Langsung ke konten utama

Classroom of the Elite 2nd Year Volume 2 Chapter 4 Part 2

Chapter 4 : Pertarungan Kelas Satu dan Kelas Tiga (Part 2)




Keesokan harinya, sepulang sekolah, di kafe Keyaki Mall.

"Suara detik jam yang terus berbunyi itu sangat menyebalkan. Aku benci jam tangan seperti itu."

Amasawa mengungkapkan kekesalannya sambil melihat arloji di tangan kiri Housen, yang duduk di depannya.

"Berisik. Apa kau tahu nilai dari jam tangan ini?"

"Nilai? Apakah jam tangan itu berharga? Aku tidak punya waktu untuk mencari tahu sesuatu yang kubenci."

"Hahh.. Inilah kenapa wanita sangat membosankan."

Housen tertawa dan mengelus jam tangannya.

"Kamu ini... Yah, sudahlah. Jadi, apa yang kamu inginkan dariku?"

"Aku memanggilmu untuk ujian khusus di pulau tak berpenghuni yang akan datang. Amasawa, bergabunglah denganku."

"Kamu ingin bekerja sama denganku lagi, ya. Selain itu di pulau tak berpenghuni, apa kamu akan melakukan sesuatu yang cabul padaku?"

"Hah?"

Housen mengerutkan dahinya dan memberikan tatapan yang tajam, namun Amasawa membalasnya tanpa takut dengan senyuman yang terlihat seperti iblis kecil.

Kemudian Amasawa menurunkan kakinya yang sedang bersilang, dan perlahan membuka lebar bagian tengah di antara kedua kakinya.

"Apa kamu ingin melihat celana dalamku? Kamu bisa kok mengintipnya dari bawah meja."

Jika mengambil posisi merangkak, bagian tengah di antara kedua kaki Amasawa akan terlihat.

Menanggapi godaan tersebut, Housen meletakkan siku kanannya di atas meja, dan mencondongkan tubuhnya ke depan.

"Apa kau pikir aku tidak akan menggunakan kekerasan pada wanita?"

"Aku tidak pernah memikirkan hal itu sama sekali. Tapi menurutku, kamu tipe orang yang akan memukul orang lain tanpa pikir panjang."

"Kalau kau sudah tahu, berhentilah mengatakan sesuatu yang konyol. Itu buang-buang waktu."

"Buang-buang waktu ya? Kalau begitu, aku ingin mendengar rencanamu. Mengapa kamu mengundangku?"

"Itu karena kau memiliki keberanian  untuk mengeluarkan Ayanokouji dari sekolah."

"Yah, itu memang benar. Ada beberapa orang yang mengetahui tentang [Hadiah] tersebut, tapi tidak melakukan apa-apa, ada pula yang mengincar hadiah itu tapi hanya bertindak setengah hati. Untuk mendapatkan 20 juta poin pribadi, kurasa wajar jika kita harus mengerahkan semua kemampuan."

Amasawa menjawab seperti itu, tanpa menunjukkan ekspresi yang bermasalah.

"Jadi, apa keuntungan yang kudapat jika bekerja sama denganmu? Begini-begini, aku tidaklah murahan."

Saat Amasawa menanyakan imbalannya, sebuah suara yang tegas terdengar dari arah belakang.

"Kita akan membaginya sama rata. Kamu berkata begitu saat kita bekerja sama sebelumnya, bukan?"

Nanase yang datang agak telat, bergabung dalam percakapan mereka.

"Sama rata? Meskipun memiliki wajah yang cantik, kamu orang yang blak-blakan, Nanase-chan. Housen-kun, apa kamu tidak akan menanggapi pernyataan yang mengejutkan ini?"

Mereka bertiga berkumpul di meja untuk tiga orang.

"Jadi begitu. Kelompok yang Housen-kun katakan adalah kita bertiga, ya. Satu lagi siapa?'

"Kita tidak membutuhkannya. Yang akan memenangkan ujian di pulau tak berpenghuni bukanlah kelas dua ataupun kelas tiga, melainkan kita bertiga."

"Kamu cukup percaya diri. Meskipun banyak siswa yang tangguh di antara para senior, mereka sangat berbeda dari siswa kelas satu loh?"

"Tidak masalah, aku akan menghancurkan mereka semua."

"Yah, bahkan jika kemampuan Housen-kun adalah yang nomor satu... kita kelas satu sudah sepakat untuk bekerja sama menghadapi ujian ini, bukan? Berbicara tentang siswa terbaik dari Kelas D, kurasa itu adalah kalian berdua."

"Yang boleh memberikan penilaian itu terhadap Kelas D adalah aku. Mengerti?"

"Jadi kamu akan mengirim kroco sebagai perwakilan dari kelasmu, ya. Itu berarti kita akan mendapat perlawanan dari segala arah?"

"Itu tergantung pada kekuatan utama mereka. Meskipun kami mengirim siswa berkemampuan akademik atau fisik yang tinggi, itu tidak akan menjadi ancaman. Sebaliknya, kita akan mendapat masalah jika Housen-kun yang bergabung dengan mereka."

