Chapter 8 Part 1
Pagi hari ketujuh.
Sejauh ini, aku telah mengumpulkan total 67 poin.
Secara hipotetis, jika sebuah grup beranggotakan empat orang sama sekali tidak ikut serta dalam Task dan hanya fokus mengamankan Arrival Bonus, mereka akan memiliki 92 poin. Dari sudut pandang itu, skorku mungkin terlihat seolah aku berada dalam posisi sulit, tapi… ujian ini tidak sesederhana itu. Peringkat keseluruhanku terus naik selama beberapa hari terakhir, dan kini aku berada di urutan ke-51. Ini semakin menunjukkan betapa sulitnya untuk terus menjelajahi pulau tanpa sekalipun melewatkan area yang ditentukan.
Kemungkinan besar sekitar setengah dari semua grup sudah melaju penuh selama tiga atau empat hari pertama hingga akhirnya persediaan makanan dan air mereka habis. Lalu, ketika laju mereka mulai melambat di hari kelima, mereka mungkin mulai menargetkan pelabuhan untuk mencoba memulihkan kondisi.
Namun, tidaklah mudah bagi sebuah grup untuk bisa kembali dalam kondisi sempurna. Tekanan fisik dan rasa lelah yang terus menumpuk tidak akan hilang begitu saja. Belum lagi beban mental yang selalu menghantui saat harus menempuh perjalanan jarak jauh.
Selain itu, karena mereka tak punya pilihan lain selain mencoba mengurangi kehilangan poin akibat melewatkan area yang ditentukan, mereka mungkin harus mengambil langkah alternatif, seperti mengirim salah satu anggota grup untuk pergi sendirian menuju area tersebut. Meski begitu, cara ini hanya akan menghindari penalti, karena mereka tetap harus merelakan Early Bird Bonus dan hanya bisa mendapat satu poin saja dari Arrival Bonus.
Sebaliknya, aku berhasil mengatur tenagaku dengan baik. Kondisiku masih hampir sama seperti saat ujian dimulai.
Aku siap untuk meningkatkan ritme, sekarang ketika kami memasuki paruh kedua dari pertempuran ini.
Sementara itu, Kouenji terus melaju tanpa henti, dan tidak terlihat tanda-tanda bahwa ia akan melambat dalam waktu dekat.
Saat ini, ia menempati peringkat kedua di papan skor, hanya tertinggal delapan poin dari grup peringkat pertama, milik Nagumo.
Untuk grup tahun kedua di sepuluh besar, grup Ryuuen dan Katsuragi naik satu peringkat dan kini berada di posisi kesembilan.
Yah, terlepas dari semua itu─── setelah selesai membasuh muka di sungai, aku berbalik menatap tenda di belakangku.
Selama beberapa hari terakhir kami bepergian bersama, Nanase selalu bangun lebih awal.
Namun hari ini, meski jam sudah menunjukkan pukul 6:50 pagi, ia masih belum keluar dari tendanya. Aku jadi bertanya-tanya apakah ia hanya kebablasan tidur, atau ada perubahan pada kondisi kesehatannya.
Bagaimanapun juga, beban fisik yang harus ia tanggung pasti besar, mengingat perjalanan dan Task yang ia lakukan setiap hari.
Sambil mengeringkan wajah dengan handuk, aku mendekati tendanya dan dengan sengaja membuat suara cukup keras saat memeriksa tas untuk mengeluarkan tablet.
Mendengar suara itu, Nanase akhirnya keluar dari tendanya.
"... Selamat pagi, Ayanokouji-senpai."
"Ya, selamat pagi. Apa kau merasa baik-baik saja?"
"Eh? Ah, iya. Aku baik-baik saja. Sama sekali tidak ada masalah."
Padahal aku sempat menduga ia akan menunjukkan tanda-tanda kelelahan, baik dari kata-katanya maupun gerak-geriknya sama sekali tidak tampak demikian.
Ternyata, ia hanya kurang tidur, terlihat dari kantung tipis di bawah matanya.
"Tadi aku sudah mengecek papan peringkat selagi menunggu. Ada satu grup tahun pertama yang sejauh ini cukup menonjol."
Dari sepuluh grup teratas di papan skor, ada enam grup tahun ketiga, tiga grup tahun kedua, dan hanya satu dari tahun pertama.
Sejauh ini, papan skor itu benar-benar mencerminkan kekuatan siswa senior yang lebih berpengalaman.
"Grup yang menonjol itu milik Utomiya-kun dan Yagami-kun, kan?"
Kemarin mereka berada di posisi ketujuh, dan pagi ini mereka sudah naik ke urutan keenam.
Grup itu terdiri dari tiga anak laki-laki: Takahashi Osamu dari Kelas 1-A, Yagami Takuya dari Kelas 1-B, dan Utomiya Riku dari Kelas 1-C.
"Di antara semua grup tahun pertama, yah... memang jelas, mereka salah satu yang terbaik."
Meski ia mengucapkan kata-kata ‘salah satu yang terbaik’, jawabannya terdengar cukup datar.
"Sebagai anggota Kelas 1-D, jujur saja, agak sulit bagiku untuk benar-benar mendukung mereka sepenuh hati."
"Begitu ya. Wajar saja kalau begitu."
