Chapter 4 Part IV
Area Tujuan Ketiga kami hari ini adalah H5.
Kami tidak akan bisa mencapainya jika berjalan melewati pantai, tapi lokasinya cukup bagus jika melalui rute lain.
"Jaraknya cukup jauh, tapi kita seharusnya bisa sampai di sana dengan mudah."
"Kita bisa sampai dalam waktu sekitar satu jam."
Jika kami ingin mendapatkan Bonus Early Bird, kami harus bergerak lebih cepat dari yang sebelumnya.
Tapi, meski kami melakukannya, kamu mungkin hanya akan menerima satu poin saja.
Begitulah situasinya saat ini, yang membuat ku ingin mengerjakan Task terdekat, tapi sebagian besar Task saat ini hanya terfokus di sisi barat pulau ini. Tidak banyak pilihan yang tersedia bagi kami karena saat ini kami sedang berada di timur.
Dengan kesimpulan itu, akankah lebih baik jika kami bergegas menuju H5 untuk mencoba mendapatkan Bonus Early Bird, atau berjalan santai dan terima saja Bonus Kedatangan satu poin?
Sudah tiga hari sejak kami menginjakkan kaki di pulau ini, sudah saatnya membuat keputusan.
"Nanase, berapa banyak air minum yang kau punya?"
"Aku menghabiskan semua air minum ku yang tersisa pagi ini. Yang ku punya sekarang hanya lah satu botol air minum yang kudapatkan dari Task tadi."
Tampaknya kami berdua dalam situasi yang sama, karena aku juga hanya memiliki satu botol air minum 500ml.
Meskipun mencoba untuk menghemat air, jika kami terus melakukan perjalanan jauh seperti ini, pasti kami akan kehabisan air di penghujung hari.
Dengan kata lain, ada kemungkinan kami akan kekurangan air.
Aku telah membeli 3,5 liter air minum begitu ujian di mulai. Bahkan jika kelompok lain mencoba untuk menghemat konsumsi air mereka seperti kami, mereka mungkin akan kehabisan air hari ini atau besok. Aku tidak tahu berapa banyak kelompok yang terkena dampak ini, tapi keadaan ini akan membuat siswa sulit untuk bergerak maju.
"Ini rintangan besar pertama kita."
"Kita harus mendapatkan air bagaimana pun juga, benar kan, Senpai?"
Jika seandainya aku sendiri, aku akan memilih untuk menargetkan Area Keempat dan menyelesaikan Task di sela waktu itu. Dan setelah menyelesaikan semua tujuan di hari ini, aku akan kembali ke area awal untuk memasok bekal sebagai persiapan untuk hari esok. Ini adalah salah satu strategi yang telah aku pertimbangkan, tapi akan sulit untuk melakukannya dengan Nanase yang ikut bersama ku. Dia pasti akan setuju jika aku menjelaskan itu kepadanya, tapi kalau dia sampai jatuh sakit gara-gara itu, mau tak mau dia harus mengundurkan diri dari ujian.
Meskipun begitu, aku tidak berkewajiban untuk memperhatikan adik kelas yang saat ini merupakan musuh ku.
Untuk saat ini, aku akan terus berjalan menuju tempat tujuan berikutnya.
"Ayanokouji-senpai, mengapa kamu memutuskan untuk ikut ujian ini sendirian?"
"Aku tidak punya banyak teman, jadi aku tidak menemukan siapapun untuk membentuk kelompok dengan ku."
"Kelihatannya tidak begitu."
"Aku tidak bohong. Tidak banyak orang yang bisa ku sebut sebagai teman."
"Meski begitu, aku yakin setidaknya kamu bisa membentuk kelompok dengan seseorang."
"Apa kau benar-benar sepenasaran itu?"
"Ya. Karena bagaimana pun, bergerak seorang diri itu jelas membuat mu benar-benar di rugikan. Bukankah begitu?"
Nanase yang selama ini mengikuti dari belakang, mulai berlari ke depan untuk menyeimbangi kecepatan ku.
Kemudian dia menatap ku, mencoba untuk memastikan niat ku yang sebenarnya.
"Ayanokouji-senpai, saat kamu menghadapi Housen sebelumnya, gerakan mu itu bukan gerakan siswa SMA biasa."
"Kalau kau menyadari itu, berarti kau juga bukan siswa SMA biasa, Nanase."
Nanase agak sedikit terganggu dengan tanggapan langsung ku itu, dia mencoba tersenyum walau terlihat sedikit di paksakan.
Dia kemudian menggaruk pelan pipinya sambil mengatakan dengan lembut "Kurasa kamu benar."
Aku bisa saja memanfaatkan situasi ini untuk menekannya bila aku mau, tapi masalahnya apakah dia akan menjawab dengan jujur atau tidak.
Jika dia mengatakan setengah kebohongan kepada ku, aku akan menyadarinya, tapi kurasa dia tidak akan melakukan kesalahan seperti itu.
"Memang benar bertindak seorang diri itu banyak kerugiannya. Seharusnya tidak mustahil bagi ku bergabung dengan kelompok lain selama ujian, tapi jika aku tidak punya cukup poin yang di perlukan saat waktunya tiba, aku hanya akan memberi masalah pada kelompok lain."
"Itu bisa di mengerti. Bagaimana pun, skor mu akan di sama ratakan dengan mereka, tak peduli seberapa banyak anggota yang ada di kelompok tersebut."
"Tapi, sepertinya agak keliru kalau mengeluh karena itu. Sejak awal sekolah sudah merekomendasikan agar kita membentuk kelompok, jadi kita tidak dalam posisi untuk mengeluh karena keputusan ada di tangan kita."
