Langsung ke konten utama

Classroom of the Elite 2nd Year Volume 2 Chapter 4 Part 4

Chapter 4 : Pertempuran Kelas Satu dan Kelas Tiga (Part 4)



Kami tiba di kafe Keyaki Mall tepat setelah selesai membicarakan tentang ujian bertahan hidup di pulau tak berpenghuni tahun lalu.

Kami sampai di tempat tujuan tanpa kendala, tapi sesampainya di sini, muncul situasi tak terduga.

"Ramai sekali."

Kafe dipenuhi oleh pengunjung. Bahkan, banyak siswa yang mengantri di dekat pintu masuk.

"Sekarang bagaimana? Haruskah kita pergi melihat ke lantai dua?"

"Tunggu dulu."

Yagami mengatakan itu sambil memegang ponsel dengan tangan kirinya, lalu dia mulai mengoperasikan sesuatu di ponselnya.

"Aku baru saja memeriksanya dari temanku, sepertinya kafe di lantai dua juga penuh. Meski kita ke sana, kita tetap akan menunggu, jadi bagaimana kalau kita menunggu yang di sini saja?"

Tampaknya, Yagami menghubungi temannya yang juga berada di kafe melalui pesan teks. Dia mengambil keputusan dengan cepat agar waktu kami tidak terbuang sia-sia. Ketika kami berdua menyetujui saran itu, Yagami menyadari seseorang mendekat dari belakang. Dia dengan santai membawa kami menjauh dari tempat antrian, lalu Yagami menulis nama dan jumlah orang pada lembar reservasi kafe, sambil memegang ponsel dengan tangan kirinya. Tulisannya jauh lebih bagus daripada tulisan siswa di kolom atas dalam lembar reservasi tersebut.

"Wah. Tulisanmu sangat bagus, Yagami-kun."

Setelah melihat tulisan tersebut, tak heran jika Kushida memberikan pujian seperti itu.

Yagami menanggapi pujian itu dengan tersenyum.

Setelah itu, kami bertiga pergi menuju kursi antrian untuk menunggu meja kosong.

"Kakekku pernah bilang padaku, walaupun aku tidak pandai belajar, setidaknya tulisanku harus rapi."

"Kakekmu?"

"Ya. Kakekku adalah seorang guru kaligrafi."

"Luar biasa. Tulisanku sama sekali tidak bagus."

Kushida bersikap rendah hati, tapi seingatku tulisannya tidak terlalu buruk. Aku sudah beberapa kali melihatnya, tulisan Kushida bisa dikatakan cukup bagus. Meskipun tidak sebagus tulisan Yagami, tulisannya sangatlah feminim.

Selain itu, siswa bernama Yagami sepertinya bukan tipe orang yang memamerkan kemampuannya. Meskipun dia bilang tidak pandai belajar, kemampuan akademiknya di OAA saat ini mendapat penilaian A. Siswa berbakat yang populer. Dia sedikit mirip dengan Yousuke.

Setelah beberapa saat, akhirnya ada meja kosong untuk empat orang, lalu kami meminta pesanan masing-masing dan duduk di meja itu.

"Mungkin senpai berpikir, kenapa baru sekarang aku menghubungimu. Sebenarnya―ada sesuatu yang ingin kuberitahukan padamu, Ayanokouji-senpai. Ujian khusus yang hanya diketahui oleh beberapa siswa kelas satu, senpai sudah tahu itu, kan?"

Kushida kehereanan mendengar cerita Yagami, kelihatannya dia belum mengetahuinya. Ujian khusus terbatas, dimana siswa yang mengeluarkanku akan menerima hadiah 20 juta poin pribadi. Dari cara Yagami mengatakannya, dia sepertinya mengetahui fakta itu secara langsung, bukan hanya dari rumor belaka. Untuk berjaga-jaga, aku memutuskan untuk mendengar lebih lanjut dan memastikan pendapatnya.

