yakin kita bisa menyelesaikan misi mustahil..."

Pernyataan yang tenang itu, menyadarkan mereka akan kenyataan dan membuat suasana di ruang pertemuan terasa berat.

Tidak ada seorangpun yang berbicara untuk melanjutkan diskusi. Hanya Lily satu-satunya yang mengatakan komentar positif, tapi dorongannya yang tidak berdasar itu tidak mengubah suasana hati gadis yang lain.

"U-Um..."

Dengan wajah yang memerah, Elna mengangkat tangannya.

"E-Elna tahu alasan Sensei bisa merusak rantai itu!"

Dia membuat kesalahan dalam mengatur volume suaranya.

Setelah menghentikan bibirnya yang gemetar, Elna melanjutkan perkataannya dengan wajah memerah.

"... Ke-Ketika terikat, Sensei mengeluarkan permata yang dia sembunyikan di dalam mulutnya, dan menyuap penjaga. Kemudian, penjaga itu menembak rantai itu dengan pistol."

"Ah, dia mengatakan sesuatu yang serupa di kamar mandi. Tupai yang bersiap untuk hibernasi..."

Apa mungkin itu yang dimaksud dari penjelasan Klaus?

Banyak mata-mata yang menyembunyikan senjata atau perhiasan di tubuh mereka―

Pria itu, menyuap penjaga dengan permata. Lalu dia memprovokasi bos kelompok musuh, untuk menembaknya dengan pistol, dan menambah kerusakan pada rantai yang mengikat tubuhnya. Bahkan rantai setebal itu juga bisa dihancurkan jika terkena tembakan peluru di tempat yang sama.

Tentu saja, Klaus tidak lupa mengambil kembali pertama yang dia serahkan sebelum dia pergi.

"Perhiasan dan harta. Dengan kata lain, menyuap. Itu adalah kunci utama untuk membuka semua jenis gembok."

"Kunci utama..." Gumam gadis berambut perak kebiruan.

"Mungkin dia menggunakan cara yang sama untuk membuka kunci angka. Dia menyuap salah satu dari kita untuk memberitahu sandi kunci angka itu, sebelum kita bertindak."

"J-Jadi diantara kita ada seorang mata-mata?"

Lily berteriak gugup, merespon kata-kata Elna.

Meskipun secara halus, dia melemparkan kecurigaan pada anggota [Akari].

Gadis berambut putih menegaskannya.. "Semua orang yang ada disini adalah mata-mata."

Setelah itu, para gadis terdiam.

Ada sesuatu yang perlu mereka pertimbangkan di atas segalanya.

"Ngomong-ngomong," gadis berambut hitam mulai bicara. "Ada satu orang yang selalu menengahi kita ketika memperdebatkan masalah kunci."

"Ya! [Percayalah pada rekanmu] dan [Perkuat ikatan dengan rekan-rekanmu], dia selalu menekankan hal ini sepanjang waktu!"

Gadis berambut merah muda kelabu mengatakan itu dengan wajah yang polos.

Gadis berambut perak kebiruan menunjukkan senyum nakal, seolah-olah telah memecahkan sebuah misteri.

"Ne~e, Lily. Aku punya pertanyaan..."

"Kuh"

"Darimana kamu mendapatkan kue financier itu?"

Lily menjadi kaku.

Keringat mengalir di dahinya, dia mengeluarkan sedikit batuk "Ehemm", kemudian berkata, "Yang penting saat ini adalah mempercayai rekan-rekan kita."

"""""""... ... ..."""""""

Tentu saja, tidak ada satu pun dari gadis-gadis itu yang percaya dengan kata-katanya.

Menyadari itu, Lily berjalan mundur ke belakang.

Dia mencoba menjarak agak jauh dari anggota lain, tapi ketika itu dia segera menabrak dinding, bibirnya menjadi gemetaran.

"A-Aku hanya, melakukan itu loh, kalian tahu kan? Sensei mengajukan sebuah ide padaku. Aku akan "berlatih untuk berbohong", sedangkan kalian "berlatih untuk meragukan rekan-rekan kalian", begitulah kata Sensei. Yah, aku sangat terkesan! Situasi dimana rekanmu beralih ke pihak lain, bisa terjadi di pertempuran nyata! Seperti yang diharapkan dari Sensei! Dan pujilah aku yang menerima idenya itu! Ketua yang rela berkorban, siap mengambil peran untuk dibenci demi kebaikan rekan-rekannya! B-Bukan berarti aku melakukannya demi kue super lezat atau semacamnya, ya?"

"......"

"A-Aku hanya memberitahunya sandi kunci angka itu saja. Dan itu tidak begitu mempengaruhi kegagalan penyerangan kita di kamar mandi! Kalian tidak perlu semarah itu padaku karena aku tidak mengkhianati kalian sepenuhnya!"

"......"

