Langsung ke konten utama

Classroom of the Elite 2nd Year Volume 3 Chapter 6 Part 3

 Chapter 6 Part 3


Setelah berjalan sekitar dua jam, kami akhirnya tiba di pelabuhan di area awal.

Nanase tertinggal selama bagian akhir perjalanan, jadi dia tiba sekitar satu menit setelah ku, sambil terengah-engah kehabisan napas.

"Haaa… akhirnya aku berhasil menyusul."

Dia menyeka keringat dengan handuk kecil sambil mencoba menstabilkan napasnya.

"Sulit dipercaya kau adalah seorang gadis kelas satu SMA. Aku tidak menyangka kau punya stamina sebanyak itu."

Selama kebersamaan kami sejauh ini, ada beberapa momen di mana kemampuan fisiknya membuatku tertarik, tapi yang kali ini adalah yang paling mengejutkan.

"Tidak, tidak, dibandingkan denganku, Senpai bahkan tidak terlihat kehabisan napas… Seperti yang kuduga, Senpai memang luar biasa."

"Aku hanya berpura-pura terlihat tenang. Yah, daripada bahas itu, coba lihat ke sana."

"Waaah─! Ada banyak sekali orang!"

Nanase yang sudah menstabilkan napasnya, terkejut melihat betapa ramainya orang yang berada di pelabuhan.

Bukan hanya bisa membeli suplai tambahan di sini dengan poin perbekalan yang tersisa, tapi juga bisa mendapatkan perawatan medis gratis, mandi, bahkan menggunakan toilet bersih yang terawat dengan baik.

Dengan kata lain, tempat ini adalah oasis bagi para siswa. Satu-satunya lokasi di pulau di mana siswa bisa rileks dan sedikit bersantai.

Entah itu mereka yang hanya singgah karena pelabuhan dekat dengan area tujuan mereka sebelumnya, atau mereka yang memilih menyerah di beberapa area ke depan dan beristirahat, para siswa dengan berbagai niat dan tujuan berkumpul di sini.

Selain itu, ada cukup banyak staf sekolah yang sibuk mondar-mandir menangani berbagai kebutuhan dan layanan di pelabuhan.


"Jadi… kenapa kita jauh-jauh datang ke area awal ini, Senpai?"

"Sebelum itu, ayo kita lihat dulu Task-nya."

"Oh iya, aku sampai lupa soal itu."


Tepat saat kami memasuki area C8 dalam perjalanan ke selatan dari Task Tarik Tambang di C5, sebuah Task baru muncul di area awal.

Task tersebut bernama Open Water Swimming.

Isinya berupa lomba renang di mana peserta harus berenang sekitar 2 km dari garis start sampai garis finish.

Meskipun sudah ada banyak Task yang menuntut kemampuan fisik sejauh ini, Task ini jauh lebih berat dari biasanya. Mungkin karena alasan itu pula, hadiah terbesarnya sejauh ini adalah 20 poin.

Karena area awal sangat mudah diakses, slot untuk Task ini seharusnya cepat penuh. Namun jumlah siswa yang mendaftar mungkin tidak lah banyak, mengingat tingkat kesulitannya.

Selain itu, laut hari ini juga tidak terlihat tenang.

Berenang di laut terbuka jelas berbeda dengan berenang di kolam renang, dan juga karena ada resiko yang berbahaya, aman untuk berasumsi bahwa Task ini hanya diadakan di dekat area awal. Pasti ada penjaga pantai yang bersiap siaga untuk segera bertindak jika terjadi keadaan darurat.


Meja untuk pendaftaran Task ini tampaknya berada di ujung pelabuhan, kami pun menuju ke sana.

Dari kejauhan, terlihat sudah ada cukup banyak orang berkumpul di sana, tapi aku bertanya-tanya apakah keramaian itu benar-benar sebanding dengan jumlah pendaftar.

Tak lama kemudian, kami sampai di meja pendaftaran dan menyatakan minat untuk ikut berkompetisi.

"Aku minta maaf. Tempat terakhir untuk kategori laki-laki baru saja terisi beberapa menit lalu."