Aku menunggu Yagami melanjutkan perkataannya, tanpa penegasan ataupun penyangkalan. Yagami menganggukkan kepalanya, dia sepertinya memahami maksudku.

"Aku menerima ujian ini pada bulan April lalu. Tapi aku memutuskan untuk tidak berpartisipasi, karena aku tidak tertarik menerima bayaran dari mengeluarkan seseorang."

Memang benar, Yagami tidak melakukan apapun terhadapku. Jika dia tertarik dengan hadiah itu, dia akan memperhatikanku. Tapi sampai sekarang, dia tidak mengusikku sama sekali.

"Kenapa kau memberitahuku sekarang?"

"Aku dengar Housen-kun telah gagal dalam percobaan pertamanya. Karena itu juga, tangan kiri Ayanokouji-senpai sampai terluka. Aku tidak akan terkejut jika dia melakukan sesuatu yang tidak manusiawi, tapi ini jauh melebihi perkiraanku."

"Yah, aku tidak akan menyangkalnya."

Kushida bergantian melihatku dan Yagami, dia mencoba untuk memahami pembicaraan kami. Kalau ini terus berlanjut, kemungkinan besar Yagami akan mengungkapkan kebenarannya.

"Dan ada satu lagi... alasanku memberitahu hal ini padamu."

Tapi Yagami tidak segera mengungkapkannya, nampaknya dia memiliki alasan lain.

"Demi melindungi siswa kelas satu, aku bersedia menjadi pengamat. Namun, jika Ayanokouji-senpai tidak melakukan apa-apa... situasi terburuknya, kemungkinan besar teman sekelasmu juga akan terlibat, seperti Kushida-senpai. Karena itulah aku memintanya untuk mengatur pertemuan ini, agar aku dapat memberitahumu semua yang aku ketahui."

Kushida yang telah mendengarkan sejauh ini, mengangkat tangan kirinya dengan wajah kebingungan.

"Umm, aku tidak tahu apa yang kalian bicarakan..."

"Apa aku boleh melanjutkannya?"

"Aku tidak punya hak untuk menghentikanmu."

Yagami meminta izin dariku, karena Kushida terlihat sangat khawatir.

Bahkan jika aku menghentikannya sekarang, Yagami akan memberitahu Kushida di saat aku tidak ada.

"Kalau begitu, aku akan memulainya dari awal agar Ayanokouji-senpai juga memahami situasinya secara menyeluruh. Semuanya berawal dari saat Ketua OSIS Nagumo memanggilku. Dia memberi instruksi kepada perwakilan setiap kelas satu untuk berkumpul di ruang OSIS secara diam-diam. Sebenarnya, kami dipanggil ke sana ketika baru masuk sekolah ini."

Aku mendapat kata kunci [OSIS] dari Yagami.

"Siswa yang berkumpul di tempat itu totalnya 6 orang. Perwakilan dari Kelas A adalah Takahashi Osamu-kun dan Ishigami Kyou-kun, Kelas B aku, Kelas C Utomiya Riku-kun, lalu dari Kelas D adalah Housen Kazuomi-kun dan Nanase Tsubasa-san."

Jika apa yang dikatakan Yagami benar, ini adalah informasi yang sangat berharga. Itu berarti dua siswa Kelas 1-C yang melakukan percakapan denganku bukanlah sebuah kebetulan. Tapi yang membuatku kepikiran adalah.. nama Amasawa tidak disebutkan.

"Isi ujian khususnya adalah mengeluarkan seorang siswa kelas dua, yaitu Ayanokouji-senpai."

"Eh!? Mengeluarkan.. Ayanokouji-kun...?"

Dilihat dari ekspresi Kushida, sepertinya dia benar-benar tidak mengetahui hal ini sebelumnya.

Yagami menanggapi Kushida yang terkejut dengan anggukan ringan, lalu dia melanjutkan perkataannya.

