Chapter 6 Part 1
Sekitar pukul 7 pagi hari berikutnya, hari kelima ujian, kami sedang bergerak ke selatan mengikuti aliran sungai, dari area D4 menuju D5.
Setelah kemarin menginjakkan kaki di G3, kami memutuskan untuk melewatkan area tujuan berikutnya, H4, dan langsung bergerak ke barat menuju starting area.
Sebagai konsekuensinya, kami melewatkan dua area tujuan setelahnya — H6 dan I7 — yang berarti sudah tiga area berturut-turut yang kami abaikan.
Kecuali kalau ada keajaiban berupa area tujuan acak yang muncul tepat di jalur perjalanan kami, angka itu hampir pasti akan bertambah menjadi empat.
Dan seperti yang bisa diduga, keberuntungan tidak memihak pada kami. Tepat pukul 7, area tujuan pertama hari ini yang diumumkan adalah I8.
Jaraknya begitu jauh, sehingga justru membuatku lebih mudah untuk melepaskan diri dari urusan itu. Tidak ada gunanya memikirkan sesuatu yang bahkan tak bisa dicapai.
Udara pagi yang dingin, ditambah dengan suara aliran sungai yang lembut, membuat suasana terasa cukup menenangkan.
Kalau saja tidak ada kabar buruk yang datang setelahnya, bisa dibilang ini awal yang cukup baik untuk hari ini.
"Situasi Shinohara-senpai… kelihatannya tidak terlalu optimis."
Sejak Komiya dan Kinoshita mundur kemarin, Shinohara dipaksa bertahan sendirian. Meski Ike dan Sudou berusaha sebisa mungkin membantunya, jumlah poin yang bisa dia kumpulkan tetaplah terbatas.
Kemarin, kelompoknya masih belum masuk ke sepuluh terbawah, tapi pagi ini sudah turun sampai posisi delapan terbawah. Melihat tren kelompok yang ada di bawahnya bergerak dengan kecepatan lebih tinggi, kemungkinan besar besok atau lusa dia akan terpuruk ke posisi paling bawah.
Ironisnya, hal itu justru membuat kelompok Akito lolos untuk sementara waktu dari zona bahaya.
Sementara itu, aku juga sempat menengok peringkat atas yang kemarin belum sempat kulihat.
Di posisi pertama, grup Nagumo yang sepenuhnya terdiri dari murid kelas 3-A. Sedangkan posisi kedua dipegang oleh grup Kiriyama dari kelas 3-B. Dua perwakilan teratas angkatan tahun ketiga, semuanya sudah jelas.
"Ah, Senpai. Ada seseorang sedang memancing di depan."
Seorang murid terlihat duduk di tepi bebatuan, memegang joran dengan santai. Dari penampilannya yang khas, aku segera mengenalinya.
Dia berasal dari kelompok yang paling ingin kutemui sekarang. Tidak kusangka bisa bertemu secepat ini.
Mengingat luasnya pulau dan sifat ujian ini, mencari satu orang tertentu bagaikan mencari jarum di tumpukan jerami. Aku bahkan sempat berpikir akan menggunakan fitur pencarian GPS yang baru bisa diakses besok untuk menemui kelompoknya.
Kesempatan ini terlalu berharga untuk dilewatkan.
"Boleh kalau kita singgah dulu, Nanase?"
Meskipun ada beberapa Task menarik di sekitar, kami harus rela melewatkannya.
"Aku hanya teman perjalananmu, Ayanokouji-senpai. Tidak perlu meminta pendapatku."
Begitu menerima jawaban bijak dari Nanase, aku segera mendekati murid yang sedang memancing itu.
Sepertinya dia belum menyadari kehadiran kami. Jadi aku tidak langsung memanggilnya, supaya tidak mengganggu konsentrasinya.
Kami melangkah pelan di atas kerikil pasir di tepi sungai.
Tak lama kemudian, dia perlahan menoleh, menyadari kehadiran kami.
"Kau melaksanakan ujian ini seorang diri, tapi sepertinya kau belum terpuruk ke peringkat sepuluh terbawah."
Ucapan itu jadi sambutan pertama dari Katsuragi, murid kelas 2-B, yang menyambut kami dengan ramah.
"Begitulah, sejauh ini. Tapi kalau aku bersantai sehari saja, peringkatku pasti akan langsung jatuh."
Mendengar suara kami, Ryuuen keluar dari tendanya, menatapku dengan ekspresi sedikit terkejut.
"Jadi kau keliling pulau bersama seorang wanita, hah? Apa itu karena kau bosan sama Karuizawa, makanya kau membuang dia?"
"Karuizawa? Kenapa kau bawa-bawa namanya?"
Katsuragi menoleh ke Ryuuen dengan kebingungan.
"Kuku, bukan apa-apa. Jangan dipikirkan."
