Chapter 2 : Pembukaan Ujian Khusus Pulau Tak Berpenghuni (Part 4)
Aku pergi tidur lebih awal tetapi aku terbangun di tengah malam nya, lalu aku pun bangun dan terduduk di dalam tenda.
Dari sedikit celah pada tenda ku, terlihat dunia luar yang masih sangat gelap, bahkan aku tidak dapat melihat apa pun yang ada di depan ku.
Satu-satunya yang aku ketahui saat ini adalah bunyi dengungan serangga dan suara binatang yang sesekali berlarian di semak-semak.
Masalah pertama yang akan di hadapi saat berkemah di tengah hutan adalah rasa kesendirian.
Lingkungan seperti ini mungkin cukup keras bagi siswa perempuan yang kelompok solo seperti Horikita dan Ibuki.
Misalnya untuk pergi ke kamar mandi saja, mereka harus menyediakan waktu dan tenaga lebih untuk merakit toilet buatan.
Aku duduk di dalam tenda dan mengambil nafas perlahan.
Yang jadi masalah bagi ku saat ini adalah orang itu ... Direktur pengganti Tsukishiro, dia pasti akan menghalangi ku untuk memperoleh poin agar aku di keluarkan dari sekolah.
Jika dia berniat menyerang secara langsung, dia pasti berniat membuat ku jatuh ke peringkat 5 terbawah dengan menggunakan cara apa pun.
Tapi, itu rasanya tidak lah realistis.
Para siswa hampir sepenuhnya paham bagaimana mereka akan menerima poin atau tidak. Meskipun para siswa lain akan melakukan yang terbaik untuk bertahan, aku mungkin tidak perlu khawatir akan berada di peringkat 5 terbawah selama aku pergi ke Area yang Ditentukan dan mengerjakan Tugas. Oleh karena itu, aku yakin Tsukishiro akan menyerang secara tidak langsung dengan menggunakan strategi yang berbeda.
Ada kemungkinan dia akan mencegah ku memperoleh poin dengan cara seperti membuat jam tangan ku rusak dan tidak berfungsi, tapi strategi itu sepertinya terlalu simpel.
Meski begitu, ada kemungkinan dia sudah memasang semacam perangkap agar aku tidak bisa mencetak poin sama sekali. Jika misalkan saja jam tangan dan tablet ku sudah di rusak oleh nya sebelum ini, maka aku harus mempertimbangkan kemungkinan bahwa titik-titik yang saat ini di tampilkan di tablet sebenarnya tidak lah di sana.
Tentu saja, jika perbedaan antara jam tangan ku dan sekolah cukup besar, aku akan melaporkan masalah ini kepada pihak sekolah, tapi kurasa itu bukan lah sesuatu yang benar-benar di inginkan oleh Tsukishiro. Jika di asumsikan, bahkan jika dia membuat ku kehilangan poin yang nilai nya setara dengan tiga hari, aku masih dapat menutupi kekurangan tersebut. Jika rencana nya terlalu ceroboh, pasti akan menimbulkan kecurigaan Mashima-sensei dan pihak lain. Alih-alih melakukan strategi setengah-setengah seperti itu, lebih masuk akal jika dia mencoba menyerang ku dari sudut lain.
Jadi, jika dari sudut pandang Tsukishiro, bagaimana cara terbaik untuk mengeluarkan ku dari sekolah?
Seandainya itu aku, jika bisa memanfaatkan siswa White Room sepenuhnya, maka mungkin aku akan menggunakan strategi membuat siswa mengundurkan diri dengan alasan sakit atau cedera. Lagi pula, jika terjadi luka serius seperti patah tangan, pihak sekolah akan langsung menganggap siswa tidak layak untuk melanjutkan ujian.
Dengan kata lain, aku akan membuat mereka melancarkan serangan di sini, di hutan yang luas dan tidak terpantau.
Itu akan menjadi cara yang mudah untuk membuat ku di keluarkan dari sekolah dengan persentase keberhasilan yang tinggi.
Akan sulit bagi sekolah untuk mengetahui apakah luka itu di sebabkan oleh orang lain atau tidak.
Sebagai seseorang yang berasal dari White Room itu sendiri, aku tau bahwa penegak hukum sekali pun bisa membuat suatu kasus menjadi sebuah kecelakaan.
Komentar
Posting Komentar
Tulis komentar