Chapter 5 : Kelas D dengan Kelas D
Pada hari sabtu, Keyaki Mall dipenuhi oleh siswa.
Khususnya siswa yang sudah mendapatkan pasangan untuk ujian khusus, mereka tidak perlu lagi mengkhawatirkan hal itu sehingga bisa menghabiskan waktu untuk bersantai dan belajar dengan teman-teman mereka demi menghadapi ujian tertulis yang akan datang. Tidak semua siswa tahun pertama berinteraksi denganku, tapi ada beberapa siswa yang mendekatiku, mungkin siswa White Room bisa ditemukan diantara mereka. Tapi tidak ada tanda-tanda akan hal itu.
Satu-satunya cara untuk melakukan itu adalah berinteraksi dengan Nanase di perpustakaan. Mungkin sepanjang waktu ini, seseorang yang dekat dengan Tsukishiro telah mengajarinya untuk berprilaku seperti siswa. Tidak masalah bila itu tipe biasa atau tidak.
Dia benar-benar menyembunyikan identitasnya sebagai siswa White Room.
Tindakannya sedikit mirip dengan diriku setahun yang lalu, saat baru memasuki sekolah.
Kerugian dan kesalahan dibesarkan tanpa mengetahui dunia sama sekali.
Ketidaktahuan tentang sepeti apa siswa itu.
Aku tidak mempelajarinya, karena di White Room aku tidak perlu untuk pergi ke sekolah.
Itulah sebabnya aku memutuskan untuk membangun kepribadian lain.
Aku mencoba berbagai hal, seperti.. berbicara lebih sering dari biasanya dan mengubah nada bicaraku.
Aku menjadi siswa yang sedikit kurang ajar dengan cara pandang yang agak mengasyikkan.
Namun... Karena sulit untuk bertindak, aku segera kembali menjadi diriku yang asli.
Sebab aku mengerti bahwa aku masih bisa bergaul sebagai siswa disekolah ini tanpa harus menyembunyikan kepribadianku. Tapi, orang yang dikirim kali ini berbeda.
Dia pura-pura berprilaku sebagai siswa agar aku tidak menyadarinya. Aku tidak tahu apakah dia berperan sebagai siswa biasa atau siswa tanpa kepribadian. Aku khawatir itu tidak akan mudah dipecahkan.
Tidak peduli apakah dia laki-laki atau perempuan, aku tidak boleh meremehkannya karena dia berhasil selamat dari dunia itu.
Aku yakin dapat bersaing dengannya satu sama lain dalam keterampilan individu, tapi saat ini aku terpaksa bertahan, ini merupakan situasi yang tidak menguntungkan. Dia bisa saja memaksaku keluar dari sekolah dengan cara apapun, karena itulah aku harus mengetahui strateginya dan mempersiapkan tindakan pencegahan.
Dalam perjalanan pulang, aku bertemu dengan Sakayanagi.
"Ayanokouji-kun, belakangan ini kamu terlibat aktif di kelasmu."
"Aku hanya bekerja sama dengan Horikita untuk menemukan pasangan untuk Sudou dan Ike. Karena dalam ujian khusus ini, siswa dengan nilai rendah akan dikeluarkan dari sekolah."
"Aku mengerti. Jika mereka tidak mendapatkan pasangan yang berbakat, mereka beresiko dikeluarkan dari sekolah."
"Tapi, apa hanya itu saja?"
Meskipun Sakayanagi terlihat menerimanya, pembicaraan ini tampaknya belum berakhir.
"Apa maksudmu?"
"Siswa White Room... Atau seorang penjahat telah dikirim kemari dan berperan menjadi siswa kelas satu untuk mengeluarkan Ayanokouji-kun dari sekolah. Meskipun kamu mendapatkan nilai sempurna, jika pasanganmu mendapatkan nilai 0 poin, kamu dan pasanganmu akan dikeluarkan dari sekolah. Aku merasa ini adalah ujian yang merepotkan."
Aku mencoba berpura-pura bodoh, tapi aku memahami ceritanya, tampaknya itu lebih dari sekedar pemikiran.
"Bukankah kamu ingin mempertahankan keseharianmu yang damai disekolah ini? Jika orang lain tertarik pada Ayanokouji-kun, mereka akan membiarkan kemampuanmu diketahui. Jika kamu ingin mempertahankannya, kamu akan selalu merasa khawatir."