"Biarkan aku mengulangi kata-kata Elna-chan! [Jika kamu mempercayai seseorang, maka kamu akan kalah. Itulah artinya mata-mata] benarkan! Ehehe~"

―Dia sudah tidak tertolong lagi, Para gadis itu saling berbagi pemikiran tersebut melalui kontak mata.

Jadi, sanksi macam apa yang harus diberikan pada pengkhianat?―

"Aku punya ide!" Kata gadis berambut perak kebiruan mewakili mereka semua. "Bagaimana kalau kita menggunakan Lily untuk keuntungan kita? Target masih menganggap Lily sebagai sekutu. Dengan demikian, dia akan menunjukkan celah."

"I-Itu benar! Mata-mata ganda! Ini seperti pelatihan misi seorang mata-mata―"

"Bagaimana kalau melakukannya sekarang juga?"

Ekspresi Lily membeku.

"U-Um... Aku akan berakhir babak belur dihajar oleh Sensei loh..."

"Berjuanglah."

"A-Ayolah, pasti ada cara yang lebih efektif untuk menggunakan keunggulan ini, kan? Aku tidak akan mengkhianati kalian lagi, jadi..."

"Cepatlah pergi, mengerti?"

"..... Aku berangkat."

Bahu Lily jatuh terkulai, kemudian dia meninggalkan ruangan pertemuan.

Setelah beberapa saat, dari lantai atas―

"Sensei! Aku mendengar beberapa informasi baru! Lihatlah rencana ini, ayolah, lihat lebih dekat... Haha! Kesempatan! Bersiaplah! Lukis di hidung gadis ini――i!"

―terdengar suara tersebut.

Pengkhianat itu tampaknya telah menerima hukuman.

Para gadis itu mengangguk puas.

"Elna-chan!"

Di sana, gadis berambut merah muda kelabu melompat dengan mata murni, dan mendarat di sisi Elna. Kemudian, dia memegang tangan Elna dengan gembira, dan mendekatkan wajahnya.

Melihat senyum polos gadis itu, Elna bertanya dengan malu-malu.

"A-Apa...?"

"Kamu luar biasa!"

Mendengar kata-kata itu, sejenak Elna menjadi terpana.

Ketika dia mengangkat wajahnya, dia dapat melihat gadis-gadis yang lain juga tersenyum padanya.

Elna menahan air matanya dan "... Tentu saja" mengatakan itu sambil malu-malu.

***

Setelah beberapa saat, Elna mengunjungi kamar Klaus.

Di sana, terlihat Lily yang tergelak di lantai dengan terikat seutas tali.

"Elna." Klaus membuka mulutnya, sembari menghadap kanvas."Bisakah kau membawa keroco ini keluar? Dia menjadi berisik ketika aku menyentuhnya."

Setelah menerima instruksi, Elna menggulingkan Lily.

Pada saat itu juga, Lily mulai memohon dengan wajah putus asa.

"Sensei! Kumohon! Aku akan melakukan apa saja. Jika aku tidak bisa memakan kue financier darimu lagi, aku akan menjadi gila―"

"Kamu akan berkhianat lagi!?"

"Cepat bawa dia keluar." Klaus melambaikan tangannya.

Karena merasakan hal yang sama, Elna mendorong Lily keluar dari kamar dan menutup pintu.

"Dia seperti orang aneh, apakah kue itu beracun?"

"Tentu saja tidak."

Klaus mengambil sebuah piring.

Di piring itu, ada beberapa kue financier yang tampak berkilau seperti permata.

"Apa kau juga mau mencicipinya? Aku ingin [Kunci Utama] yang berikutnya."

"Tidak, terima kasih."

"Ini sangat lezat, loh."

Klaus mendekatkan piring itu ke hidung Elna. Aroma manis yang kuat merangsang otak Elna, dia pun tidak bisa menahan diri lagi dan mengambilnya satu. Kue itu pecah dalam mulut dan rasa manis menyebar di dalam mulutnya.

"Elna akan mengkhianati rekan-rekan."

"Aku hanya bercanda." Kata Klaus sambil menyerahkan piring itu pada Elna. "Bagikan kue-kue ini pada yang lain. Mengacaukan tim tidak akan membantu pelatihan."

Klaus mungkin terlihat bersikap dingin, tapi sebenarnya dia memiliki hobi yang banyak. Catur, memasak, bahkan melukis.

Apa mungkin itu adalah hobi orang genius?

Elna mendekati Klaus, dan melihat lukisan yang sedang dikerjakannya. Lukisan yang diwarnai dengan cat merah itu, sepertinya tidak ada kemajuan. Satu-satunya yang menonjol adalah bagian judul [Keluarga] yang terletak di kanan bawah dalam lukisan itu.

"Sensei, apa kamu tidak akan menyelesaikan lukisan ini...?"

