Youzitsu 2nd Years Volume 3 Chapter 3 Part 4
Kami selesai makan malam setelah matahari terbenam, yaitu sekitar jam 8 malam. Setelah ini, kami bebas untuk menghabiskan waktu sendiri-sendiri. Tapi kebebasan ini memiliki batasan, karena tidak baik untuk jalan-jalan di sekitar hutan dalam kegelapan malam. Di tambah lagi, dengan banyaknya nyamuk di luar sana, kami pun menetap di dalam tenda.
Kami berbicara melalui kain penghalang pelindung tenda kami masing-masing.
Aku, Nanase dan Ike mendirikan tenda dalam satu baris. Sedangkan tenda Hondou tepat di seberang tenda Nanase dengan tenda Sudou di sebelahnya.
"Jadi Nanase-chan berada di Kelas D ya? Aku tidak menduganya."
Hondou terlihat sangat senang berbicara dengan seorang gadis, mengingat dia lah yang paling banyak bertanya kepada Nanase di antara kami semua.
"Tidak, tidak. Kelas D memang tempat yang tepat untuk ku. Aku benar-benar bukan siswa yang berbakat."
"Eh? Kurasa tidak begitu. Kalau boleh jujur, justru kami lah yang tidak berbakat.. benar, kan teman-teman?"
Hondou tertawa terbahak-bahak dengan perkataannya yang terdengar seperti lelucon bagi nya. Tetapi Sudou tetap diam, dia berbaring telentang melihat ke atap tendanya tanpa mencoba mengikuti percakapan. Sedangkan Ike, aku tidak tahu apa yang sedang dia lakukan, tapi dia juga tidak benar-benar ikut dalam pembicaraan, dia hanya sekedar mengomentari apa yang dikatakan yang lain dari waktu ke waktu.
"Suasananya terasa suram. Kanji, Ken, ada apa dengan kalian?"
"Tidak ada. Hanya saja, biar kuperingatkan kau Ryoutarou ... Nanase tidak dapat dipercaya."
"Apa!? Memangnya kenapa?"
Hondou langsung berbalik dan melihat ke arah tenda Sudou, dia terkejut dengan apa yang di katakan temannya tentang adik kelas yang imut itu.
"Tidak, tidak ada. Aku cuma bilang fakta saja."
"Apa maksudnya itu!?"
"Tidak apa-apa, Hondou-senpai. Aku pernah melakukan sesuatu yang agak jahat kepada Sudou-senpai sebelumnya."
"Hal yang jahat? Apa dia mencoba melakukan hal-hal tidak pantas pada mu atau semacamnya?"
"Apa menurut mu aku akan melakukannya?"
Meski Hondou sendiri yang berasumsi begitu, Hondou langsung menyadari kesalahan dari pemikirannya itu setelah mendengar tanggapan Sudou.
"Yah, kau memang setia pada Horikita. Tapi aku penasaran, apa yang sebenarnya terjadi?"
"Kau tidak perlu tahu itu."
Sudou mengubah posisinya sehingga punggungnya menghadap ke pintu masuk tenda. Housen Kazuomi dari Kelas 1-D telah melakukan sesuatu yang benar-benar tidak bisa di maafkan pada gadis yang di sukai Sudou. Dan orang yang bekerja sama dengan Housen tidak lain adalah Nanase itu sendiri. Dari sudut pandang Sudou, Nanase yang mengetahui semuanya, memang patut untuk di waspadai. Jika saja saat ini Horikita ada di sini, dia mungkin akan mengatakan hal yang sama dengan Sudou. Hondou mungkin kurang puas, tetapi karena Nanase tidak ingin memperpanjang masalah itu, dia tidak punya hak untuk mendesak Sudou terus menerus.
"Baiklah kalau begitu ... Tapi Kanji, kau menjadi agak berbeda belakangan ini."
"H-Huh? Aku? Aku ... masih sama seperti biasa kok."
Ike panik karena tiba-tiba menjadi topik pembicaraan.
" 'Sama seperti biasa' mata mu. Kebetulan ini kesempatan yang bagus, jadi aku akan mengatakannya langsung ... kau bersikap aneh bahkan sebelum ujian di mulai."