"Batas waktunya sampai awal semester dua, kami diperbolehkan menggunakan cara apapun. Selain itu, kami dilarang memberitahu ujian khusus ini kepada siapapun. Namun supaya adil, aku dan Utomiya-kun diizinkan untuk memberitahukannya pada satu orang siswa dari kelas kami masing-masing, karena perwakilan dari kelasku dan kelas Utomiya-kun hanya kami satu orang, tapi aku tidak memberitahukan hal ini pada siapapun. Kalau Utomiya-kun mungkin sudah memberitahu satu orang teman sekelasnya."

Itu berarti, 6 atau 7 siswa kelas satu tahu tentang ujian khusus ini.

"Ketua OSIS Nagumo bilang pada kami bahwa dia akan memberikan 20 juta poin kepada siswa yang berhasil mengeluarkan Ayanokouji-senpai."

"I-Itu poin yang sangat banyak... Apa hal semacam itu diperbolehkan?"

Siapapun itu, mereka akan terkejut mendengar isi ujian itu. Yang membuatku bertanya-tanya adalah, seberapa jauh aku bisa mempercayai Yagami? Tapi dia sepertinya tidak berbohong. Namun, jika dia terbukti berbohong, hubungan kami kedepannya akan berakhir. Jika Kelas 2-D menderita kerugian yang besar, itu juga akan berpengaruh pada Kushida.

"Tak heran jika Kushida-senpai terkejut. Pada bulan April lalu, kami tidak tahu apapun tentang sekolah ini, tapi sekarang kami sudah mulai memahaminya sedikit-sedikit. Ujian khusus itu tidak biasa. Itu sebabnya aku ingin bertemu dengan Ayanokouji-senpai untuk memberitahukannya."

Yagami mendekatkan cangkir ke mulutnya, seolah penjelasannya telah selesai.

Mengetahui 20 juta poin berkaitan dengan pengusiranku, Kushida mengajukan pertanyaan pada Yagami.

"Bukankah agak aneh kalau Ketua OSIS sendiri yang mengadakan ujian khusus...?"

"Ya, aku setuju denganmu. Saat itu aku juga merasa ada yang janggal. Dia memang menyebutnya ujian khusus, tapi akan lebih mudah dipahami jika menganggap itu sebagai tantangan yang dibuat sendiri oleh Ketua OSIS Nagumo untuk siswa kelas satu."

Kemungkinan Nagumo terlibat dalam hal ini cukup besar. Horikita juga berniat untuk menyelidikinya. Namun, ketika aku berpikir keterlibatannya tidak akan terungkap dengan mudah, seseorang membocorkannya secara tak terduga.

"Ke-Kenapa Ayanokouji-kun ditargetkan? Apa ada lagi selain dia?"

"Setahuku, hanya Ayanokouji-senpai saja. Menurutku tidak ada alasan khusus Ayanokouji-senpai terpilih. Ketua OSIS Nagumo mengatakan bahwa siswa tersebut dipilih secara acak dari kelas dua. Dengan kata lain, 1/157."

Bagi Yagami yang tidak mengetahui hubunganku dengan Nagumo, ini bukanlah sesuatu yang bisa dia pahami.

Dia bahkan tidak meragukan pemilihan acak tersebut. Memang benar, peluangku untuk dipilih secara acak bukanlah nol, tapi jika menilai situasinya, kemungkinanku untuk terpilih sangatlah kecil.

Selain itu, apakah Nagumo rela menghabiskan 20 juta poin hanya untuk mengeluarkanku? Sejak aku bertemu dengannya sampai sekarang, aku tidak pernah berpikir dia akan bertindak sejauh ini. Tidak, dia akan bertindak begitu selesai membuat keputusan, tapi penilaiannya terhadapku seharusnya tidak setinggi itu.

"Bahkan jika Ketua OSIS sendiri yang mengadakan ujian itu, bagaimana mungkin dia menyiapkan 20 juta poin?"

