Chapter 4 Part 7
Keberuntungan kami tidak berlangsung lama. Meskipun sudah sampai di Area I4, tapi seperti yang di duga, kami tidak mendapatkan Bonus Kedatangan Awal. Dan kami juga tidak cukup beruntung menemukan Task apa pun di sekitar.
Meskipun masih banyak yang bisa kami kerjakan, tapi ujian ketiga akhirnya di umumkan sudah selesai.
"Haruskah kita terus berjalan ke tepi sungai?"
"Ya. Pijakan di sini kurang bagus, tempatnya tidak cocok untuk berkemah. Ayo kita pergi."
"Baik."
Kami berjalan ke arah selatan.
Setelah 20 menit, akhirnya kami sampai di tujuan.
"Mau berkemah di sekitar sini?"
"Ya, tidak masalah."
Ketika kami berdua baru saja menyepakati itu, aku mendengar suara dari kejauhan.
"Oooiii-! Ayanokouji-!"
Suara seseorang yang familiar, memanggilku dari seberang sungai.
Orang itu adalah Ike, dia berdiri di sana dengan memegang seikat ranting kering di tangannya.
"Ayanokouji! Nanase! Sudah kuduga itu kalian berdua! Jadi kalian juga di sini, ya!"
Dia mendekat ke tepi sungai, dengan tersenyum lebar sampai gigi putihnya terlihat.
"Wah, kebetulan sekali! Apa malam ini kamu juga berkemah di sini, Ike-Senpai?"
Kami harus meninggikan suara jika ingin berbicara di tengah derasnya arus sungai di antara kami. Setelah berteriak-teriak sebentar, Ike akhirnya memberi sinyal agar kami bergabung dengannya di sisi lain. Dengan instruksinya, aku dan Nanase pergi ke seberang sungai.
Tak lama kemudian, kami bertemu dengan Ike di jembatan sisi selatan area H4.
Sudou dan Hondou juga tiba di sana, sepertinya mereka datang setelah mendengar suara kami.
"Tunggu dulu, apa area terakhir yang kalian tuju hari ini ...?"
"I4."
Sudou saling menatap dengan kedua anggota kelompoknya begitu mendengar tanggapanku. Sepertinya area terakhir kelompok mereka hari ini juga I4.
"Oohh, ini kebetulan sekali ya!"
Pagi ini, kami semua memulai perjalanan dari lokasi yang sama, dan tak di sangka, kami menyelesaikan ujian hari ini di lokasi yang sama juga. Mengingat aku telah beberapa kali bertemu dengan Sudou, mungkin ada semacam mekanisme pada Tabel kami yang menuntun kami ke tempat yang sama meskipun beda Tabel.
Kami semua memutuskan untuk berkemah bersama lagi, seperti kemarin.
Karena ada banyak waktu bebas yang tersisa untuk hari ini, kami semua mengerjakan urusan masing-masing.
Tentu saja, kami semua akan tetap bekerja sama bila diperlukan karena kami berkemah di tempat yang sama.
Aku memberi tahu Nanase kalau aku ingin jalan-jalan di hutan. Tidak ada alasan khusus apa pun melakukan ini, hanya saja, aku ingin melihat-lihat area di sekitar sini untuk mencari siswa lain. Lagipula, aku belum bertemu dengan siswa yang memiliki Tabel yang sama denganku, selain kelompok Nanase.
Aku kembali ke perkemahan sekitar setengah jam kemudian, tepat saat Ike akan menyalakan api unggun.
"Kau cukup terampil ya, Senpai."
"Yah, mau tak mau kau harus bisa melakukan apa saja demi bertahan. Kau tahu bagaimana kami sebelumnya? Kami tidak di beri tahu kalau kami akan mengikuti Ujian Khusus di sebuah pulau tak berpenghuni. Tapi pas ujian kali ini, kurasa sebagian besar siswa sudah mencari tahu cara menangani hal-hal semacam ini karena mereka sudah mendapat pemberitahuan sebelumnya tentang ujian ini."
Ike melanjutkan pekerjaannya sambil menatap api unggun di depannya.