"Kau mencuri kata-kata yang mau kusampaikan kepadanya Sudou, tapi yah, Sudou benar. Ada yang aneh dengan mu, kawan."
Sudou kembali menyesuaikan postur tubuhnya dan menghadap ke arah kami, dia jelas tertarik dengan arah pembicaraan ini.
"A-Apa yang kalian bicarakan? K-Kalian tahu kan, itu karena ujian khusus di pulau tak berpenghuni ini ... dan juga ... Maksud ku, aku stres karena bisa saja aku di keluarkan dari sekolah."
"Ooh? Stress, ya? Tapi bukankah kau yang pertama kali paling bersemangat ketika mendengar ujian ini?"
Ike memiliki banyak pengamalaman dalam hal berkemah, dia bahkan sangat berkontribusi pada saat ujian di pulau tak berpenghuni tahun lalu. Teman-teman dekatnya mengetahui hal ini dengan baik, tidak mungkin mereka akan menerima alasan tidak masuk akal seperti itu.
"Eh, yah, itu ... kau tahu ..."
Melihat Ike yang berusaha keras untuk menemukan jawaban, Nanase menoleh ke arah tenda Ike dan mulai berbicara.
"Meskipun kita baru saja kenal, tapi aku mendapat kesan bahwa kamu terlihat kurang bersemangat, Senpai."
"Menurut mu bagaimana, Ayanokouji?"
Hondou bertanya begitu kepada ku, mencoba membawa ku masuk dalam pembicaraan.
Mengingat alur pembicaraan sejauh ini, mungkin akan lebih baik jika aku jujur saja dan setuju dengan pendapat yang lain.
"Ya, itu yang aku pikirkan sejak pertama kali kita bertemu tadi."
"Kau lihat? Kami berempat memiliki pendapat yang sama."
Ike terpojok, dia tampak gelisah dan mencoba mencari alasan yang lebih kuat.
"Sebelumnya, Ayanokouji-senpai bilang kepada ku bahwa kamu dan Hondou-senpai adalah tipe orang yang membuat suasana kelas menjadi hidup. Tapi dari apa yang aku lihat sejauh ini, kamu sepertinya sedang ada masalah. Apa ada hal yang sedang mengganggu pikiran mu, Ike-senpai?"
Ike mungkin sangat terkejut mendengar perkataan Nanase yang tepat sasaran itu, meskipun Nanase sendiri tidak mengetahui permasalahan yang terjadi pada Ike.
"Uuh, bagaimana menjelaskannya, ya ..."
Ike dengan panik mencoba menemukan kata-kata yang tepat."
"Ayolah, jika kau ada masalah, katakan saja."
"Ya, paling itu bukan masalah yang besar."
Meskipun mereka berdua adalah teman dekat Ike, Sudou dan Hondou sepertinya berpikiri kalau masalah Ike ini hanya lah masalah sepele yang akan selesai begitu saja.
Mereka hanya ingin Ike mengatakannya sekarang.
Namun, pendekatan mereka itu justru membuat Ike semakin enggan untuk berbicara.
"Tidak, lupakan saja ..."
"Bisakah kalian berdua menahan diri dan memberi sedikit ruang untuknya bicara?"
Nanase mengatakan itu sambil berbisik kepada Sudou dan Hondou, setelah mendengar tanggapan Ike.
Untuk sesaat Sudou menjadi marah dan tersinggung, dia mungkin merasa kesal karena Nanase berbicara kepadanya, tapi dia kembali tenang setelah melihat Ike yang gelisah, dia menyadari bahwa temannya mungkin saja mengalami hal yang lebih buruk dari pada dugaannya.
"Tidak ada alasan bagi kami untuk menahan diri, Nanase-chan. Pada akhirnya masalah dia mungkin cuma masalah sepele."
"Tidak. Mungkin terlalu cepat untuk menyimpulkan nya begitu, Ryoutarou. Coba kita dengarkan dulu apa yang akan dia katakan."
"Eh? A-Ah ... baiklah."
Membaca situasi bukan lah kelebihan Sudou. Namun, perlahan-lahan dia mulai memperhatikan sekitarnya. Ini mungkin salah satu efek dari sesi belajar nya dengan Horikita selama satu tahun terakhir.