Melihat situasinya, kemungkinan besar Kelas 1-D lebih rela melihat para siswa dari tahun lain yang sukses, daripada melihat grup Takahashi berhasil masuk tiga besar.
"Meski begitu, para senpai tahun ketiga memang luar biasa ya? Dari Kelas 3-A sampai Kelas 3-D, semuanya punya perwakilan di sepuluh besar."
Itu juga sesuatu yang membuatku cukup terkesan.
Pagi ini, jumlah grup tahun ketiga di sepuluh besar meningkat menjadi enam, dengan grup Nagumo di peringkat pertama yang jelas-jelas membuka jalan.
Mereka bukan hanya ikut serta di lebih banyak Task dibanding grup lain, tapi juga memiliki jumlah kemenangan peringkat pertama yang luar biasa banyak.
Seolah-olah ia ingin menunjukkan kegigihan siswa tahun ketiga kepada kami semua.
"Kalau dipikir-pikir, Ayanokouji-senpai juga hebat, ya. Meski sendirian, Senpai berhasil mengumpulkan cukup banyak poin."
"Itu memang benar, tapi dari posisiku sekarang tidak mudah untuk menembus peringkat atas. Pada akhirnya, kalau tidak masuk tiga besar, kita tidak akan mendapatkan hadiah yang berarti."
Menghindari dikeluarkan dan hanya menerima hadiah untuk 50% grup teratas saja jelas tidak cukup.
Itu bahkan mungkin tak cukup untuk membayar kembali poin yang kupinjam dari Horikita.
"Walaupun Senpai bilang itu tidak mudah, tapi Senpai terlihat tidak terlalu cemas soal itu."
"Aku hanya berharap ada keajaiban. Cepat atau lambat, pasti akan ada beberapa grup yang mulai mundur."
"...Benar juga, kurasa begitu."
Percakapan kami berakhir, dan hampir bersamaan kami menengadah menatap langit.
Enam hari terakhir ini, kami selalu diberkahi cuaca yang hampir sempurna. Tapi mulai hari ini, sepertinya akan berbeda jauh.
Awan tebal berwarna abu-abu menutupi langit, tampak seperti hujan deras bisa turun kapan saja. Dari ramalan cuaca yang kulihat, hujan akan turun pagi ini, artinya kami hanya punya sisa waktu paling lama dua sampai tiga jam.
Aku sendiri belum pernah menggunakan poin persediaanku untuk membeli perlengkapan hujan. Jika pakaian dan sepatuku basah kuyup, aku harus menghabiskan energi ekstra untuk menghadapi tambahan beban serta suhu yang lebih rendah. Belum lagi tanah yang becek akan menghambat kecepatan perjalanan, membuat perjalanan tanpa perlengkapan jadi lebih berat.
Kami juga tak bisa mengecek peringkat grup lain yang tidak masuk sepuluh besar atau sepuluh terbawah.
Karena itu, aku jadi memikirkan keadaan Horikita, yang juga bepergian sendirian. Sejak percakapan kami di awal ujian, aku sama sekali belum bertemu dengannya. Kalau dia jatuh sakit atau cedera, maka semuanya akan berakhir baginya.
Bagaimanapun juga, aku ingin segera menyelesaikan area pertama yang ditentukan sebelum cuaca semakin memburuk.
Setelah kami selesai berkemas, aku memeriksa area mana yang ditunjuk pertama.
Untungnya, penunjukan pertama hari ini berada di dekat area C3.
Dari tempat kami sekarang, seharusnya tidak butuh waktu lama untuk mencapainya.
Namun, tepat ketika aku hendak menyimpan tablet, sebuah notifikasi muncul di layar.
Kalau aku tidak salah, sekolah memang akan mengirim pesan global seperti ini untuk menghubungi kami.
『Bergantung pada kondisi cuaca, Basic Movement dan Task mungkin akan dihentikan sementara hingga pemberitahuan lebih lanjut. Mohon perhatikan tablet masing-masing untuk pembaruan berikutnya.』
Sepertinya cuaca memaksa pihak sekolah untuk mengambil keputusan sulit terkait kelanjutan ujian ini.
Kehilangan kesempatan mengumpulkan poin dalam waktu lama bisa menjadi fatal bagi grup dengan peringkat bawah.
Kelihatannya sekolah tidak akan membuat keputusan sampai benar-benar terpaksa.
"Oke, ayo pergi."
Setelah berjalan beberapa langkah, aku sadar Nanase tidak mengikutiku. Saat menoleh ke belakang, aku melihatnya berdiri melamun, seakan tidak sadar aku sudah mulai berjalan.
"Nanase?"
Barulah setelah kupanggil namanya, ia tersadar bahwa dirinya tertinggal.
"Maaf, aku menyusul sekarang!"
Ia buru-buru meminta maaf sambil berlari menghampiriku.
Jika tidak ada masalah dengan kondisi fisiknya, maka kemungkinan besar ada sesuatu yang mengganjal dalam pikirannya hingga membuatnya bersikap begitu.
Bagaimanapun, satu hal yang bisa kupastikan adalah ada sesuatu dalam dirinya yang sedikit berubah sejak kemarin.
Meski tidak ada perubahan berarti dalam cara kami berinteraksi...
Lagipula, aku juga tidak berpikir ia sempat melakukan kontak dengan pihak ketiga...
...
Komentar
Posting Komentar
Tulis komentar