Di sisi lain, kategori perempuan, masih tersisa satu slot, membuat situasinya terlihat sangat mirip dengan Task Beach Flags beberapa hari lalu.

Meskipun kapasitas Task ini tidak besar, aku tidak menyangka ada begitu banyak siswa yang mendaftar.

Namun yang paling mengejutkan adalah…

"Senpai… itu… itu Kouenji-senpai, bukan?"

Seorang pemuda terlihat berdiri membelakangi meja pendaftaran di depan sana. Dan benar saja, orang itu tidak lain adalah Kouenji.

Melihatnya di sini tepat setelah Task diumumkan benar-benar mengejutkan.

"Ehm… Senpai…"

"Kalau kau ingin mengikuti Task ini, sebaiknya cepat mendaftar. Tapi… kau yakin kondisimu baik-baik saja?"

Perjalanan ke sini sama sekali tidak mudah.

Tidak mengherankan kalau dia sudah menguras habis seluruh tenaganya.

Dia harus memulihkan stamina dalam waktu singkat saat berganti pakaian sebelum Task dimulai.

"Meski aku enggan untuk mengatakan kondisiku sempurna… tapi ini kesempatan langka, jadi aku ingin berusaha sebaik mungkin."

Meski situasinya berat, dia terlihat cukup antusias dan termotivasi.

"Aku akan menunggu di sana. Temui aku begitu kau selesai."

"Baik, Senpai!"

Setelah mengantarkan Nanase, aku memutuskan meninggalkan area pendaftaran Task.

Kali ini, aku ingin bertemu dengan seseorang. Bahkan, pertemuan dengan orang ini adalah tujuan utama kenapa aku datang jauh-jauh ke area awal.

Tidak lama setelah aku mencari, aku menemukan orang yang kucari sedang duduk anggun di kursi lipat di bawah payung pantai yang dipasang di pasir.

"Selamat siang, Ayanokouji-kun. Cuacanya sangat panas hari ini, bukan begitu?"

"Bagaimana keadaan mu, Sakayanagi?"

"Cukup baik, kurasa. Ichinose-san dan Shibata-kun berusaha sekuat tenaga demi diriku, jadi aku tidak bisa meminta lebih banyak lagi."

Ichinose dan Shibata adalah rekan satu kelompok Sakayanagi. Dia mengikuti ujian dalam keadaan setengah pensiun karena kakinya. Karena tidak bisa bergerak bersama kelompok, mereka hanya bisa mendapat maksimal 2 poin Bonus Kedatangan per satu area tujuan.

"Aku penasaran, apa kelompokmu bisa mendapatkan Bonus Early Bird?"

Jika satu anggota kelompok pensiun, mereka akan kehilangan hak mendapat Bonus Early Bird.

Namun, Sakayanagi adalah kasus khusus.

"Pihak sekolah dengan baik hati membuat pengecualian untuk kelompok ku. Bagaimanapun juga, bukan salah ku juga kalau aku terpaksa diam saja."

Meski saat ini kelompoknya bukan bagian dari sepuluh besar, kemungkinan sejauh ini mereka sudah mencetak hasil yang cukup baik.

"Boleh aku bertanya, apa yang membawamu ke area awal hari ini?"

"Ada beberapa alasan, tapi yang pertama tidak berjalan sesuai rencana."

Aku mengarahkan pandangan ke Task Open Water Swimming yang sebentar lagi akan dimulai.

"Sayangnya, tempat terakhir sudah diambil Kouenji."

"Pagi ini dia ada di peringkat keempat, dan sekarang sudah naik ke peringkat kedua? Teman sekelasmu itu, dia benar-benar luar biasa, ya?"

"Aku juga berpendapat begitu."

Sebagian besar kelompok teratas saling bersaing dengan selisih poin yang tipis. Jika Kouenji berhasil meraih peringkat pertama di Task renang ini, dia akan langsung melesat ke peringkat pertama.

"Masih ada sekitar setengah jam sebelum Task berakhir dan Nanase-san kembali, jadi kalau kamu mau, silakan bergabung denganku di sini. Tempat berteduh ini terasa sangat menyegarkan, aku jamin itu."