Kami berempat diam-diam memperhatikan Ike, memastikan agar dia tidak merasa tertekan. Tentu saja tidak akan mudah bagi Ike untuk berbicara dalam situasi ini, tapi dia juga tidak bisa terus-terusan mengelak dan melarikan diri. Kami hanya perlu menunggu dia merasa siap.
Akhirnya, setelah terdiam selama 10 menit, Ike pun memutuskan untuk menceritakan masalahnya.
"Sejujurnya ... Ada ... Seseorang yang kusukai."
Terkejut mendengar hal itu, Sudou dan Hondou tercengang sambil melihat satu sama lain.
Hondou langsung bersemangat mendengar topik menarik yang muncul secara tiba-tiba.
"Heeh? Siapa itu? Siapa orangnya?"
"Mari kita tunggu sampai Ike-senpai siap memberitahukannya sendiri kepada kita."
Nanase dengan lembut menengahi, mencoba untuk menghentikan Hondou yang mengajukan pertanyaan bertubi-tubi kepada Ike.
Sulit membayangkan kalau kondisi Ike saat ini muncul hanya karena dia menyukai seseorang. Karena itu, pasti ada alasan lain yang membuat Ike menjadi seperti ini. Nanase mungkin juga menyadarinya.
"T-Tapi, bukankah seharusnya kita yang bertanya duluan untuk hal semacam ini!?"
"Bagaimana kalau kamu tenang dulu dan mendengarkan apa yang akan Ike-senpai katakan? Daripada mempertanyakan siapa yang dia sukai, bukankah lebih penting untuk mencari tahu bagaimana hal itu berhubungan dengan masalah yang tengah dia hadapi sekarang ini? Apa aku salah?"
Kata Nanase dengan sopan sekaligus tegas, membuat Hondou menjadi tenang.
"K-Kau benar."
Setelah di tegur oleh adik kelas nya, Hondou menyadari betapa tidak bijaksana dirinya, dengan canggung dia menggaruk bagian belakang kepalanya.
"Gadis yang aku sukai ..."
Begitu Ike mulai berbicara, kedua orang itu benar-benar membiarkan imajinasi mereka menjadi liar.
Apakah orangnya teman seangkatan? Kakak kelas? Atau mungkin siswa baru?
Dan jika itu teman seangkatan, apa mungkin orangnya sekelas dengan kami?
Tidak di ragukan lagi bahwa Gadis-gadis populer dan menarik seperti Kushida dan Ichinose adalah yang pertama kali terlintas di benak mereka.
Itu terlihat jelas di wajah mereka berdua.
"Orang yang aku sukai adalah ... Uuh ... Shi-Shinohara ... Shinohara Satsuki."
Akhirnya Ike mengucapkannya. Tapi ketika mendengar nama itu, Sudou dan Hondou sepertinya tidak dapat mencernanya.
Di mata mereka, Ike dan Shinohara terlihat hanya seperti teman sekelas yang sering bertengkar.
Shinohara juga bukan gadis yang populer, jadi bisa di mengerti alasan mereka jadi keheranan, apalagi Ike sering bilang kalau dia ingin berkencan dengan gadis cantik.
"T-Tapi Kanji, bukankah ... hubungan mu dengan Shinohara kurang bagus? Kau selalu bilang dia jelek."
Hondou yang tidak dapat menahan diri untuk mengutarakan apa yang ada di pikirannya, bertanya begitu kepada Ike.
"Bukan berarti aku sudah seperti ini sejak awal. Sial, awalnya aku sangat membencinya. Tapi ... entah kenapa, suatu saat aku mulai peduli padanya, dan ... yah, aku tidak mau mengakuinya pada diri ku sendiri, karena itu aku berpura-pura membencinya."
Dia mungkin tidak berbohong tentang ini. Sudah menjadi hal yang wajar bagi kami setiap hari melihat pertengkaran antara Ike dan Shinohara di kelas.
"Kalau kau benar-benar menyukai Shinohara, kenapa kau tidak langsung saja menyatakan cinta mu kepadanya?"