"Maka aku tidak perlu khawatir akan hal itu."
"Bolehkah aku mendengar alasannya?"
"Aku akan membuang pemikiran lamaku. Aku tidak akan menahan diri lagi."
Melanjutkan kehidupan sekolah disini adalah prioritas utama bagiku sekarang.
Jika aku masih bertindak setengah-setengah, mungkin aku akan dikeluarkan dari sekolah.
"Aku mengerti. Karena kamu sudah menunjukkan beberapa kemampuanmu pada orang-orang tertentu, termasuk Mashima-sensei, jadi akan lebih mudah bagimu untuk mengungkapkan semua kemampuanmu."
Setelah mendengarkan perkataanku, Sakayanagi menanggapinya dengan gembira.
"Sekarang kita beralih ke topik utamanya. Jika kamu belum memutuskan pasangan, bisakah aku membantumu untuk menghemat waktu? Aku memiliki sedikit informasi mengenai siswa tahun pertama yang belum memutuskan pasangan. Mereka tidak akan memberi efek buruk untukmu, Ayanokouji-kun."
Tampaknya hingga tahap ini, Sakayanagi sudah menyelidiki para siswa tahun pertama.
"Kau cukup baik hati. Tapi aku tidak membutuhkannya."
"Apa kamu tidak percaya pada penilaianku?"
Aku sudah melihat situasi dimana aku harus membuat keputusan.
"Aku mengakui kemampuanmu. Tapi aku akan memutuskan nasibku sendiri."
Jika aku dikeluarkan setelah menyerahkan keputusan untuk diriku kepada orang lain, aku hanya akan menyesalinya.
"Lagipula aku sudah menetapkan kebijakan untuk bertarung hingga batas tertentu."
"Begitukah? Kalau begitu, aku akan berhenti mengatakan hal yang tidak perlu. Aku akan melihat pertarungan Ayanokouji-kun dari kejauhan. Aku akan menantikan pertandingan ulang kita dilain waktu."
Kemudian Sakayanagi menundukkan kepalanya dan pergi dari hadapanku. Aku tidak pernah berpikir bahwa aku akan dikeluarkan dari sekolah. Dalam arti tertentu, aku memiliki kepercayaan diri yang tinggi.
Pada hari sabtu, Keyaki Mall dipenuhi oleh siswa.
Khususnya siswa yang sudah mendapatkan pasangan untuk ujian khusus, mereka tidak perlu lagi mengkhawatirkan hal itu sehingga bisa menghabiskan waktu untuk bersantai dan belajar dengan teman-teman mereka demi menghadapi ujian tertulis yang akan datang. Tidak semua siswa tahun pertama berinteraksi denganku, tapi ada beberapa siswa yang mendekatiku, mungkin siswa White Room bisa ditemukan diantara mereka. Tapi tidak ada tanda-tanda akan hal itu.
Satu-satunya cara untuk melakukan itu adalah berinteraksi dengan Nanase di perpustakaan. Mungkin sepanjang waktu ini, seseorang yang dekat dengan Tsukishiro telah mengajarinya untuk berprilaku seperti siswa. Tidak masalah bila itu tipe biasa atau tidak.
Dia benar-benar menyembunyikan identitasnya sebagai siswa White Room.
Tindakannya sedikit mirip dengan diriku setahun yang lalu, saat baru memasuki sekolah.
Kerugian dan kesalahan dibesarkan tanpa mengetahui dunia sama sekali.
Ketidaktahuan tentang sepeti apa siswa itu.
Aku tidak mempelajarinya, karena di White Room aku tidak perlu untuk pergi ke sekolah.
Itulah sebabnya aku memutuskan untuk membangun kepribadian lain.
Aku mencoba berbagai hal, seperti.. berbicara lebih sering dari biasanya dan mengubah nada bicaraku.
Aku menjadi siswa yang sedikit kurang ajar dengan cara pandang yang agak mengasyikkan.
Namun... Karena sulit untuk bertindak, aku segera kembali menjadi diriku yang asli.
Sebab aku mengerti bahwa aku masih bisa bergaul sebagai siswa disekolah ini tanpa harus menyembunyikan kepribadianku. Tapi, orang yang dikirim kali ini berbeda.