"Sepertinya posisi kalian berdua baik-baik saja."
Posisi sepuluh besar bisa dengan mudah dilihat lewat tablet. Pada pagi ini, aku punya total 52 poin, menempati peringkat ke-74. Untuk grup satu orang, jumlah itu sudah cukup tinggi.
Namun, Ryuuen dan Katsuragi bahkan lebih unggul dari ku, mereka menduduki peringkat kesepuluh dengan total 92 poin.
Rinciannya: 29 poin dari Arrival Bonus, 41 poin dari Early Bird Bonus, dan 22 poin dari Task.
"Heh, simpan saja sarkasme mu itu. Bukannya ada orang aneh di kelas mu yang lebih gila lagi?"
"Yah, benar juga."
Yang dimaksud Ryuuen tentu saja Kouenji.
Sama sepertiku, dia menjalani ujian ini seorang diri. Tapi posisinya sekarang ada di peringkat keempat. Dari semua grup di sepuluh besar, dialah yang paling banyak mengumpulkan poin Early Bird Bonus. Ditambah perolehan poin yang besar dari Task, totalnya mencapai 126 poin.
Sejauh ini, performanya sangat luar biasa tanpa celah sedikit pun.
Namun, ujian ini masih menyisakan sepuluh hari. Satu kecelakaan saja karena kelelahan atau cedera bisa membuatnya seketika jatuh dari sepuluh besar.
Dua minggu penuh di pulau tak berpenghuni ini tidak memberi kesempatan untuk benar-benar beristirahat. Seiring waktu siapapun akan mengalami kerusakan otot. Dimulai dari rasa pegal, nyeri, lalu perlahan kaki akan terasa semakin berat hingga berjalan pun jadi terasa sulit.
Dengan suplai nutrisi yang hanya sebatas kebutuhan minimum, tubuh akan terus dihantui rasa lelah, baik fisik maupun mental.
"Apa area tujuan kalian berikutnya?"
"Hah?"
"Sekarang sudah lewat jam tujuh. Kalian berdua terlihat santai sekali."
"Itu keputusanku."
Katsuragi menjawab sambil melemparkan kailnya kembali ke sungai.
"Kami sudah bergerak dengan kecepatan tinggi selama empat hari terakhir ini, mengerjakan berbagai Tugas dan berpindah area peta. Namun, area tujuan pertama hari ini ternyata adalah area acak di E10. Jadi, kalau kami memaksa untuk sampai ke sana tepat waktu, kami harus berusaha sangat keras. Aku memutuskan bahwa satu atau dua poin yang bisa kami dapatkan dari itu tidak sebanding dengan usahanya."
Ryuuen menampilkan senyum miring sambil mengangkat bahunya. Dia adalah tipe orang yang selalu mendorong dirinya sampai batas mutlak, namun entah bagaimana Katsuragi berhasil membujuknya untuk beristirahat. Ishizaki atau Kaneda jelas tidak akan mampu mengendalikan Ryuuen sejauh ini. Tampaknya Katsuragi sudah memainkan peran penting sebagai anggota Kelas 2-B.
"Jadi, apa Senpai sudah menangkap sesuatu?"
Nanase mengajukan pertanyaan pada Katsuragi sambil melirik pelampung pancing yang mengapung di sungai.
"Sayangnya, tidak banyak. Kalau ingin menangkap banyak ikan, kami harus pergi ke laut."
Dengan kata lain, mereka memancing di sini hanya sebagai cara untuk menghabiskan waktu.
"Kalau begitu, aku anggap kalian baik-baik saja dalam hal makanan?"
Aku tidak tahu apakah dia akan menjawab dengan jujur atau tidak, tapi aku tetap mencoba menanyakannya.
"Banyak makanan yang bisa didapat dari laut, sungai, dan hutan. Begitu pun dengan air, selama kau merebus air sungai itu."
"Tapi bukankah berisiko minum air sungai?"
"Tidak salah. Merebusnya tidak menjamin bahwa air itu benar-benar aman, tapi itu sebabnya hanya aku yang meminumnya. Ryuuen meminum air persediaan awal dan apa pun yang kami dapatkan dari Tugas."
Mereka benar-benar mengelola risiko dengan sempurna. Pada titik ujian ini, pasti sudah ada kelompok yang kesulitan bertahan hidup, tapi sepertinya kedua orang ini akan bisa hidup stabil untuk waktu yang cukup lama.
"Kebetulan sekali, aku memang sedang mencarimu, Ryuuen."
"Mencariku, ya?"
"Aku yakin kau tahu kelompok mana saja yang ada di sepuluh terbawah sekarang, kan?"
"Ya, tentu. Tapi aku nggak tahu apa yang dilakukan para idiot dari kelasku sampai bisa jatuh ke peringkat delapan terbawah."