"Sayangnya tidak semudah itu."
Sudou memberikan saran dengan blak-blakan, tetapi Ike langsung menjawab dengan nada yang putus asa.
"Apa terjadi sesuatu, Ike-senpai?"
"Shinohara saat ini satu kelompok dengan Komiya. Pria itu ... Dia mungkin juga menyukai Shinohara."
Akhirnya, Sudou dan Hondou mulai mengerti masalah Ike.
Di tambah lagi, Shinohara sepertinya melihat pria itu sebagai seseorang yang istimewa.
Seorang pria dan wanita yang saling menyadari perasaan satu sama lain, bekerja sama dalam satu kelompok untuk melewati rintangan yang mereka hadapi. Ujian ini merupakan sebuah pertarungan yang krusial karena ujian ini mempertaruhkan masa depan kehidupan sekolah kami, jadi kondisi ini sangat sempurna untuk membentuk ikatan yang erat dan perasaan yang kuat terhadap satu sama lain, yang sebelumnya tidak ada sama sekali.
"Aku ... Aku baru menyadari kalau aku menyukai Shinohara tidak lama ini ... Karena itu pada saat ujian ini di umumkan, aku ingin membentuk kelompok dengannya. Tapi aku tidak bisa jujur soal itu dan kami akhirnya bertengkar seperti biasa ... Menyedihkan sekali ... Yang bisa aku lakukan selama ini cuma mengejar bayang-bayangnya saja ..."
Sejak beberapa saat yang lalu, perhatian Ike sudah teralihkan ke hal lain, dia terus melihat ke kiri dan ke kanan di sepanjang jalan, mencoba untuk menemukan Shinohara.
"Mungkin aku sudah salah paham selama ini ... meskipun kami sering bertengkar, aku pikir dia juga menyukai ku ... Aku benar-benar pecundang. Bahkan sekarang aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan untuk mengubah keadaan di antara kami berdua."
Akan ada masanya di mana kau bertanya-tanya apakah perasaan yang kau miliki akan terbalas atau tidak, sama seperti Ike yang sekarang. Tapi, mustahil bagi siapa pun untuk mengetahui perasaan orang lain yang sebenarnya.
Itu pernah ku alami saat aku akan mengajak Kei berpacaran.
"Bagaimana kalau kamu jujur saja kepadanya, Ike-senpai? Kupikir itu bukan hal yang buruk."
Nanase mengutarakan pemikirannya setelah mendengar perkataan Ike.
"Tapi ... Shinohara kelihatan senang bersama Komiya itu, sedangkan aku cuma berada di zona teman."
"Hmm, aku tidak yakin dengan itu. Mungkin ini cuma tebakan ku saja, tapi ... tidakkah menurut mu Shinohara-senpai hanya menunggu mu untuk menarik benang?"
"Menarik benang ...?"
"Dari apa yang kudengar tentang mu, kamu adalah orang yang suka bergaul. Seseorang yang sering mengatakan apa yang ada di pikiran nya. Tentu saja aku yakin, Shinohara-senpai juga mengetahui sifat mu itu. Tetapi, tidakkah menurut mu Shinohara-senpai mungkin saja berharap ingin menjadi orang yang istimewa bagi mu?"
Ike sering mengutarakan pemikirannya secara terang-terangan, atau dengan kata lain, dia bicara tanpa berpikir dulu.
"Tidakkah menurut mu dia ingin kamu lebih terbuka dengannya?"
Mungkin maksudnya tentang Ike yang memiliki perasaan terhadap Shinohara.
Dan aku yakin kalau Shinohara juga memiliki perasaan terhadap Ike.
Namun Ike selalu bertengkar dengannya, bahkan terkadang dia juga sampai mengolok-olok Shinohara. Dia memperlakukan Shinohara tidak jauh berbeda dari teman laki-laki nya.
Namun, itu saja mungkin tidak cukup bagi Shinohara, seperti yang di katakan Nanase.
"Aku ..."