Dia pura-pura berprilaku sebagai siswa agar aku tidak menyadarinya. Aku tidak tahu apakah dia berperan sebagai siswa biasa atau siswa tanpa kepribadian. Aku khawatir itu tidak akan mudah dipecahkan.
Tidak peduli apakah dia laki-laki atau perempuan, aku tidak boleh meremehkannya karena dia berhasil selamat dari dunia itu.
Aku yakin dapat bersaing dengannya satu sama lain dalam keterampilan individu, tapi saat ini aku terpaksa bertahan, ini merupakan situasi yang tidak menguntungkan. Dia bisa saja memaksaku keluar dari sekolah dengan cara apapun, karena itulah aku harus mengetahui strateginya dan mempersiapkan tindakan pencegahan.
Dalam perjalanan pulang, aku bertemu dengan Sakayanagi.
"Ayanokouji-kun, belakangan ini kamu terlibat aktif di kelasmu."
"Aku hanya bekerja sama dengan Horikita untuk menemukan pasangan untuk Sudou dan Ike. Karena dalam ujian khusus ini, siswa dengan nilai rendah akan dikeluarkan dari sekolah."
"Aku mengerti. Jika mereka tidak mendapatkan pasangan yang berbakat, mereka beresiko dikeluarkan dari sekolah."
"Tapi, apa hanya itu saja?"
Meskipun Sakayanagi terlihat menerimanya, pembicaraan ini tampaknya belum berakhir.
"Apa maksudmu?"
"Siswa White Room... Atau seorang penjahat telah dikirim kemari dan berperan menjadi siswa kelas satu untuk mengeluarkan Ayanokouji-kun dari sekolah. Meskipun kamu mendapatkan nilai sempurna, jika pasanganmu mendapatkan nilai 0 poin, kamu dan pasanganmu akan dikeluarkan dari sekolah. Aku merasa ini adalah ujian yang merepotkan."
Aku mencoba berpura-pura bodoh, tapi aku memahami ceritanya, tampaknya itu lebih dari sekedar pemikiran.
"Bukankah kamu ingin mempertahankan keseharianmu yang damai disekolah ini? Jika orang lain tertarik pada Ayanokouji-kun, mereka akan membiarkan kemampuanmu diketahui. Jika kamu ingin mempertahankannya, kamu akan selalu merasa khawatir."
"Maka aku tidak perlu khawatir akan hal itu."
"Bolehkah aku mendengar alasannya?"
"Aku akan membuang pemikiran lamaku. Aku tidak akan menahan diri lagi."
Melanjutkan kehidupan sekolah disini adalah prioritas utama bagiku sekarang.
Jika aku masih bertindak setengah-setengah, mungkin aku akan dikeluarkan dari sekolah.
"Aku mengerti. Karena kamu sudah menunjukkan beberapa kemampuanmu pada orang-orang tertentu, termasuk Mashima-sensei, jadi akan lebih mudah bagimu untuk mengungkapkan semua kemampuanmu."
Setelah mendengarkan perkataanku, Sakayanagi menanggapinya dengan gembira.
"Sekarang kita beralih ke topik utamanya. Jika kamu belum memutuskan pasangan, bisakah aku membantumu untuk menghemat waktu? Aku memiliki sedikit informasi mengenai siswa tahun pertama yang belum memutuskan pasangan. Mereka tidak akan memberi efek buruk untukmu, Ayanokouji-kun."
Tampaknya hingga tahap ini, Sakayanagi sudah menyelidiki para siswa tahun pertama.
"Kau cukup baik hati. Tapi aku tidak membutuhkannya."
"Apa kamu tidak percaya pada penilaianku?"
Aku sudah melihat situasi dimana aku harus membuat keputusan.
"Aku mengakui kemampuanmu. Tapi aku akan memutuskan nasibku sendiri."
Jika aku dikeluarkan setelah menyerahkan keputusan untuk diriku kepada orang lain, aku hanya akan menyesalinya.
"Lagipula aku sudah menetapkan kebijakan untuk bertarung hingga batas tertentu."
"Begitukah? Kalau begitu, aku akan berhenti mengatakan hal yang tidak perlu. Aku akan melihat pertarungan Ayanokouji-kun dari kejauhan. Aku akan menantikan pertandingan ulang kita dilain waktu."
