Chapter 5 Part 2
Sekitar lima menit telah berlalu sejak Ayanokouji-Senpai mengejar Ike-Senpai.
Aku membaringkan Kinoshita-Senpai dengan hati-hati, yang sedari tadi berada dipelukanku, ke tanah di samping Komiya-Senpai. Setelah itu, aku berdiri kembali dan melihat ke arah hutan lebat yang ada di belakangku.
"Ada apa?"
Tanya Sudou-Senpai, dengan rasa curiga terhadap tindakanku. Aku merasa tak enak karena tak menjawabnya, namun sekarang aku benar-benar tidak punya waktu untuk menjelaskan.
Ada seseorang yang jelas sekali sedang berusaha memancing kami.
Orang itu sudah mengawasi kami dari tadi. Meski sengaja menunjukkan hawa keberadaannya, dia memilih untuk tidak mendekat. Keberadaan itu terasa begitu nyata bagiku, namun bagi orang lain, itu tidak lebih dari perbedaan tipis dalam atmosfer ... hampir mustahil untuk disadari oleh orang biasa.
Sudah berapa lama dia ada di sana...? Ya benar, sejak Ayanokouji-Senpai pergi dari tempat ini. Sejak itu, dia terus-menerus memancarkan aura yang kental dan menekan, yang terasa semakin jelas seiring waktu berjalan.
Aku tidak tahu apa tujuan ataupun alasannya, tapi itu tidak lah penting. Bagaimanapun juga, siapapun itu, informasi yang dia miliki sangatlah berharga dalam situasi sekarang ini.
Aku meletakkan tablet ke tanah pelan-pelan, lalu mengambil waktu sejenak untuk menstabilkan pernafasanku.
Keberadaan itu sepenuhnya sadar bahwa aku sudah menyadari hawa kehadirannya, namun ia tidak bergerak sedikit pun.
Mungkin dia merasa percaya diri dengan kecepatannya. Tapi aku pun juga demikian.
"Sudou-Senpai! Tolong jaga mereka berdua sampai aku kembali!"
"Eh?Apa...? Hei-!"
Satu-satunya yang bisa kupastikan saat ini adalah seseorang sedang mengawasi kami.
Aku menempatkan kakiku ke tanah mengambil posisi lalu berlari kencang dalam satu gerakan, menuju ke tempat di mana keberadaan itu bersembunyi.
Bahkan jika dia mencoba kabur, aku seharusnya bisa menutup jarak ketika dia berbalik untuk lari. Dan bila dia tersandung sesuatu, meski hanya sepersekian detik, aku bisa menangkapnya dan memaksanya menjawab pertanyaanku.
Jarak diantara kami tak lebih dari sepuluh hingga dua puluh meter. Seiring matahari pagi yang terus naik ke atas, hutan sekitar pun perlahan mulai sedikit terang. Meskipun sulit untuk melalui medan ini, tak butuh waktu lama bagiku untuk menutup jarak dengannya.
Namun...
"Ce-Cepatnya!"
Aku hampir berhasil meraih ujung lengan jerseynya, tapi pergerakannya terlalu lincah. Dengan memanfaatkan pepohonan sekitar, dia berhasil menghindar dengan cekatan, tanpa menunjukkan sedikit pun jati dirinya.
"Sial!"
Dalam hal kecepatan dan stamina, kami berdua tampak seimbang.
Namun, dari caranya berlari melewati hutan dengan mudah, jelas sekali bahwa dia lebih memahami medan ini daripada aku.
Bagaimana bisa dia melakukan itu?
Meski pengetahuanku tentang area ini lebih minim darinya, aku tetap berusaha sekuat tenaga untuk menyusul.
"Tunggu! Aku hanya ingin bicara denganmu!"
Aku berteriak sambil terus berlari melewati kedalaman hutan, namun orang yang kukejar tidak menunjukkan tanda-tanda ingin berhenti.
Bukan karena tidak mendengar teriakanku, melainkan... dia memilih untuk mengabaikanku.
Kalau begitu, hanya ada satu kesimpulan yang bisa kuambil... orang yang sedang kukejar ini pasti menyimpan suatu rahasia.
"Alasan kenapa dua orang itu terluka parah ... itu karena ulahmu, bukan!?"
Aku memutuskan untuk mengubah strategi. Dengan lantang aku melontarkan tuduhan keras padanya, berharap itu akan membuatnya sedikit goyah dan jadi melambat.
Jika aku bisa membuatnya melakukan kesalahan, aku bisa menutup jarak ini dalam sekejap.
Bahkan jika dugaanku tentang keterlibatannya salah besar, selama aku bisa membuatnya tersandung dan terjatuh, kurasa itu tidak akan menjadi masalah.
Namun, bukannya berhenti, dia malah semakin cepat dari sebelumnya.
Aku cukup yakin dengan kemampuan fisikku yang sudah terlatih... setidaknya sampai tahap di mana aku merasa tidak akan kalah dari siapapun di sekolah ini.
Tapi, jarak di antara kami terus melebar.
Sesekali aku berhasil mempersempit jarak, namun itu tidak bertahan lama. Jelas sekali kalau dia hanya mempermainkanku, menunjukkan seberapa unggul dirinya.
Ia seolah mengejek dan berbisik ke telingaku : 'Tangkap aku kalau bisa'.
Tapi meski begitu, aku tidak berniat untuk menyerah sampai akhir. Jika aku tidak bisa menang dalam hal kecepatan... maka aku akan berusaha menang dalam pertarungan stamina.
Sekilas cahaya menembus celah pepohanan, dan untuk sesaat, aku melihat rambut lawan ku yang tergerai tertiup angin saat dia berlari.
"Ah! Kamu...!?"
Warna rambut dan gayanya yang khas itu terpampang jelas di depan mataku.
Aku tahu persis bahwa aku sudah melihatnya sebelumnya.
"Sial...!"
Tak lama kemudian, kakiku tersangkut akar pohon, dan pengejaran ini tiba-tiba berakhir dengan sangat mengecewakan.
"Haa, Haaaa....!"
Aku teralihkan, aku jadi lengah karena fakta yang tak kuduga sama sekali.
Rasa lelah yang menumpuk langsung menyerangku sekaligus, membuat napasku jadi tidak beraturan.
"Haaa, Haaa...! Haaa, Haaa...!"
Aku memejamkan mata dan mengatur kembali ritme pernapasanku, untuk menenangkan jantungku yang berdetak sangat kencang.
Memang aku tidak melihat orang itu dengan jelas, tapi aku tidak ragu sama sekali.
"Jangan-jangan... dia yang mendorong Komiya-Senpai dan Kinoshita-Senpai...? Tapi ... Kenapa...?"
Mataku terus melihat sekeliling, seakan-akan masih mencari sosok orang itu... yang kini sudah menghilang jauh ke dalam hutan.
Bersambung...
Komentar
Posting Komentar
Tulis komentar