"Yah, asalkan tidak menghadapi mereka secara langsung, seharusnya tidak ada masalah. Kita juga belum memulai kerja sama sih. Nah, kembali ke topik utamanya, berapa banyak poin yang akan kudapatkan?"

"Kami tidak akan menentukan jumlah poin untukmu. Seperti yang kukatakan sebelumnya, kita memiliki hubungan yang setara. Tentu saja, semua hadiah poin pribadi yang didapatkan oleh Kelas D akan kami bagi sama rata denganmu."

"Apa kamu puas dengan itu?" Kata Nanase bertanya pada Amasawa.

"Tapi, kontribusi setiap orang berbeda, kan? Baik ujian di pulau tak berpenghuni ataupun ujian khusus lainnya, aku yakin aku bisa berkontribusi lebih banyak dibanding siapapun. Apa kamu bisa mengimbangiku, Nanase-chan?"

"Bagaimana kalau kamu pastikan saja sendiri?"

Nanase menanggapi provokasi itu dengan memprovokasi kembali.

Amasawa mengalihkan pandangannya sejenak ke arah Housen, lalu dia mengarahkan tangannya ke wajah Nanase secara tiba-tiba. Dia berniat menampar Nanase dengan serangan mendadak.

Namun, Nanase meraih tangannya tanpa panik sedikitpun.

"Kamu benar-benar berani, ya? Mengujiku di tempat seperti ini?"

"Waah. Kamu sangat gesit. Aku suka gadis yang kuat."

"Kamu sendiri juga tidak seperti gadis biasa."

"Entahlah. Bagaimana kalau aku coba sekali lagi? Boleh, kan?"

'Di satu sisi menunjukkan senyuman, di sisi lain menunjukkan wajah tanpa ekspresi.'

(Tl note : ' Amasawa tersenyum, Nanase berwajah datar)

Aliran waktu di tempat itu terasa berjalan dengan lambat, seolah mereka sedang menguji kemampuan satu sama lain.

"Aku dan Nanase, lalu kau, kita bertiga akan membentuk kelompok. Kau tidak keberatan, kan?"

"Aku sudah memahami kemampuan Nanase-chan, tapi menurutku hubungan kita masih belum setara."

"Kenapa kamu berpikir begitu? Apa karena kami berdua berasal dari Kelas D?"

"Aku tidak peduli dengan hal itu. Hanya saja, jumlah poin pribadi yang akan kita dapatkan sama banyak... Kalau kalian ingin bekerja sama denganku, kalian harus membayar ekstra."

Setelah mengatakan itu, Amasawa mengepalkan tangan kirinya, lalu dia menggesekkan jari jempol dan jari telunjuknya berulang kali, seperti isyarat meminta suap.

"Wajar kan, jika aku menaikkan imbalan yang akan kuterima? Karena orang yang mengajak untuk bekerja sama adalah kalian."

"Sikap yang sangat arogan. Baik kau maupun Nanase, kalian lebih menakutkan daripada gabungan Yagami dan Takahashi."

"Apa kamu tidak tahu? Saat ini, wanita lebih kuat."

"Kalau begitu, aku akan bertanya. Apa lagi yang kau inginkan selain hadiah kelompok?"

"Sudah jelas bukan, menempati peringkat pertama, tapi tidak hanya itu saja."

Amasawa mengubah posisi tangan kirinya, dia mengangkat jari jempolnya hingga ke lehernya.

Kemudian dia menggesernya dari kiri ke kanan secara perlahan.

"Poin yang didapatkan dari pengusiran Ayanokouji-senpai, semuanya harus menjadi milikku. Itulah syaratku."

"Hah? Bukankah itu terlalu berlebihan? Aku tidak bisa menyerahkannya begitu saja."

"Kalau begitu, aku akan menolak tawaranmu. Tapi, apa yang akan kamu lakukan tanpaku? Jika kamu tidak memiliki rekan yang dapat dapat dipercaya selain Nanase-chan, kamu akan mengalami kesulitan dalam ujian khusus ini, kan?"

Seperti yang dikatakan Amasawa sebelumnya, Housen akan mendapat permusuhan dari segala arah.

Selain itu, meski mereka berdua bekerja sama dengan keempat kelas, tidak akan ada siswa lain yang mau membantu kelompok yang egois seperti mereka. Tidak seperti Amasawa.

"Begitu aku bekerja sama dengan Housen-kun, aku akan semakin terisolasi di Kelas A. Bukankah wajar bagiku meminta imbalan yang sesuai atas hal itu?"

Housen dan Amasawa saling memandang.

"Tentu saja aku tidak akan meminta yang lain, asalkkan kamu memberiku hadiah dari pengusirannya. Namun, kehormatan mengeluarkan Ayanokouji-senpai akan tetap jadi milikmu, Housen-kun. Bukankah itu sudah cukup?"

"Kita tidak perlu mendengarkannya. Jika Kelas 1-A mendapat tambahan 20 juta poin pribadi, kita tidak tahu apa yang akan mereka lakukan nantinya..."

