Langsung ke konten utama

Classroom of the Elite 2nd Year Volume 3 Chapter 1 Part 2

 Chapter 1 : Berbagai strategi yang berbeda-beda (Part 2)



19 Juli, sehari sebelum kami tiba di pulau tak berpenghuni.

12.36 siang.

Sebuah kapal pesiar mewah dengan 12 lantai, San Venus, melaju di atas permukaan air laut menuju arah selatan-barat daya.

Di bagian dek belakang yang jarang di kunjungi orang-orang, pacar ku Karuizawa Kei melambaikan tangannya menyambut kedatangan ku.

Setelah memastikan tidak ada orang lain di sekitar, kami pun saling mendekati satu sama lain dan memandangi lautan.

"Pemandangannya indah sekali, ya..."

Pantulan sinar matahari pada permukaan air laut, tampak berkilau seperti permata yang bertaburan.

Kei melihat pemandangan itu sambil menyipitkan mata nya, kesan romantis seolah-olah terpancar dari tatapan itu.

"Apa kau tidak melihatnya tahun lalu?"

"Aku lihat kok, tapi karena pemandangan nya biasa saja, aku memutuskan bermain di atas kapal bersama teman-teman ku."

Kata Kei, mengakui semua itu dengan sedikit malu-malu. 

Yah, bisa di maklumi. Bagi kebanyakan siswa, itu pengalaman pertama mereka menaiki kapal pesiar mewah.

Daripada melihat pemandangan, mereka pasti lebih ingin bermain di atas kapal.

San Venus, kapal yang sedang kami tumpangi saat ini, terdaftar sebagai kapal terbesar ketiga di laut Jepang. Di katakan bahwa kapal ini bisa mengangkut lebih dari 700 penumpang.

Mulai dari pintu masuk di lantai 5, lalu ada bioskop, gym, kolam renang, kafe, restoran, pemandian umum, bahkan permainan analog di lantai atasnya.

Semua fasilitas itu rata-rata hampir sama dengan kapal pesiar yang kami naiki tahun lalu, tapi beberapa di antara nya ada yang lebih baik.

Satu atau dua hari saja mungkin tidak akan cukup untuk menikmati semua itu. 

Tak perlu di tanyakan lagi, ruang perawatan tentu nya juga telah di sediakan, begitu pula dengan sistem untuk menangani keadaan darurat.

"Ngomong-ngomong, apa tidak masalah kita berkencan di tempat terbuka begini…?"

Kei melihat ke sekitar nya dengan wajah gelisah.

"Aku tidak dapat memastikan bahwa tidak akan ada orang yang datang ke sini, tapi aku rasa kita akan baik-baik saja."

Aula makan siang di buka pada jam 11 tadi, dan siswa kelas satu mendapat giliran pertama. Mereka mulai makan siang lebih awal karena sesi pengarahan mereka akan diadakan pada tengah hari (jam 12 siang). Di sisi lain, siswa kelas dua dan kelas tiga akan mulai makan satu jam setelah mereka. Karena itu lah, saat ini para siswa seharusnya masih menikmati makan siang mereka.

Jangka waktu sebelum sesi pengarahan pada jam 1 siang ini, bisa di bilang salah satu momen yang langka bagi kami untuk menghabiskan waktu berduaan.

"Tahun ini ada banyak siswa yang berpartisipasi… apa karena itu pihak sekolah ingin memberi penjelasan pada kita sebelum tiba di pulau?"

Mungkin begitu, tapi kurasa bukan hanya itu saja alasan nya.

Waktu yang di perkirakan untuk sesi pengarahan ini berlangsung sekitar satu jam, jauh lebih lama dari pada tahun lalu. Mungkin pihak sekolah tidak ingin memberi penjelasan di pantai karena mengingat akan panas nya terik matahari. Jika kami diminta untuk mendengarkan penjelasan sambil berdiri di bawah sinar matahari langsung untuk waktu yang lama, sejumlah siswa pasti akan pingsan karena sengatan panas. Mungkin alasan yang sebenarnya bukan karena lebih efisien, melainkan demi keamanan.

"Entah kenapa, aku masih merasa ini tidak lah nyata…"

"Tidak setiap hari kita bisa naik kapal pesiar yang mewah seperti ini. Jadi wajar jika kau berpikiran begitu."

Aku menjawab dengan tenang dan juga secara objektif, tapi Kei menunjukkan ekspresi kekecewaan terhadap ku, lalu dia menghela nafas.

"Bukan itu yang ingin aku bicarakan ... Maksud ku tentang hubungan kita. Memang benar kalau kamu itu pintar, tapi kamu tidak terlalu peka dengan hal semacam ini, ya?"

Aku dan Kei mulai berpacaran sejak liburan musim semi tahun ini.