Dia memberi isyarat ke ruang kosong di bawah parasol, seolah memberi izin penuh padaku untuk berbagi tempat dengannya.

"Bagaimana kau tahu soal Nanase?"

"Karena aku menerima laporan rutin mengenai berbagai kejadian di pulau ini."

Sejauh ini aku memang beberapa kali berpapasan dengan murid-murid Kelas 2-A, jadi tidak aneh kalau ada yang melapor pada Sakayanagi yang menunggu di area awal. Lagipula, berjalan sendirian dengan seorang adik kelas—dan juga seorang gadis—memang mudah menarik perhatian dalam cara yang kurang baik.

"Yakin tidak apa-apa aku duduk di sini? Aku ini musuh, kau tahu."

Panas terik matahari begitu menyengat sampai tak ada alasan logis untuk berdiri setengah jam di bawah sinar matahari langsung.

Berdiri diam di bawah terik matahari hanya akan menguras stamina.

"Fufu, tentu saja. Tidak perlu sungkan."

Seolah-olah dia sedang berkata bahwa aku, yang bahkan bukan bagian dari sepuluh besar, sama sekali tak layak dianggap ancaman.

Saat aku masih mempertimbangkan tawarannya, para peserta yang mengikuti Tugas mulai berdatangan di tepi pantai dan bersiap masuk ke air.

Tak lama kemudian, lomba kategori putra pun dimulai.

"Kemenangan sepihak."

Kouenji langsung melesat dari garis awal dan berenang lurus menuju garis finis, meninggalkan semua peserta lain jauh di belakangnya. Dengan kata lain, meski sudah menguras banyak tenaga saat berkeliling area dengan cepat, dia masih punya cadangan stamina yang melimpah.

"Kelihatannya Kouenji-kun sangat termotivasi dalam ujian kali ini. Kelompok lain pasti menganggapnya sebagai ancaman besar."

Dalam ujian khusus kali ini, bisa dibilang dia adalah anggota yang sangat bisa diandalkan untuk Kelas 2-D.

"Sebenarnya, ada satu permintaan yang ingin kusampaikan padamu, Sakayanagi."

"Ayanokouji-kun sendiri yang meminta? Wah, menarik sekali. Tolong katakan apa itu."

Kebanyakan orang takkan mau mendengarkan permintaan dari seorang musuh, tapi mata Sakayanagi justru berkilau penuh antusias.

"Lima hari sudah berlalu sejak ujian dimulai, tapi baru ada dua orang yang mundur."

"Komiya-kun dan Kinoshita-san, bukan? Sepertinya banyak juga yang kamu tahu, ya."

"Kebetulan saja aku berada di sana saat mereka mundur."

Mendengar ini, Sakayanagi tampak terpesona sambil mengangguk pelan.

"Dari yang kulihat lewat peringkat, anggota mereka yang tersisa yaitu Shinohara-san tampaknya masih berusaha keras untuk bertahan… Kalau begitu, kurasa dia sekarang bekerja sama dengan orang lain demi bisa melanjutkan ujian, benar begitu?"

"Benar."

"Dengan kemampuannya, akan sangat sulit baginya untuk menghadapi paruh kedua ujian seorang diri. Idealnya, dia harus segera bergabung dengan kelompok lain… Ah, jadi itu maksudmu."

Meski aku belum menjelaskan banyak, dia sudah bisa menebak isi permintaanku. Dengan cepat ia melanjutkan:

"Jadi kamu ingin aku bekerja sama? Apa kamu sudah menemui Ryuuen-kun?”

"Dia sudah setuju dengan rencanaku. Tampaknya dia cukup menghargai Komiya dan Kinoshita."

"Begitu ya?"

Sakayanagi tersenyum tipis sambil menatapku dengan penuh keingintahuan.

"Wajar saja Ryuuen-kun mau membantu dalam situasi ini, tapi aku sendiri tidak melihat keuntungan apapun. Memang, ada baiknya mencegah Poin Kelas tahun kedua jatuh ke tangan angkatan lain. Tapi jujur saja, selama tak merugikan Kelas 2-A, aku rasa tak ada alasan untuk ikut campur."