Aku sengaja mengatakan itu agar Yagami memikirkan kemungkinan lain yang tersembunyi.

"Ya, benar. Mungkin kata-kataku ini kedengarannya agak kurang sopan... Tapi, bisa jadi itu hanyalah kebohongan atau lelucon saja, bukan? Aku tidak percaya dia mau menyiapkan 20 juta poin untuk ujian seperti itu."

Bahkan Kushida juga berpikir bahwa 20 juta poin itu adalah jumlah yang sangat banyak.

Meskipun Ketua OSIS yang menyiapkannya, aku masih akan meragukannya.

"Memang benar itu poin yang sangat banyak. Sekarang aku sudah tahu betapa sulitnya untuk mendapatkan poin pribadi sebanyak itu. Namun, saat itu kami baru masuk sekolah, jadi kami lebih mempercayainya daripada siswa lain, karena dia adalah siswa kelas tiga sekaligus Ketua OSIS, dan dia juga siswa Kelas A. Di atas segalanya, aku berpikir naif bahwa dia bisa mengumpulkan poin sebanyak itu dengan mudah."

Meskipun poin yang diterima siswa baru tahun ini menurun, poin yang mereka terima masih terbilang cukup banyak, yaitu 80.000 poin pribadi. Setiap bulannya mereka akan menerima poin itu. Menempati asrama yang bagus dan bersih, tersedia berbagai fasilitas seperti Keyaki Mall untuk kebutuhan sehari-hari. Bagaikan surga yang terpencil. Tahun lalu, kami juga merasakannya untuk waktu yang singkat.

"Tapi faktanya dia memang memiliki 20 juta poin, aku sudah memastikannya sendiri."

Tidak mengherankan jika Nagumo memiliki poin sebanyak itu.

"Tapi, bukankah kita biasanya akan merasa enggan berpartisipasi dalam ujian khusus yang tidak diakui dari sekolah secara resmi?"

"Selain konten ujian yang tidak menyenangkan itu, yang lainnya tidak ada masalah. Kurasa semua siswa selain aku menyambut ujian tersebut. Mereka menganggapnya sebagai ujian resmi."

"Aku belum pernah dengar sebelumnya, Ketua OSIS mengadakan ujian khusus."

"Tidak. Kami berpartisipasi bukan karena mempercayai Ketua OSIS."

"Eh...?"

"Ketika Ketua OSIS mengumumkan ujian itu, Direktur Sekolah juga ada di sana."

Keberadaan Tsukishiro, yang berkaitan erat dengan hal itu, merupakan sumber masalahnya.

Dengan ini bisa dipastikan bahwa Tsukishiro dan Nagumo adalah orang yang berada di balik hadiah 20 juta poin.

"Dalam situasi itu, wajar jika kami menerimanya sebagai ujian khusus, bukan?"

"Jika Direktur sendiri yang hadir... Yah, itu benar."

Ujian khusus untuk mengeluarkan seorang siswa. Mendengarnya saja akan membuat siswa curiga. Tapi, kehadiran Direktur melenyapkan semua kecurigaan.

"Hanya itu informasi yang kumiliki tentang masalah ini."

"Aku berterima kasih kau mau memberitahukannya padaku, tapi kau mungkin akan berada dalam bahaya."

Apa yang disampaikan Yagami ini tidak akan ada manfaatnya untuknya.

"Yagami-kun. Apa kamu akan baik-baik saja? Jika pembicaraan kita ini terbongkar..."

"Tidak apa-apa, Kushida-senpai. Aku tidak dengar ada hukuman untuk siswa yang membicarakan hal ini pada orang lain."

Yagami tersenyum tanpa merasa khawatir.

"Aku juga sudah siap dibenci oleh siswa kelas satu lainnya. Cepat atau lambat kami akan saling berkompetisi."