Kemudian Sakayanagi menundukkan kepalanya dan pergi dari hadapanku. Aku tidak pernah berpikir bahwa aku akan dikeluarkan dari sekolah. Dalam arti tertentu, aku memiliki kepercayaan diri yang tinggi.
***
Ketika aku dalam perjalanan pulang dari Keyaki Mall, terdengar suara seseorang memanggilku dari belakang.
"Um, bisa bicara sebentar?"
Ketika aku melihat kebelakang, ada seorang pria dan wanita yang menatapku. Wanita itu mengarahkan pandangannya antara aku dan ponselnya... Dia adalah Tsubaki Sakurako. Dan yang pria adalah Utomiya Riku, mereka berdua berada di kelas yang sama, Kelas C tahun pertama.
"Siswa Kelas D tahun kedua... Ayanokouji-senpai, kan?"
Aku tidak bisa melihat layar ponselnya, tapi dia sepertinya sedang membuka aplikasi OAA.
"Namaku Utomiya dan dia adalah Tsubaki. Apa kita bisa membicarakan tentang pasangan sebentar?"
"Pasangan?"
"Ya. Sekarang aku sedang mencari senpai berkemampuan akademik C atau lebih tinggi yang mau bekerja sama."
Perkembangan situasi ini terlalu tiba-tiba, dia seolah-olah menungguku dengan alasan mencari pasangan.
Apa aku harus mempertimbangkan orang yang berinteraksi secara terang-terangan adalah orang yang berbahaya? Atau sebaliknya?
Tidak, malah akan lebih berbahaya untuk menebak hanya berdasarkan itu saja.
"Aku juga kesulitan dalam mencari pasangan. Bolehkah aku bertanya padamu?"
Aplikasi OAA menampilkan wajah, nama dan nilai siswa, tapi tidak dengan kepribadian mereka. Itu sebabnya kami harus menilainya sendiri dengan bertemu dan berbicara secara langsung untuk membangun rasa saling percaya.
Meskipun Utomiya sudah memiliki pasangan, tapi Tsubaki belum memilikinya, ini kebetulan
Kemampuan akademiknya kurang lebih C, jadi dia harus berpasangan dengan siswa tahun kedua yang memiliki kemampuan akademik C atau lebih tinggi. Mereka sepertinya sedang mencari siswa tersebut. Tapi.. apa pasangan itu untuk Tsubaki? Atau teman sekelas mereka yang lain?
"Tidak baik bicara sambil berdiri, bagaimana kalau kita pindah ke kafe?"
Utomiya mengajukan saran dengan kata-kata sopan.
Jelas ini bukan sesuatu yang bisa diputuskan dalam waktu satu atau dua menit, jadi aku menerima sarannya untuk pindah tempat.
Meskipun kafe dikerumuni banyak orang, kami mendapatkan meja kosong disudut ruangan.
"Langsung saja ke intinya, bisakah kau mengatakannya?"
Utomiya mengalihkan pandangannya ke arah Tsubaki dan memberi isyarat padanya untuk berbicara.
"Aku tidak suka memberi dan diberi, aku ingin membangun hubungan yang baik dan utuh."
Tsubaki mengatakan itu sambil melihat kuku jari tangannya.
Kemampuan akademik C dan C jelas merupakan kesalahan.
Hampir tidak ada yang superior atau inferior.
"Ada yang membuatku penasaran, bolehkah aku menanyakannya?"
"Tentu."
"Persentase siswa berkemampuan akademik C adalah yang tertinggi. Kenapa kau tidak segera memutuskan pasangan?"
Jika dia melakukannya, dia tidak bisa mendapatkan nilai yang tinggi, tapi dia bisa menghindari hukuman.
Beberapa siswa tahun kedua juga akan senang berpasangan dengan Tsubaki. (Tl : Ya iyalah karena dia cantik, ops:v)
Ada kemungkinan situasi berubah di babak kedua, tapi dia masih tidak mau menerimanya.
"Itu..."
Utomiya akan mengatakan sesuatu.
Tsubaki melihatnya dan untuk pertama kalinya, dia menatap langsung wajahku.
"Maaf. Itu salahku, karena aku tidak mengatakan apa-apa."
Dimulai dengan kata-kata itu, Utomiya menambahkannya.