Meskipun dia sudah mendengar permintaanku dengan sabar, itu belum pasti tanda persetujuan.

"Tapi, jika kamu mau bekerja sama denganku dengan syarat yang sama, aku tak keberatan membantumu."

Alih-alih mengabulkan permintaanku, Sakayanagi justru mengajukan tawaran balasan yang sangat masuk akal. Berkat intuisi cepatnya, sepertinya negosiasi ini bisa berakhir dengan singkat.

"Aku ingin menyetujui syaratmu, tapi untuk saat ini aku kekurangan tenaga."

"Aku bisa menunggu sampai kamu siap. Strategi ini memang butuh waktu dan tenaga untuk dijalankan, jadi semakin cepat kamu bergerak, semakin baik."

"Benar juga."

Selain itu, aku juga yakin Nagumo sudah menjalankan strategi serupa sejak awal.

Aku menduga taktik seperti ini akan semakin sering dipakai di paruh kedua ujian.

"Nanti aku akan menghubungimu lagi."

"Aku serahkan pilihan kurirmu padamu. Mau itu Horikita-san atau Ryuuen-kun, sama saja bagiku."

Aku mengangguk, lalu segera pamit. Aku sadar lebih baik tak berlama-lama bersama Sakayanagi.

Kalau ada yang melihatku duduk bersamanya, itu hanya akan memicu perhatian negatif.

Setelah itu, aku kembali menuju pusat pelabuhan.

Saat mendekat, aku melihat sekelompok murid tahun pertama sedang membeli berbagai persediaan dari Mashima-sensei. Tampaknya dialah yang bertugas menjual suplai.

Meski aku sendiri hampir tak punya Poin Perbekalan, aku memutuskan untuk ikut melihat-lihat.

"Halo."

"Ah, Ayanokouji. Pas sekali, aku memang ingin bicara denganmu. Pura-puralah melihat barang dagangan ini sambil mendengarkan."

Aku mengikuti saran itu, menundukkan pandangan ke barang-barang yang dipajang sambil mendekat padanya.

"Direktur sementara Tsukishiro sejauh ini belum melakukan tindakan yang mencurigakan, setidaknya sejak ujian dimulai. Aku tidak melihat adanya rencana intervensi terhadapmu."

"Jadi maksud anda aku tak perlu khawatir?"

"…Itu yang ingin kukatakan, tapi ada hal-hal kecil yang terasa janggal."

"Maksudnya?"

Aku terus mengamati barang-barang di depan mata, sesekali mengambil satu untuk diperiksa.

"Dalam ujian ini, tak ada yang tahu kapan murid bisa terkena bahaya. Kalau ada cedera serius yang butuh penanganan cepat, sekolah sudah menyiapkan perahu kecil dan helikopter untuk mempercepat proses penyelamatan."

"Kedengarannya cukup masuk akal."

Baik helikopter maupun perahu punya kegunaan masing-masing, jadi wajar jika keduanya dipersiapkan. Misalnya, bila seorang murid bermasalah di sisi pulau lain saat cuaca buruk, perahu lebih cocok. Tapi jika situasi darurat dan tiap detik berharga, helikopter lebih diperlukan.

"Awalnya, rencananya hanya membawa satu helikopter dan satu perahu. Tapi entah kenapa, sekarang jadi dua perahu. Setelah kucari tahu, ternyata Direktur Sementara yang mengatur ini, katanya demi alasan keselamatan."

Ternyata, Mashima-sensei tetap cermat memantau detail kecil sekalipun sambil mengawasi gerak-gerik Tsukishiro.

"Kalau begitu, mungkin saja dia memang mengantisipasi perlunya dua perahu sekaligus?"

"Mungkin juga begitu. Pada akhirnya, aku hanya merasa ini hal aneh yang harus kusampaikan padamu. Artikanlah sesukamu."

Yang tadinya hanya ada satu perahu penyelamat kecil sekarang jadi ada dua.