Kelihatannya dia sudah membulatkan tekad. Yagami Takuya dari Kelas 1-B, tampaknya dia adalah orang yang bertempur dengan menggunakan taktik bertahan, tapi tergantung situasinya, dia akan menyerang lebih dulu sebagai bentuk dari pertahanan diri.

Namun, saat ini masih belum diketahui seberapa jauh Yagami memahami situasi.

Di sudut kafe, ada seorang siswa perempuan yang telah melihat kami sepanjang waktu. Yagami mungkin tidak menyadarinya, karena siswa itu berada tepat di belakangnya.

Siswa itu adalah Tsubaki Sakurako dari Kelas 1-C.

Tak lama setelah kami memulai pembicaraan, dia muncul di kafe dan berhasil mengamankan tempat terbaik untuk mengawasi kami.

Kemudian, dia mengeluarkan ponselnya dan terlihat sedang berbicara dengan seseorang melalui ponsel.

Apa tujuannya aku ...? Atau Yagami? Apapun itu, sekarang Tsubaki tahu kalau aku telah melakukan kontak dengan Yagami. Entah kebetulan ataupun disengaja, ini bukan situasi yang menguntungkan bagi Yagami. Apalagi jika ada teman sekelas Tsubaki yang membantu pengawasan. Di pekarangan sekolah yang terbatas ini, sulit untuk lepas dari pengawasan. Tapi ini juga merupakan bukti bahwa pertempuran antara siswa kelas satu sedang berlangsung.

"Berhati-hatilah, Ayanokouji-senpai. Ada kemungkinan siswa lain juga membocorkan ujian ini, sama seperti aku sekarang."

"Kalau begitu, menurutmu siapa yang harus aku waspadai?"

"Benar juga. Menurutku, orang yang harus senpai waspadai adalah Housen-kun dari Kelas 1-D. Dia adalah lawan merepotkan yang tidak peduli dengan peraturan, dia akan menggunakan berbagai cara untuk mencapai tujuannya."

Bahkan siswa kelas satu pun, juga mengakui bahwa Housen adalah keberadaan yang sangat berbahaya.

"Tapi jika aku harus memilih satu orang, itu adalah―"

Yagami agak ragu meneruskan perkataannya.

"Lupakan saja. Lebih baik kita berhenti sampai di sini."

"Kenapa? Apa kamu tidak ingin mengatakannya karena ada aku di sini?."

Yagami tersenyum pahit dan berkata..

"Aku rasa ini bukan sesuatu yang bisa aku katakan padamu, senpai. Jika aku menyebutkan nama-nama yang harus diwaspadai, senpai pasti akan menandai mereka. Kupikir penting bagi senpai untuk mengetahuinya, tapi di sisi lain aku merasa itu tidak adil bagi mereka, meski aku sudah menyebut nama Housen-kun."

Memang benar, jika dia menyebutkan nama-nama siswa yang harus diwaspadai, aku dan Kushida akan mengambil tindakan pencegahan.

Kami juga akan memperingatkan teman sekelas kami untuk bersiap akan hal itu.

"Selain itu, aku masih belum yakin sepenuhnya. Aku hanya memperkirakannya saja."

Bahkan untuk para saingannya, Yagami tetap bersikap adil.

"Aku akan menyelidikinya di ujian khusus yang akan datang. Begitu aku yakin dia adalah ancaman, aku akan memberitahumu saat itu juga, Ayanokouji-senpai."

Yagami ingin memastikannya lebih dulu sebelum memberitahukannya padaku.

"Hati-hati, Yagami-kun."

"Baik. Dan... setelah ujian di pulau tak berpenghuni selesai, bisakah kita bertemu, Kushida-senpai? Ada yang ingin kubicarakan denganmu."

"Y-Ya... Baiklah, kira-kira apa yang ingin kamu bicarakan ya...?"

Kushida setuju meskipun merasa keberatan, entah kenapa, aku bisa menebak pemikirannya itu.