Meskipun telah berlangsung selama beberapa bulan, kami belum pernah pergi berkencan. Sepasang kekasih yang normal biasanya akan berangkat ke sekolah bersama atau pergi bermain sepulang sekolah, tapi karena kami merahasiakan hubungan ini, hal itu membuat kami jarang berkencan di banding pasangan lain.

Sekali pun kami mendapatkan waktu untuk bersama, kami tidak punya pilihan selain bertemu diam-diam, seperti sekarang ini.

Wajar jika mengatakan peluang kami untuk mengembangkan hubungan sangat lah kecil.

"Ngomong-ngomong, bagaimana dengan mu, Kiyotaka? Apakah ini terasa nyata bagi mu?"

"Yah, aku tidak tau. Setidaknya aku akan menjawab iya dan juga tidak."

"Haah?"

Aku berpacaran dengan Kei saat ini merupakan fakta yang tak terbantahkan.

Namun, aku belum melihat perkembangan dalam hubungan kami.

"Aku tidak menyangka kita akan bertemu diam-diam seperti ini di luar sekolah."

"Ya, aku juga berpikiran begitu."

Kei menghela nafas sambil menatap langit.

"Mungkin nanti ada beberapa hal yang perlu kau lakukan, tergantung pada apa yang di sampaikan pihak sekolah dalam sesi pengarahan nanti."

"Baiklah, aku mengerti. Hanya saja, jika itu sesuatu yang bisa aku lakukan. "

Dari awal aku sudah memberitahunya alasan ku memanggilnya kemari. Meski sebenarnya akan lebih mudah menyampaikan hal ini lewat pesan, karena kami bebas menggunakan ponsel sampai penghujung hari ini. Inti nya, kami tidak perlu mengambil risiko seperti sekarang ini. Hanya saja, keinginan untuk bertatap muka langsung karena kami berpacaran merupakan sebuah pengalaman yang baru bagi ku, menurut ku ini cukup menarik.

Beberapa saat kemudian, sebuah pengumuman di siarkan di atas kapal, yang mengatakan bahwa sesi pengarahan untuk kelas satu telah berakhir.

"Sepertinya siswa kelas satu sudah selesai. Kita tidak bisa pergi ke sana bersama-sama, jadi aku duluan ya."

Kei yang menyadari bahwa akan timbul kecurigaan nanti nya jika kami berdua terlihat bersama, segera pergi meninggalkan tempat ini lebih dulu. 

Tak lama kemudian, tiba waktu nya bagi siswa kelas dua untuk berkumpul di bioskop.

Sebelum masuk ke dalam, aku di beri tahu bahwa tempat duduk siswa tidak di tentukan oleh sekolah, dengan kata lain, kami bebas memilih tempat duduk.

Ada yang mengambil kursi secara acak, dan ada pula yang duduk bersebelahan dengan teman nya, tapi yang paling menarik perhatian adalah orang-orang yang duduk dengan teman sekelompok mereka. Tapi menurut ku itu hal yang wajar. Bagaimanapun, mereka adalah teman seperjuangan yang akan bertarung bersama selama dua minggu ke depan. Dengan pemikiran itu, akan lebih efektif untuk mendengarkan pengarahan ini bersama teman sekelompok, agar nanti mereka dapat bertukar pikiran ketika acara (sesi pengarahan) sedang berlangsung.

Karena aku peserta solo, aku berjalan melewati berbagai kelompok dan menuju kursi kosong setelah mereka.

Tentu saja kursi yang aku pilih bukan lah kursi di depan, melainkan kursi paling belakang yang tidak terlalu mencolok.

"… Ugh. Kenapa kamu duduk di sini?"

Seperti yang aku perkirakan, kursi ini sangat di cari-cari oleh peserta solo mana pun yang sepemikiran dengan ku.

Dan pada akhir nya, orang yang duduk di kursi sebelah ku tidak lain dan tidak bukan adalah Ibuki Mio, siswa Kelas 2-B.

"Kamu.. cuma kebetulan kan.. duduk di situ..?"

"Tentu saja."

Aku dan Ibuki berakhir duduk bersebelahan karena kami berdua mengikuti alur pemikiran yang sama.

"Aku akan pergi ke tempat lain, jadi jangan mengikuti ku, mengerti?"

Dia berdiri dan mulai menjauh, sepertinya dia merasa tidak nyaman duduk di sebelah ku.

Aku tidak berniat menghentikan nya, tapi sebagian besar kursi sudah mulai di tempati oleh para siswa.

Baik itu di sebelah kiri maupun di sebelah kanan, tempat duduk di seluruh teater sudah dipenuhi oleh sekelompok siswa yang asyik mengobrol dengan teman-teman mereka.