"Awalnya, Tsubaki tidak berkonsultasi dengan siapapun mengenai pasangan. Kemarin, Tsubaki mulai khawatir dan bertanya kepadaku..."
Jadi karena itu, Utomiya mulai bertindak untuk mencari pasangan Tsubaki.
Kebanyakan siswa Kelas 1C telah memutuskan pasangan.
Waktu yang tersisa tinggal satu minggu lagi, wajar jika mereka bertindak dengan terburu-buru.
"Penalti 5% cukup berbahaya untuk Tsubaki."
Itu sebabnya dia mendekatiku yang memiliki kemampuan akademik C.
Jika situasiku saat ini normal, aku akan menerimanya tanpa ragu sedikitpun.
Ada alasan kenapa aku tidak segera membuat keputusan. Karena situasi ini sangat mirip dengan pola yang kubayangkan ketika pertama kali mendengar peraturan dalam ujian khusus ini.
Aku adalah seorang siswa akademik C, *dan aku adalah siswa yang kemungkinan besar akan diundang banyak orang.*
(Tl : * Imo)
Dan sekarang, Tsubaki yang memiliki akademik C datang kepadaku meminta untuk berpasangan.
Ini pertama kalinya aku bertemu dengan Tsubaki dan Utomiya. Aku harus menyelidiki mereka berdua terlebih dahulu.
"Aku ingin bertanya kepadamu, kau bilang sedang mencari pasangan, kan? Berapa banyak orang yang kau temui sebelum aku?"
Aku akan membahas bagian itu terlebih dahulu, tapi jawaban yang tak terduga datang dari Utomiya.
"Maaf kalau aku menggunakan kalimat yang agak terdengar pengecut. Sebenarnya, Ayanokouji-senpai adalah orang yang pertama."
Utomiya minta maaf seolah menolak pemikiran ini.
"Kalau Ayanokouji-senpai tidak mau bekerja sama, aku akan mencari yang lain."
"Kebetulan aku adalah orang pertama yang kau ajak bicara."
"Itu kebetulan, tapi ada pula alasan kenapa Ayanokouji-senpai yang pertama. Jika aku bertanya kepada Kelas 2A atau Kelas 2C, mereka mungkin akan meminta poin pribadi."
Aku mengerti. Sekarang, siswa tahun kedua membayar siswa tahun pertama untuk bekerja sama.
Dalam situasi itu, tidak mengherankan jika siswa tahun kedua meminta poin pribadi untuk mau berpasangan dengan Tsubaki. Tapi sebenarnya Tsubaki tidak perlu berpasangan dengan siswa tahun kedua yang memiliki kemampuan akademik tinggi. Masih banyak siswa lainnya, kemungkinan besar dia bisa mendapatkan pasangan dengan mudah. Dia tidak perlu khawatir.
Secara objektif, tidak ada alasan bagiku untuk menolak kerja sama dengan Tsubaki.
Lagipula pilihan yang tersedia sudah terbatas.
"Aku memang belum berpasangan, tapi aku sudah menemukan siswa yang akan menjadi kandidat. Saat ini, kami sedang mendiskusikannya untuk melihat apakah kami benar-benar bisa bekerja sama."
Setengah dari perkataanku itu adalah kebohongan, tapi tidak ada cara bagi mereka untuk mengkonfirmasinya.
Dan bila mundur dengan cepat disini, kemungkinan menjadi putih meningkat.
"Jadi begitu, ya... Aku mengerti."
Utomiya melirik Tsubaki yang terlihat kesulitan.
"Yah, apa boleh buat. Kurasa lebih baik kita mencari yang lain."
Ketika Tsubaki mengetahui bahwa aku memiliki calon pasangan, dia mencoba untuk menyerah.
"Untuk referensi... Dengan siapa kau akan berpasangan?"
Ketika dia sudah menyerah, Utomiya mengajukan pertanyaan itu.
"Aku tidak bisa mengatakannya. Tapi satu hal yang pasti, dia bukanlah siswa Kelas C tahun pertama."
Dia mungkin mengerti kenapa aku tidak bisa menjelaskannya secara detail.
Karena 'mereka' sedang bersaing, aku tidak bisa sembarangan memberi informasi.