Cara Yagami memandang Kushida berbeda dari orang biasa yang memandang senior mereka.

"Bagaimanapun, informasimu sangat membantu Yagami. Terima kasih."

"Tidak, tidak. Malahan aku merasa bersalah kalau Ayanokouji-senpai sendiri yang harus menanggung beban ini."

"Izinkan juga aku berterima kasih padamu, Yagami-kun. Terima kasih banyak."

"Senpai mengatakan itu saja sudah membuatku senang. Jika Ayanokouji-senpai dikeluarkan dari sekolah, itu akan berdampak buruk pada kelasmu. Aku benar-benar ingin Kushida-senpai lulus dari Kelas A."

Tidak banyak siswa kelas satu yang melakukan percakapan selama ini denganku.

Dilihat dari perilakunya, Yagami terlihat seperti kebanyakan siswa berprestasi.

Aku sering memikirkan tentang siswa dari White Room, dan setelah bertemu dengan beberapa siswa, dia adalah siswa yang bersikap paling biasa dari siswa kelas satu lainnya. Dia tidak pernah meminta sesuatu yang khusus padaku.

Sebaliknya, dia dengan senang hati memberiku informasi yang berharga.

Tentu saja, itu tidak menutup kemungkinan dia berasal dari White Room. Aku tidak berpikir dia adalah siswa White Room, tapi kalau dia memang berasal dari situ, dia adalah lawan yang tidak ingin kuhadapi.

Aku ragu orang yang dibesarkan di fasilitas itu bisa bersikap seperti ini dalam waktu singkat.

Bagaimanapun, untuk saat ini aku akan memanfaatkan informasi yang kuterima dari Yagami.

"Pengunjungnya semakin ramai. Aku duluan senpai."

"Apa kau ada keperluan?"

"Tidak ada. Hanya saja, aku tidak ingin dilihat oleh siswa kelas satu lainnya."

Itu benar, tapi sayangnya sudah terlambat.

Di saat Yagami akan pergi, sekali lagi aku berterima kasih padanya."

Setelah itu, aku tinggal berdua dengan Kushida di tempat ini.

"Kau memiliki junior yang baik, Kushida."

"Ya. Tapi... Itu tidak ada gunanya bagiku. Aku tidak berharap situasinya akan jadi seperti ini."

Setelah mengatakan itu, Kushida menyeka bagian tepi cangkirnya dengan jari telunjuknya.

Meski tidak berkata apapun, aku tahu apa yang Kushida pikirkan.

Jika mereka berasal dari SMP yang sama, Yagami pasti mengetahui masa lalu Kushida.

"Yagami-kun, juga tahu tentang hal itu."

Kushida memberitahuku sesuatu yang sedang kupikirkan.

"Apa tidak masalah memberitahuku?"

"Mau kamu tahu atau tidak, itu tidak ada bedanya."

"Itu berarti―"

"Aku akan menyingkirkan Yagami-kun secepat mungkin."

Kushida memancarkan tekad yang kuat dari matanya.

Dia terlihat bersikap ramah pada Yagami, tapi faktanya, dia masih menganggap Yagami sebagai musuh.

Sepertinya dia tidak akan pernah berpikir positif pada orang yang mengetahui masa lalunya.

"Mengeluarkan junior jauh lebih sulit daripada mengeluarkan aku dan Horikita loh."

"Itu tergantung metodenya."

Dia seolah-olah sudah menyusun rencana.

"Semakin kamu menunjukkan keunggulanmu, semakin membosankannya dirimu. Ayanokouji-kun dan Horikita-san bukanlah pengecualian."

"Bukankah kita sudah setuju untuk melakukan gencatan senjata?"

"Aku setuju hanya untuk sekarang saja."

Dari awal aku tidak pernah lengah sekalipun saat berhadapan dengannya, tapi Kushida tampaknya akan melawanku dengan segala cara.

"Tapi karena aku selalu kalah darimu, [untuk sekarang] aku akan diam."