"Tapi, ada perbedaan dalam pengalaman dan pengetahuan, kan? Bagaimana ya mengatakannya … kalau kamu memang bisa melakukan sesuatu hanya dengan mengetahuinya, tidak akan ada yang terasa sulit sama sekali."
Memang benar, kau tidak selalu bisa melakukan sesuatu hanya dengan membaca beberapa artikel atau menonton video.
Kau akan mengetahui apa kau bisa melakukannya hanya dengan mencobanya sendiri.
"Ah, Ayanokouji-senpai."
"Ada apa?"
"Kamu menghilang sekejap, jadi aku pergi mencari mu."
Nanase berkata begitu sambil melihat ke arah hutan.
Dari apa yang dia katakan, sepertinya kami terpisah dalam hutan sampai akhirnya kami bertemu kembali sekarang ini.
"Baiklah teman-teman, sudah waktunya kita makan."
"Oke."
Ike menyeringai saat mengambil ember dari dekat tendanya.
Lalu, dia dengan bangga menunjukkan isi di dalamnya.
"Wow, hebat…!"
Rupanya ember itu berisi beberapa ekor ikan yang sudah di tangkap Ike.
"Aku punya waktu luang saat kelompok ku berada di tepi laut, jadi aku memanfaatkan kesempatan itu untuk menangkap ikan. Ayo kita makan!"
Dengan buru-buru, Ike pun mulai menyiapkan makan malam.
Sekilas dia tampak bersemangat, tapi jelas itu hanya di luarnya saja.
Tapi, dia tampaknya menghadapi ujian ini dengan pikiran yang jauh lebih jernih daripada yang aku perkirakan, kurasa untuk saat ini tak ada yang perlu di khawatirkan.
"Ada bau sesuatu yang lezat di sini—"
Sekelompok tiga orang yang kebetulan melewati daerah itu mendekati kami, mungkin karena mereka mencium aroma lezat ikan panggang Ike.
Kami berkemah di tempat terbuka karena berada di sebelah sungai, tak heran jika mereka menemukan kami.
Tapi, hal yang tak kuduga sama sekali adalah identitas salah satu siswa dalam kelompok tiga orang itu.
"Ah-!"
Orang kedua yang datang mendekati kami, seorang gadis, tanpa sengaja mengeluarkan suara saat bertatapan denganku.
"Ada apa, Karuizawa-san?"
"Ah, tidak apa-apa. Aku hanya ... sedikit terkejut saja melihat mereka memanggang ikan."
Kata Kei, berusaha menutupi keterkejutannya karena kebetulan bertemu denganku di tempat ini.
Sudah tiga hari semenjak Ujian berlangsung dan pertemuan terakhirku dengan Kei, tapi sejauh ini, dia kelihatannya baik-baik saja.
Dua rekan satu kelompoknya berasal dari Kelas 2-A.
Nama mereka adalah Shimazaki Ikkei dan Fukuyama Shinobu, mereka berdua adalah siswa yang berbakat di bidang akademis. Jika di nilai secara keseluruhan, kelompok mereka agak kurang dalam hal kekuatan dan kemampuan fisik, tapi mereka masih memiliki potensi untuk mendapatkan posisi teratas dalam Task tes tertulis jika mereka berpartisipasi di dalamnya.
"Hei, kenapa kita tidak berkemah di sini juga? Kurasa Ike-kun akan mentraktir kita."
"Haah!? Kenapa aku harus mentraktir mu!?"
"Ayolah jangan pelit gitu, lagian ikan mu juga masih banyak kok."
"Kami tidak akan dapat banyak ikan kalau kalian juga ikut memakannya! Pokoknya tidak!"
Sejak awal Ike tidak begitu menyukai Kei, karena itu dia menolak mentah-mentah usulan tersebut.
Namun, Sudou menariknya ke samping dan menggumamkan beberapa kata ke telinganya.
"Bro, memang apa salahnya? Mungkin saja dia tahu sesuatu tentang Shinohara."
Setelah mendengar itu, Ike terdiam.
Dia belum bertemu dengan Shinohara di pulau ini.