"Ike-senpai, apakah kamu akan senang jika gadis yang kamu sukai tidak menganggap mu begitu? Memang, tidak salah jika kamu mencoba untuk menyembunyikan perasaan mu itu, tapi asal kamu tahu, kamu tidak akan mendapatkan apa-apa jika tidak menyampaikan perasaan mu pada nya. Tidakkah kamu ingin dia mengangap mu spesial, lebih dari sekedar teman?"
Ike jadi mengetahui bagaimana perlakuannya terhadap Shinohara dari sudut pandang orang lain.
Bagaimana perasaan mu jika seseorang yang kau anggap spesial dalam pikiran mu, terus menerus berbicara buruk tentang mu, hari demi hari?
"Sial ..."
Ike menundukkan kepalanya dan memegangi wajahnya dengan kedua tangannya. Saat ini mungkin dia sedang mengingat kenangan masa lalu tentang perlakuan dia selama ini kepada Shinohara. Membayangkan dirinya berada di posisi Shinohara dan mencoba memahami perasaan gadis itu saat mendapat perlakuan yang tidak mengenakkan dari dirinya dulu. Melihat reaksinya, Ike mungkin sudah mengerti.
"Mengkhawatirkan hal ini tidak lah buruk, tapi kamu saat ini sedang mengikuti ujian khusus yang mempertaruhkan kehidupan sekolah mu di masa depan. Tindakan mu saat ini tidak hanya akan membuat mu menjadi satu-satunya yang di keluarkan, tapi juga bisa menyeret Sudou-senpai dan Hondou-senpai bersama mu. Aku sangat mengerti bagaimana perasaan mu yang ingin mengejar Shinohara-senpai, aku mengerti itu, tapi untuj sekarang kamu harus fokus dulu menyelesaikan ujian ini."
Sebelum aku menyadarinya, ketiga orang yang berada di sekitar, terpaku mendengar kata-kata Nanase.
Bagaimanapun, Nanase telah menanggapi Ike jauh lebih tulus daripada sahabat Ike sendiri, tetapi bukan itu saja alasannya.
"Jika kamu tidak dapat lagi bertemu ... tidak dapat bersatu kembali dengan seseorang yang kamu cintai ... maka kamu tidak akan bisa lagi memberitahu nya bahwa kamu sangat mencintai dirinya...!"
Tanpa perlu melihat ekspresinya, kami tahu kalau Nanase sedang menangis.
"K-Kau? Kenapa kau menangis?"
Sudou bertanya dengan panik, meskipun dia tidak mempercayai Nanase.
"Ike-senpai, kamu tidak ada waktu untuk terjebak dengan perasaanmu sendiri, bukan?"
Nanase mengabaikan pertanyaan Sudou dan mengajukan pertanyaannya sendiri kepada Ike, mengalihkan fakta dia saat ini sedang menangis.
"Ya, kau benar. Aku harus menyelesaikan ujian ini dulu, kan?"
Kata-kata Nanase, kata-kata dari orang asing dan adik kelas yang baru di kenal, telah menyentuh hati Ike lebih dari dugaan.
"Ken, Ryoutarou, maafkan aku. Aku ... Aku telah merepotkan kalian selama dua hari ini, bukan?"
Ike mengungkapkan penyesalannya kepada Sudou dan Hondou.
"Tidak, tidak ... kau tidak ... Ah ... Yah, sedikit menyusahkan."
Sudou tidak dapat mengatakan kalau dia tak masalah dengan hal itu, tapi mungkin ini yang terbaik untuk mereka.
"Sejujurnya, aku masih mengkhawatirkan Shinohara. Tapi ... jika aku tidak lulus ujian ini, aku tidak akan bisa lagi memikirkan itu. Semua kekhawatiran ku, semua waktu yang telah kuhabiskan, semuanya akan jadi sia-sia."
"Ya, kau benar, Kanji!"
Hondou setuju dan berkata begitu untuk membangkitkan semangat kelompok.
Terkadang teman bisa jadi menyebalkan, tapi juga bisa menjadi tak tergantikan.
Aku merasa kejadian malam ini bisa jadi sebuah pembelajaran untuk ku.
Dan tentang air mata Nanase yang barusan, firasat ku mengatakan kalau itu bukan sekedar akting dan juga bukan karena terbawa suasana.
***
Komentar
Posting Komentar
Tulis komentar