Namun, sekecil apapun ukurannya, perahu tetap akan terlihat jelas saat bergerak. Sulit membayangkan bisa meluncurkannya tanpa sinyal SOS dari murid. Yang lebih penting, meski perahu itu dipakai, apa hubungannya denganku?

"Biasanya, di mana Direktur Sementara menghabiskan waktunya?"

"Di tenda tempat peralatan pemantau dipasang, memastikan jam tangan murid tak bermasalah. Tentu saja ada staf lain juga di sana. Selain itu, dia kadang berkeliling pulau sekali atau dua kali sehari, bahkan sampai beberapa jam."

"Dia sendiri yang berpatroli keliling pulau?"

"Ya."

Meski tidak jelas apa yang dilakukannya, setidaknya ada satu hal pasti yang bisa kutangkap: dia pergi beberapa jam sehari di mana tak ada yang tahu keberadaannya.

"Bagaimanapun, aku punya firasat buruk tentang ini. Tetaplah waspada, Ayanokouji."

"Terima kasih sudah repot-repot memberiku peringatan ini."

Aku memang berniat untuk berusaha seteliti mungkin, tapi aku juga tak bisa melupakan ujian ini. Pada akhirnya, sewaspada apapun diri ku, aku tetap terikat oleh aturan Pergerakan Dasar.



...



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Classroom of the Elite 2nd Year Volume 2

Volume 2 Ilustrasi Prolog Chapter 1 Part 1 Chapter 1 Part 2 Chapter 1 Part 3 Chapter 1 Part 4 Chapter 1 Part 5 Chapter 2 Part 1 Chapter 2 Part 2 Chapter 2 Part 3 Chapter 3 Part 1 Chapter 3 Part 2 Chapter 3 Part 3 Chapter 3 Part 4 Chapter 3 Part 5 Chapter 3 Part 6 Chapter 3 Part 7 Chapter 3 Part 8 Chapter 3 Part 9 Chapter 3 Part 10 Chapter 3 Part 11 Chapter 4 Part 1 Chapter 4 Part 2 Chapter 4 Part 3 Chapter 4 Part 4 Chapter 4 Part 5 Chapter 4 Part 6 Chapter 4 Part 7 Chapter 5 Part 1 Chapter 5 Part 2 Chapter 5 Part 3 Chapter 5 Part 4 Epilog [PDF] SS Amasawa Ichika SS Horikita Suzune SS Tsubaki Sakurako SS Shiina Hiyori

Classroom of the Elite 2nd Year Volume 1

Volume 1 Prolog Chapter 1 Chapter 2 Chapter 3 Chapter 4 Chapter 5 Part 1 Chapter 5 Part 2 Chapter 5 Part 3 Chapter 5 Part 4 Chapter 6 Part 1 Chapter 6 Part 2 Epilog SS Horikita Suzune SS Nanase Tsubasa I SS Nanase Tsubasa II SS Karuizawa Kei

Classroom of the Elite 2nd Year Volume 2 Chapter 1 Part 1

Chpater 1 : Perubahan dalam Kehidupan Sekolah (Part 1) Pada hari itu, Kelas 2-D menghadapi situasi aneh yang belum pernah terjadi sebelumnya. Teruhiko Yukimura berkali-kali menghentakkan kakinya, sambil melihat ke arah pintu masuk kelas. "Bisakah kamu tenang sedikit? Ini bahkan belum sampai 5 menit sejak Kiyopon pergi. Dia dipanggil oleh sensei, kan? Berarti dia tidak akan kembali dalam waktu dekat." Hasebe Haruka, teman sekelas sekaligus teman terdekat, berkata begitu kepada Yukimura. Sakura Airi dan Miyake Akito duduk di sebelahnya. "Aku sudah tenang... tidak perlu khawatir," jawab Yukimura. Meskipun dia berhenti menghentakkan kaki, tidak lama setelah itu dia kembali tegang. Diam-diam dia mulai menghentakkan kakinya ke atas dan ke bawah, hingga menggesek celananya. Yukimura berencana untuk bicara dengan Ayanokouji sepulang sekolah, tapi dia menundanya karena kehadiran Horikita. Kemudian dia mendengar dari gadis itu bahwa Chabashira memanggilny...