Pada akhirnya keputusan ada di tangan siswa, tak peduli apakah mereka memutuskan untuk tidak membentuk kelompok atau tidak dapat menemukan kelompok untuk bergabung. Bahkan jika peraturan membuat keadaan menjadi merugikan, resiko tetap di tanggung masing-masing.
"Meski begitu, bukan berarti mustahil bagi ku untuk meraih kemenangan. Jika aku bergabung dengan kelompok yang sedang berjuang mengumpulkan poin yang cukup, ada kemungkinan kehadiran ku akan menghasilkan sinergi yang tak terduga."
"Jadi tujuan mu untuk bertarung sendiri itu demi menghasilkan sinergi tersebut? ... Begitukah maksud mu, Senpai?"
"Hmm, entahlah. Aku hanya mengatakan secara logika nya saja. Terlepas dari kesalahpahaman mu, kau tidak boleh mengabaikan bahwa aku hanya berusaha untuk bergabung dengan kelompok lain."
"Fufu, itu benar. Kamu kadang-kadang memang agak tidak jelas."
Nanase mengungkapkan pikiran jujurnya, meski biasanya dia ragu-ragu.
"Apakah kamu selalu seperti ini, Senpai?"
"Begitulah. Bukankah sejak awal orang-orang dengan watak seperti ku ini memang begitu?"
"Aku tidak berpikir begitu. Karena ada saja yang bisa mengubah seseorang yang awalnya muram menjadi ceria dan bersemangat, begitu pula sebaliknya, seseorang yang ceria menjadi muram. Hal itu bisa saja terjadi, kan?"
Meskipun aku paham apa yang di maksud Nanase, tapi aku ragu seberapa besar sifat dasar seseorang benar-benar bisa berubah.
"Kau bilang seseorang yang awalnya murung bisa berubah tapi kupikir tidak begitu, malahan aku merasa itu seperti di paksakan."
"Meski dipaksakan sekali pun, fakta bahwa mereka bisa menjadi ceria itu sudah menakjubkan bagi ku."
"... Ya"
Jika aku tiba-tiba di minta untuk bersikap ramah dan ceria, aku tidak yakin bisa menjalani nya sampai akhir.
Memang, aku bisa saja berpura-pura begitu untuk sementara waktu di depan orang-orang yang jarang berinteraksi dengan ku, tapi kalau di tanya apa aku bisa melakukannya di depan teman-teman sekelas ku, maka aku akan menjawab tidak.
"Kurasa aku tidak akan mampu melakukannya. Ngomong-ngomong, apa ada yang berubah dari mu sejak SMP, Nanase?"
Aku berhasil membawa topik sekolah menengah pertama tanpa terdengar secara tiba-tiba.
Lagipula, seseorang dari White Room tidak akan pernah masuk SMP.
Nanase merenungkan sejenak pertanyaan ku itu.
"Aku tidak begitu yakin. Kurasa aku tidak banyak berubah sejak saat itu, mungkin aku hanya sedikit berubah."
Berarti ada sesuatu yang membuatnya berpikir kalau dia mengalami perubahan, meskipun itu hanya sedikit.
"Apa itu?"
"Dulu─aku merasa bahwa aku lebih sering tersenyum."
Jadi baginya, perubahannya itu dari 'terang' ke 'gelap'.
"Aku juga merasa sekarang aku jarang berbicara dan pergi ngumpul dengan orang lain dibanding saat itu."
Apakah dia mengatakan yang sebenarnya? Atau ini hanya kebohongan yang dia buat-buat?
"Lagipula, ada kejadian yang membuat ku yakin bahwa kejadian itu lah yang telah membuat ku berubah untuk selamanya ..."
Aku agak enggan bertanya tentang 'kejadian' tersebut. Dia memulai percakapan ini seolah-olah mencoba memancing ku untuk menanyakannya, karena itu aku memutuskan untuk tidak bertanya lebih jauh.
Dengan sabar Nanase menunggu ku mengatakan sesuatu, dia memperlambat langkah nya sampai dia tertinggal di belakang ku. Aku memperhatikan hal ini dan memilih untuk mengganti topik pembicaraan.
"Ngomong-ngomong, bagaimana keadaan kelompok mu, Nanase? Apa tidak ada masalah dengan poin kalian?"
"Mm. Kami memperoleh cukup banyak poin dari Task baru-baru ini, mungkin antara Housen-kun atau Amasawa-san. Aku tidak tau siapa yang lebih banyak berkontribusi di antara mereka berdua, tapi sepertinya kontribusi mereka lebih banyak dari pada aku."
Itu berarti kinerja kelompoknya cukup baik, jika dia memang mengatakan yang sebenarnya.
Tergantung apa yang Amasawa dan Housen lakukan, ada juga kemungkinan mereka mendapatkan Bonus Early Bird, yah.. walaupun itu cuma dugaan ku saja.
"Berkebalikan dengan ku, mungkin posisi ku saat ini cukup beresiko."
Meskipun aku sudah berusaha mengumpulkan poin, lebih baik untuk berasumsi bahwa peringkat ku terus turun ke bawah secara bertahap.
Kelompok tiga orang yang melakukan hal sama dengan ku akan dengan mudah mendahului score ku.
"Ayo kita berusaha untuk terus maju, Senpai."
"Ya."
Sebelum itu, kami harus tiba dengan selamat di area tujuan kami berikutnya.
Dengan tujuan tersebut, kami berdua melanjutkan perjalanan dengan melewati hutan liar.
***
Komentar
Posting Komentar
Tulis komentar