Dengan dua anggota yang hilang, pendapatan mereka turun drastis, menciptakan kesenjangan yang terus melebar dengan kelompok-kelompok lain di posisi bawah.
"Komiya dan Kinoshita mengundurkan diri."
Senyum di wajah Ryuuen langsung lenyap, digantikan dengan ekspresi serius.
Katsuragi pun ikut menoleh ke arahku, perhatiannya terlepas dari joran pancing di tangannya.
"Mereka pensiun? Apa yang terjadi?"
Sekarang setelah Katsuragi menjadi anggota penuh Kelas 2-B, Komiya dan Kinoshita adalah rekan seperjuangan yang harus ia lindungi.
Nanase menjawab pertanyaan Katsuragi.
"Mereka mengalami cedera serius. Sepertinya tidak mungkin salah satu dari mereka bisa berjalan dalam waktu dekat ini."
"Apa itu kecelakaan?"
"Itu…"
"Menurut Shinohara, salah satu anggota kelompok mereka, kedua orang itu diserang oleh seseorang."
"Kalau begitu, kupikir ‘seseorang’ itu sudah dikeluarkan dari sini bersama mereka, kan?"
"Sayangnya, kesaksian Shinohara adalah satu-satunya bukti yang ada. Baik Komiya maupun Kinoshita tidak bisa mengingat apakah mereka benar-benar diserang atau tidak. Pihak sekolah seharusnya masih menyelidiki, tapi kita tidak bisa berharap banyak."
"Mereka seolah-olah menganggap Shinohara-senpai berbohong karena tidak ingin rekan kelompoknya pensiun."
"Apa yang harus kita lakukan, Ryuuen? Bahkan kalau kita berhasil masuk tiga besar, semuanya akan sia-sia kalau Komiya dan Kinoshita dikeluarkan."
Kalau kelompok Shinohara berakhir di posisi terakhir, baik Kelas 2-D maupun kelas 2-B akan menderita kerugian besar.
"Kau bilang kau mencariku, kan? Shinohara itu teman sekelasmu, jadi kupikir kau pasti sudah punya rencana untuk mencegah pengeluaran. Atau aku salah?"
Tentu saja, meski tidak tahu detailnya, Ryuuen secara naluriah tahu bahwa aku sudah memikirkan sesuatu.
"Maaf, Nanase. Tapi aku tidak bisa membiarkanmu mendengar sisa percakapan ini. Masa depan murid tahun kedua sedang dipertaruhkan."
"Aku mengerti."
Setelah memastikan Nanase sudah cukup jauh, aku mendekati Ryuuen dan menyampaikan detail strategiku padanya.
Dia bisa menjelaskannya sendiri pada Katsuragi setelahnya.
"Kuku, begitu ya. Dengan rencana seperti itu, memang ada cara bagi Shinohara untuk bertahan. Tapi… apakah semuanya akan berjalan lancar?"
"Seharusnya ada peluang yang cukup bagus selama kau mau bekerja sama. Sisanya akan berjalan secara alami."
"Kau cukup berani mengubah aturan main seperti ini. Kalau kelompok lain sadar, mereka pasti akan mulai bergerak juga."
Aku mengangguk kecil. Itulah alasan kenapa aku tidak ingin Nanase mendengarnya. Kalau para siswa tahun pertama mengetahui hal ini, kemungkinan besar akan berujung pada konfrontasi antara tahun kedua dengan yang lain.
"Di antara siswa tahun pertama ada juga yang cukup cerdas. Ada kemungkinan mereka bisa menyadarinya lebih cepat dari yang diharapkan."
Tidak bisa diprediksi juga apa yang akan dilakukan para siswa tahun ketiga jika mereka mengetahuinya.
"Kalau cuma beberapa orang kecil, aku bahkan nggak akan ragu membiarkan mereka tersingkir. Tapi Komiya dan Kinoshita masih berguna bagi ku."
"Jadi kau akan bekerja sama denganku… begitu maksudmu?"
"Kepentingan kita sejalan, jadi jelas aku nggak akan menyia-nyiakan strategimu ini."
Bagaimanapun juga, kelompok Shinohara terdiri dari murid dari kedua kelas kami.
Kalau kami tidak bekerja sama di sini sekarang juga, tidak akan ada jalan untuk menyelamatkan mereka.
"Kalau kau bertemu Ichinose, bisa kau sampaikan rencana ini juga padanya?"
"Untuk keroco seperti Ichinose tak masalah, tapi aku rasa Sakayanagi tidak akan mau membantu dengan mudahnya."
"Dia bukan tipe orang yang tinggal diam membiarkan murid tahun pertama meremehkannya."
"Kuku, kurasa memang begitu."
Dengan itu, pertemuan singkat kami pun berakhir. Kami pun berpisah dan segera bergerak menuju area awal.
...

Komentar
Posting Komentar
Tulis komentar