"Yah... Aku memang sudah membeli cat baru, tapi kuasnya tidak bisa digerakkan dengan benar."

Kilau kesedihan muncul di mata Klaus secara samar-samar. Meskipun mereka semua belum mengenalnya lebih jauh, gadis-gadis itu telah berkali-kali menyerangnya dengan berbagai rencana, karena itu mereka bisa memahami dengan baik bagaimana seseorang menunjukkan emosinya.

"Penghuni Istana Kagerou sebelumnya, apa mereka adalah keluarga Sensei...?"

Nafas Klaus terhenti sejenak. Reaksi ekstrim terlihat dari wajahnya, ini cukup langka.

"Tidak kusangka kau bisa mengetahuinya secepat ini."

"Ada banyak petunjuk."

"Berapa banyak yang kau ketahui?" Klaus menyilangkan kakinya, dan menatap Elna.

Elna mulai menjelaskan pendapatnya.

"Aku tahu ada penghuni sebelumnya di Istana Kagerou, dan Sensei pasti anggota tim mata-mata itu. Karena saat ini mereka tidak tinggal disini, tim itu pasti telah dibubarkan―atau bahkan dihancurkan. Kemungkinan besar, misi mustahil yang akan ditantang [Akari] adalah―"

"Aku mengerti, cukup sampai disitu."

Klaus memotong kata-kata Elna, dan mengambil alih percakapan.

"Sebagian besar tebakanmu itu benar. Namun, kita belum sampai pada tahap untuk membicarakan hal itu."

"Hm...?"

"Jangan khawatir. Aku akan mengungkapkan semuanya dalam 20 hari ke depan. Aku yakin kalian akan sampai pada kebenaran..."

Mengapa harus 20 hari lagi?

Elna sedikit penasaran, tapi Klaus segera melanjutkan perkataannya.

"Kemudian, kita akan menantangnya. Misi mustahil yang sudah menunggu kita."

~Chapter 2 End~

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Classroom of the Elite 2nd Year Volume 2

Volume 2 Ilustrasi Prolog Chapter 1 Part 1 Chapter 1 Part 2 Chapter 1 Part 3 Chapter 1 Part 4 Chapter 1 Part 5 Chapter 2 Part 1 Chapter 2 Part 2 Chapter 2 Part 3 Chapter 3 Part 1 Chapter 3 Part 2 Chapter 3 Part 3 Chapter 3 Part 4 Chapter 3 Part 5 Chapter 3 Part 6 Chapter 3 Part 7 Chapter 3 Part 8 Chapter 3 Part 9 Chapter 3 Part 10 Chapter 3 Part 11 Chapter 4 Part 1 Chapter 4 Part 2 Chapter 4 Part 3 Chapter 4 Part 4 Chapter 4 Part 5 Chapter 4 Part 6 Chapter 4 Part 7 Chapter 5 Part 1 Chapter 5 Part 2 Chapter 5 Part 3 Chapter 5 Part 4 Epilog [PDF] SS Amasawa Ichika SS Horikita Suzune SS Tsubaki Sakurako SS Shiina Hiyori

Classroom of the Elite 2nd Year Volume 1

Volume 1 Prolog Chapter 1 Chapter 2 Chapter 3 Chapter 4 Chapter 5 Part 1 Chapter 5 Part 2 Chapter 5 Part 3 Chapter 5 Part 4 Chapter 6 Part 1 Chapter 6 Part 2 Epilog SS Horikita Suzune SS Nanase Tsubasa I SS Nanase Tsubasa II SS Karuizawa Kei

Classroom of the Elite 2nd Year Volume 2 Chapter 1 Part 1

Chpater 1 : Perubahan dalam Kehidupan Sekolah (Part 1) Pada hari itu, Kelas 2-D menghadapi situasi aneh yang belum pernah terjadi sebelumnya. Teruhiko Yukimura berkali-kali menghentakkan kakinya, sambil melihat ke arah pintu masuk kelas. "Bisakah kamu tenang sedikit? Ini bahkan belum sampai 5 menit sejak Kiyopon pergi. Dia dipanggil oleh sensei, kan? Berarti dia tidak akan kembali dalam waktu dekat." Hasebe Haruka, teman sekelas sekaligus teman terdekat, berkata begitu kepada Yukimura. Sakura Airi dan Miyake Akito duduk di sebelahnya. "Aku sudah tenang... tidak perlu khawatir," jawab Yukimura. Meskipun dia berhenti menghentakkan kaki, tidak lama setelah itu dia kembali tegang. Diam-diam dia mulai menghentakkan kakinya ke atas dan ke bawah, hingga menggesek celananya. Yukimura berencana untuk bicara dengan Ayanokouji sepulang sekolah, tapi dia menundanya karena kehadiran Horikita. Kemudian dia mendengar dari gadis itu bahwa Chabashira memanggilny