Karena Kei adalah teman sekelas, masuk akal untuk berasumsi kalau misalkan Kei ingat pernah melihat Shinohara sebelumnya di suatu tempat.
"Ma-Mau bagaimana lagi! Kurasa aku harus mempersiapkannya untuk tiga orang lagi!"
"Benarkah? Yeay! Untung saja aku mencoba bertanya."
Kei hanya setengah bercanda ketika dia mengemukakan ide itu, tetapi entah bagaimana, itu membuat kami jadi bisa berkemah bersama.
Tapi, menyiapkan makanan akan memakan waktu.
Mungkin butuh waktu agak lama sampai Ike selesai memanggang ikan tambahan untuk kelompok Kei.
Aku bilang kepada yang lain kalau aku ingin pergi ke hutan sebentar, tak lama kemudian Kei pun melakukan hal yang sama.
Tentu saja, kami tidak masuk terlalu dalam ke hutan agar kami tidak tersesat, cukup untuk memastikan yang lain tidak bisa melihat atau pun mendengar kami.
Kami berdua bertemu di sebuah pohon yang cukup besar dan duduk bersama dengan punggung menempel pada batang pohon.
Aku bisa saja bilang kalau Nanase kemungkinan terlibat dalam rencana pengeluaranku dari sekolah atau dia mungkin memiliki hubungan dengan White Room, tapi...
Bagi Kei, hal-hal seperti itu sama sekali tidak penting.
Pada akhirnya, dia akan tetap merasa tidak nyaman dengan fakta bahwa aku bersama gadis lain.
Aku mendekatkan wajahku ke wajahnya sambil memegang tangannya.
"Apa kau cemburu? Mendengar aku menghabiskan waktu dengan gadis lain?"
"H-Hah...? Tu-Tunggu, tunggu tunggu ... bu-bukan begitu ... a-aku ... tidak cemburu ... atau se ....... Tentu saja aku cemburu!"
Awalnya Kei mencoba bersikap tangguh, tetapi dia segera mengesampingkan sikap itu dan akhirnya mengakuinya.
"Aku bepergian bersama Nanase hanya supaya aku berhasil melewati ujian khusus. Itu saja."
"... Benarkah?"
"Ya. Sudah jelas aku tidak ada niat lain terhadapnya."
"Aku percaya padamu, tapi ... tapi tetap saja, pas aku mikirin kamu lagi berduaan dengan cewek lain ... aku tidak suka."
Meskipun tidak ada apa-apa antara aku dan Nanase, sebagai pacarku, wajar jika Kei merasa cemas.
Dalam situasi ini, tidak ada kata-kata yang bisa menenangkan hatinya.
"Kei."
Ketika aku memanggil namanya, dia menoleh dan menatapku, bibirnya agak sedikit cemberut.
Aku memanfaatkan kesempatan ini untuk mendekatkan tubuhku dengannya dan menempelkan bibirku ke bibirnya.
Bibir kami bersentuhan mungkin kurang dari sedetik.
Ciuman pertamaku, sensasi bibirnya jauh lebih lembut dari yang kubayangkan.
"H-Hah…?"
Suara yang tidak jelas keluar dari mulutnya, pikirannya masih memproses apa yang baru saja terjadi.
Sebenarnya, aku ingin menikmati momen itu lebih lama, tapi kami saat ini sedang berada di tengah Ujian Khusus di pulau tak berpenghuni.
Tidak aneh jika ada orang yang lewat saat kami duduk di sini.
"A-Ap-? Hah? A-Aku, ba-barusan … ciuman? Eh...? EEEH!?"
"Percayalah padaku dan tunggu aku, oke?"
Mendengar perkataanku ini, Kei menganggukkan kepalanya tanpa sadar seperti boneka mekanik.
Jika dia merasa terganggu aku bepergian bersama Nanase, maka cara tercepat untuk mengatasinya adalah dengan memberinya ingatan yang lebih kuat daripada itu.
"Yang lain mungkin akan mulai curiga kalau kita pergi terlalu lama. Kau sebaiknya kembali."
Dengan alasan itu, aku menyuruh Kei yang masih linglung, kembali ke perkemahan.
***
Komentar
Posting Komentar
Tulis komentar