(Tl note : ' siswa tahun pertama dengan siswa tahun pertama lainnya, contohnya.. Kelas C dengan Kelas B)
"Ayo kita pergi, Utomiya. Tidak baik menghabiskan waktu Ayanokouji-senpai."
"...Ya."
Aku berterima kasih mereka telah mengajakku untuk bekerja sama, tapi aku tidak bisa membuat keputusan dengan cepat.
Data Tsubaki Sakurako terlalu sedikit.
"Setidaknya, terimalah kontakku ini."
Utomiya memberiku selembar kertas yang berisi informasi kontaknya, aku yakin ini sudah disiapkan sebelumnya.
"Aku memang menolaknya, tapi mungkin aku berubah pikiran. Jika saat itu kau masih mau bernegosiasi denganku, aku akan menghubungimu."
"Aku mengerti. Ayo kita pergi Tsubaki."
Tsubaki meletakkan tangannya atas kata-kata Utomiya, lalu dia berdiri dari kursinya.
Kemudian, dia menundukkan kepalanya sedikit dan pergi dengan Utomiya. Sepertinya mereka akan mencari kandidat lain.
"Tsubaki Sakurako dan Utomiya Riku, aku akan mengingatnya."
Aku melepaskan kesempatan untuk mengidentifikasi pasangan, tindakanku dimasa depan akan menjadi penting.
Aku tidak bisa tertawa jika aku menarik lotre dari para siswa baru.
Aku tidak bisa melihat layar ponselnya, tapi dia sepertinya sedang membuka aplikasi OAA.
"Namaku Utomiya dan dia adalah Tsubaki. Apa kita bisa membicarakan tentang pasangan sebentar?"
"Pasangan?"
"Ya. Sekarang aku sedang mencari senpai berkemampuan akademik C atau lebih tinggi yang mau bekerja sama."
Perkembangan situasi ini terlalu tiba-tiba, dia seolah-olah menungguku dengan alasan mencari pasangan.
Apa aku harus mempertimbangkan orang yang berinteraksi secara terang-terangan adalah orang yang berbahaya? Atau sebaliknya?
Tidak, malah akan lebih berbahaya untuk menebak hanya berdasarkan itu saja.
"Aku juga kesulitan dalam mencari pasangan. Bolehkah aku bertanya padamu?"
Aplikasi OAA menampilkan wajah, nama dan nilai siswa, tapi tidak dengan kepribadian mereka. Itu sebabnya kami harus menilainya sendiri dengan bertemu dan berbicara secara langsung untuk membangun rasa saling percaya.
Meskipun Utomiya sudah memiliki pasangan, tapi Tsubaki belum memilikinya, ini kebetulan
Kemampuan akademiknya kurang lebih C, jadi dia harus berpasangan dengan siswa tahun kedua yang memiliki kemampuan akademik C atau lebih tinggi. Mereka sepertinya sedang mencari siswa tersebut. Tapi.. apa pasangan itu untuk Tsubaki? Atau teman sekelas mereka yang lain?
"Tidak baik bicara sambil berdiri, bagaimana kalau kita pindah ke kafe?"
Utomiya mengajukan saran dengan kata-kata sopan.
Jelas ini bukan sesuatu yang bisa diputuskan dalam waktu satu atau dua menit, jadi aku menerima sarannya untuk pindah tempat.
Meskipun kafe dikerumuni banyak orang, kami mendapatkan meja kosong disudut ruangan.
"Langsung saja ke intinya, bisakah kau mengatakannya?"
Utomiya mengalihkan pandangannya ke arah Tsubaki dan memberi isyarat padanya untuk berbicara.
"Aku tidak suka memberi dan diberi, aku ingin membangun hubungan yang baik dan utuh."
Tsubaki mengatakan itu sambil melihat kuku jari tangannya.
Kemampuan akademik C dan C jelas merupakan kesalahan.
Hampir tidak ada yang superior atau inferior.
"Ada yang membuatku penasaran, bolehkah aku menanyakannya?"
"Tentu."
"Persentase siswa berkemampuan akademik C adalah yang tertinggi. Kenapa kau tidak segera memutuskan pasangan?"
Jika dia melakukannya, dia tidak bisa mendapatkan nilai yang tinggi, tapi dia bisa menghindari hukuman.