Setelah itu, dia mendorong kursinya ke belakang, dan bersiap-siap untuk pergi.

"Sampai jumpa, Ayanokouji-kun."

"Ya."

Tidak ada alasan bagiku untuk memintanya tinggal di sini, jadi aku hanya melihatnya pergi meninggalkanku.

Di pertemuan ini aku jadi tersadar kembali bahwa Kushida merencanakan sesuatu yang buruk di balik sikapnya yang ramah itu.

***

Komentar

Adrean mengatakan…
Makasih banyak buat tl nya

Semoga dilancarkan terus 👌
Fort mengatakan…
Kalau saja tidak dihentikan Horikita udah pulang kampung tuh Kushida dikeluarkan kiyopon
Han mengatakan…
Semoga saja si Yagami bukan dari White room. Siapa tau sifat nya bertolak belakang kayak Ayanokoiji

Btw sehat selalu min 🤧👌

Postingan populer dari blog ini

Classroom of the Elite 2nd Year Volume 2

Volume 2 Ilustrasi Prolog Chapter 1 Part 1 Chapter 1 Part 2 Chapter 1 Part 3 Chapter 1 Part 4 Chapter 1 Part 5 Chapter 2 Part 1 Chapter 2 Part 2 Chapter 2 Part 3 Chapter 3 Part 1 Chapter 3 Part 2 Chapter 3 Part 3 Chapter 3 Part 4 Chapter 3 Part 5 Chapter 3 Part 6 Chapter 3 Part 7 Chapter 3 Part 8 Chapter 3 Part 9 Chapter 3 Part 10 Chapter 3 Part 11 Chapter 4 Part 1 Chapter 4 Part 2 Chapter 4 Part 3 Chapter 4 Part 4 Chapter 4 Part 5 Chapter 4 Part 6 Chapter 4 Part 7 Chapter 5 Part 1 Chapter 5 Part 2 Chapter 5 Part 3 Chapter 5 Part 4 Epilog [PDF] SS Amasawa Ichika SS Horikita Suzune SS Tsubaki Sakurako SS Shiina Hiyori

Classroom of the Elite 2nd Year Volume 1

Volume 1 Prolog Chapter 1 Chapter 2 Chapter 3 Chapter 4 Chapter 5 Part 1 Chapter 5 Part 2 Chapter 5 Part 3 Chapter 5 Part 4 Chapter 6 Part 1 Chapter 6 Part 2 Epilog SS Horikita Suzune SS Nanase Tsubasa I SS Nanase Tsubasa II SS Karuizawa Kei

Classroom of the Elite 2nd Year Volume 2 Chapter 1 Part 1

Chpater 1 : Perubahan dalam Kehidupan Sekolah (Part 1) Pada hari itu, Kelas 2-D menghadapi situasi aneh yang belum pernah terjadi sebelumnya. Teruhiko Yukimura berkali-kali menghentakkan kakinya, sambil melihat ke arah pintu masuk kelas. "Bisakah kamu tenang sedikit? Ini bahkan belum sampai 5 menit sejak Kiyopon pergi. Dia dipanggil oleh sensei, kan? Berarti dia tidak akan kembali dalam waktu dekat." Hasebe Haruka, teman sekelas sekaligus teman terdekat, berkata begitu kepada Yukimura. Sakura Airi dan Miyake Akito duduk di sebelahnya. "Aku sudah tenang... tidak perlu khawatir," jawab Yukimura. Meskipun dia berhenti menghentakkan kaki, tidak lama setelah itu dia kembali tegang. Diam-diam dia mulai menghentakkan kakinya ke atas dan ke bawah, hingga menggesek celananya. Yukimura berencana untuk bicara dengan Ayanokouji sepulang sekolah, tapi dia menundanya karena kehadiran Horikita. Kemudian dia mendengar dari gadis itu bahwa Chabashira memanggilny