"Diamlah, Nanase."

Housen menolak saran Nanase, dan terus menatap Amasawa.

"Aku akan menyerahkan hadiah itu padamu."

"Terima kasih. Fakta bahwa kamu bukan pria yang pelit benar-benar membuatku senang."

Setelah mengatakan itu, Amasawa perlahan berdiri dari kursinya."

"Mohon kerja samanya."

Setelah negosiasi berakhir, merasa tidak ada gunanya berlama-lama di tempat ini, Amasawa pergi meninggalkan mereka berdua.

"Apa kamu yakin dengan ini?"

"Ya."

"Aku mengerti, yang membuat keputusan adalah kamu. Tapi, apa tidak masalah mempercayai Amasawa-san sepenuhnya? Menurutku dia adalah tipe orang yang akan mengkhianati rekannya."

"Percaya? Jangan seenaknya berasumsi kalau aku mempercayainya. Baik itu kau maupun Amasawa, aku tidak mempercayai kalian berdua."

"Lalu, kenapa kamu ingin bekerja sama dengannya?"

"Karena dia berbeda dari sampah lainnya. Dia memiliki sisi yang tersembunyi, sama sepertimu."

"Aku mengerti, mungkin itu benar. Tapi, 20 juta poin sangatlah banyak."

"Perjanjian lisan tidak ada artinya. Selama aku menjelaskan fakta bahwa aku yang mengeluarkan Ayanokouji, tentu saja aku lah yang akan menerima hadiah itu. Aku tidak peduli meskipun dia menangis padaku tentang kesepakatan lisan ini."

Housen mengatakan bahwa dia tidak berniat menepati janjinya dari awal.

"Kamu benar-benar orang yang kejam."

"Ayanokouji, Ryuuen, ataupun yang lain, bajingan-bajingan itu membuatku muak, aku akan menghancurkan mereka semua. Aku tidak tahan terkekang oleh aturan sekolah ini."

Housen tidak bisa menahan tawanya, dia terlihat sangat senang.

***

Komentar

Richo Sembiring mengatakan…
Mantab min, lanjut dong

Postingan populer dari blog ini

Classroom of the Elite 2nd Year Volume 2

Volume 2 Ilustrasi Prolog Chapter 1 Part 1 Chapter 1 Part 2 Chapter 1 Part 3 Chapter 1 Part 4 Chapter 1 Part 5 Chapter 2 Part 1 Chapter 2 Part 2 Chapter 2 Part 3 Chapter 3 Part 1 Chapter 3 Part 2 Chapter 3 Part 3 Chapter 3 Part 4 Chapter 3 Part 5 Chapter 3 Part 6 Chapter 3 Part 7 Chapter 3 Part 8 Chapter 3 Part 9 Chapter 3 Part 10 Chapter 3 Part 11 Chapter 4 Part 1 Chapter 4 Part 2 Chapter 4 Part 3 Chapter 4 Part 4 Chapter 4 Part 5 Chapter 4 Part 6 Chapter 4 Part 7 Chapter 5 Part 1 Chapter 5 Part 2 Chapter 5 Part 3 Chapter 5 Part 4 Epilog [PDF] SS Amasawa Ichika SS Horikita Suzune SS Tsubaki Sakurako SS Shiina Hiyori

Classroom of the Elite 2nd Year Volume 1

Volume 1 Prolog Chapter 1 Chapter 2 Chapter 3 Chapter 4 Chapter 5 Part 1 Chapter 5 Part 2 Chapter 5 Part 3 Chapter 5 Part 4 Chapter 6 Part 1 Chapter 6 Part 2 Epilog SS Horikita Suzune SS Nanase Tsubasa I SS Nanase Tsubasa II SS Karuizawa Kei

Classroom of the Elite 2nd Year Volume 2 Chapter 1 Part 1

Chpater 1 : Perubahan dalam Kehidupan Sekolah (Part 1) Pada hari itu, Kelas 2-D menghadapi situasi aneh yang belum pernah terjadi sebelumnya. Teruhiko Yukimura berkali-kali menghentakkan kakinya, sambil melihat ke arah pintu masuk kelas. "Bisakah kamu tenang sedikit? Ini bahkan belum sampai 5 menit sejak Kiyopon pergi. Dia dipanggil oleh sensei, kan? Berarti dia tidak akan kembali dalam waktu dekat." Hasebe Haruka, teman sekelas sekaligus teman terdekat, berkata begitu kepada Yukimura. Sakura Airi dan Miyake Akito duduk di sebelahnya. "Aku sudah tenang... tidak perlu khawatir," jawab Yukimura. Meskipun dia berhenti menghentakkan kaki, tidak lama setelah itu dia kembali tegang. Diam-diam dia mulai menghentakkan kakinya ke atas dan ke bawah, hingga menggesek celananya. Yukimura berencana untuk bicara dengan Ayanokouji sepulang sekolah, tapi dia menundanya karena kehadiran Horikita. Kemudian dia mendengar dari gadis itu bahwa Chabashira memanggilny