Begitu menyadari hal itu, Ibuki pun terhenti.

Tak ada lagi tempat untuk melarikan diri bagi peserta solo. Sebagai upaya terakhir, dia pindah ke kursi yang agak jauh dari ku, tapi beberapa saat sebelum itu, Kitou Hayato dari Kelas 2-A lebih dulu duduk di tempat itu dari nya.

Ibuki secara terang-terangan menatap tajam pada Kitou, tapi Kitou tidak mempedulikan nya, malahan Kitou duduk dengan tenang sambil melipat tangan.

Pada titik ini, Ibuki hanya memiliki dua pilihan: kembali ke kursi di sebelah ku atau duduk di antara kerumunan siswa.

Setelah mempertimbangkan hal itu, dengan enggan dia memilih duduk kembali di kursi yang sebelumnya, dengan terpaksa dia duduk mendengarkan pengarahan di tengah-tengah antara aku dan Kitou.

Meskipun dia kelihatan tidak suka duduk di dekat ku, tapi sepertinya dia lebih tidak suka duduk di antara kerumunan.

Jika tidak begitu, dia tidak akan merasa kesulitan seperti sekarang untuk mengikuti ujian khusus ini sendirian.

Bagaimanapun, aku memutuskan untuk mengalihkan perhatian ku ke depan teater dan mengesampingkan masalah Ibuki. Aku akan fokus pada pengarahan yang akan di sampaikan oleh pihak sekolah.


***

Selanjutnya Chapter 1 Part 3

Komentar

TORNEY mengatakan…
Walaupun Lama Update, Baca YouZitsu ya.. Paling enak Disini.Semangat!
Ilham Prabu Zaky S mengatakan…
Bakadame, YouZitsu kalah, memang the best TL milik ichikanovel dah terpincut aku

Postingan populer dari blog ini

Classroom of the Elite 2nd Year Volume 2

Volume 2 Ilustrasi Prolog Chapter 1 Part 1 Chapter 1 Part 2 Chapter 1 Part 3 Chapter 1 Part 4 Chapter 1 Part 5 Chapter 2 Part 1 Chapter 2 Part 2 Chapter 2 Part 3 Chapter 3 Part 1 Chapter 3 Part 2 Chapter 3 Part 3 Chapter 3 Part 4 Chapter 3 Part 5 Chapter 3 Part 6 Chapter 3 Part 7 Chapter 3 Part 8 Chapter 3 Part 9 Chapter 3 Part 10 Chapter 3 Part 11 Chapter 4 Part 1 Chapter 4 Part 2 Chapter 4 Part 3 Chapter 4 Part 4 Chapter 4 Part 5 Chapter 4 Part 6 Chapter 4 Part 7 Chapter 5 Part 1 Chapter 5 Part 2 Chapter 5 Part 3 Chapter 5 Part 4 Epilog [PDF] SS Amasawa Ichika SS Horikita Suzune SS Tsubaki Sakurako SS Shiina Hiyori

Classroom of the Elite 2nd Year Volume 1

Volume 1 Prolog Chapter 1 Chapter 2 Chapter 3 Chapter 4 Chapter 5 Part 1 Chapter 5 Part 2 Chapter 5 Part 3 Chapter 5 Part 4 Chapter 6 Part 1 Chapter 6 Part 2 Epilog SS Horikita Suzune SS Nanase Tsubasa I SS Nanase Tsubasa II SS Karuizawa Kei

Classroom of the Elite 2nd Year Volume 2 Chapter 1 Part 1

Chpater 1 : Perubahan dalam Kehidupan Sekolah (Part 1) Pada hari itu, Kelas 2-D menghadapi situasi aneh yang belum pernah terjadi sebelumnya. Teruhiko Yukimura berkali-kali menghentakkan kakinya, sambil melihat ke arah pintu masuk kelas. "Bisakah kamu tenang sedikit? Ini bahkan belum sampai 5 menit sejak Kiyopon pergi. Dia dipanggil oleh sensei, kan? Berarti dia tidak akan kembali dalam waktu dekat." Hasebe Haruka, teman sekelas sekaligus teman terdekat, berkata begitu kepada Yukimura. Sakura Airi dan Miyake Akito duduk di sebelahnya. "Aku sudah tenang... tidak perlu khawatir," jawab Yukimura. Meskipun dia berhenti menghentakkan kaki, tidak lama setelah itu dia kembali tegang. Diam-diam dia mulai menghentakkan kakinya ke atas dan ke bawah, hingga menggesek celananya. Yukimura berencana untuk bicara dengan Ayanokouji sepulang sekolah, tapi dia menundanya karena kehadiran Horikita. Kemudian dia mendengar dari gadis itu bahwa Chabashira memanggilny...