Beberapa siswa tahun kedua juga akan senang berpasangan dengan Tsubaki. (Tl : Ya iyalah karena dia cantik, ops:v)
Ada kemungkinan situasi berubah di babak kedua, tapi dia masih tidak mau menerimanya.
"Itu..."
Utomiya akan mengatakan sesuatu.
Tsubaki melihatnya dan untuk pertama kalinya, dia menatap langsung wajahku.
"Maaf. Itu salahku, karena aku tidak mengatakan apa-apa."
Dimulai dengan kata-kata itu, Utomiya menambahkannya.
"Awalnya, Tsubaki tidak berkonsultasi dengan siapapun mengenai pasangan. Kemarin, Tsubaki mulai khawatir dan bertanya kepadaku..."
Jadi karena itu, Utomiya mulai bertindak untuk mencari pasangan Tsubaki.
Kebanyakan siswa Kelas 1C telah memutuskan pasangan.
Waktu yang tersisa tinggal satu minggu lagi, wajar jika mereka bertindak dengan terburu-buru.
"Penalti 5% cukup berbahaya untuk Tsubaki."
Itu sebabnya dia mendekatiku yang memiliki kemampuan akademik C.
Jika situasiku saat ini normal, aku akan menerimanya tanpa ragu sedikitpun.
Ada alasan kenapa aku tidak segera membuat keputusan. Karena situasi ini sangat mirip dengan pola yang kubayangkan ketika pertama kali mendengar peraturan dalam ujian khusus ini.
Aku adalah seorang siswa akademik C, *dan aku adalah siswa yang kemungkinan besar akan diundang banyak orang.*
(Tl : * Imo)
Dan sekarang, Tsubaki yang memiliki akademik C datang kepadaku meminta untuk berpasangan.
Ini pertama kalinya aku bertemu dengan Tsubaki dan Utomiya. Aku harus menyelidiki mereka berdua terlebih dahulu.
"Aku ingin bertanya kepadamu, kau bilang sedang mencari pasangan, kan? Berapa banyak orang yang kau temui sebelum aku?"
Aku akan membahas bagian itu terlebih dahulu, tapi jawaban yang tak terduga datang dari Utomiya.
"Maaf kalau aku menggunakan kalimat yang agak terdengar pengecut. Sebenarnya, Ayanokouji-senpai adalah orang yang pertama."
Utomiya minta maaf seolah menolak pemikiran ini.
"Kalau Ayanokouji-senpai tidak mau bekerja sama, aku akan mencari yang lain."
"Kebetulan aku adalah orang pertama yang kau ajak bicara."
"Itu kebetulan, tapi ada pula alasan kenapa Ayanokouji-senpai yang pertama. Jika aku bertanya kepada Kelas 2A atau Kelas 2C, mereka mungkin akan meminta poin pribadi."
Aku mengerti. Sekarang, siswa tahun kedua membayar siswa tahun pertama untuk bekerja sama.
Dalam situasi itu, tidak mengherankan jika siswa tahun kedua meminta poin pribadi untuk mau berpasangan dengan Tsubaki. Tapi sebenarnya Tsubaki tidak perlu berpasangan dengan siswa tahun kedua yang memiliki kemampuan akademik tinggi. Masih banyak siswa lainnya, kemungkinan besar dia bisa mendapatkan pasangan dengan mudah. Dia tidak perlu khawatir.
Secara objektif, tidak ada alasan bagiku untuk menolak kerja sama dengan Tsubaki.
Lagipula pilihan yang tersedia sudah terbatas.
"Aku memang belum berpasangan, tapi aku sudah menemukan siswa yang akan menjadi kandidat. Saat ini, kami sedang mendiskusikannya untuk melihat apakah kami benar-benar bisa bekerja sama."
Setengah dari perkataanku itu adalah kebohongan, tapi tidak ada cara bagi mereka untuk mengkonfirmasinya.
Dan bila mundur dengan cepat disini, kemungkinan menjadi putih meningkat.
"Jadi begitu, ya... Aku mengerti."
Utomiya melirik Tsubaki yang terlihat kesulitan.
"Yah, apa boleh buat. Kurasa lebih baik kita mencari yang lain."
Ketika Tsubaki mengetahui bahwa aku memiliki calon pasangan, dia mencoba untuk menyerah.
"Untuk referensi... Dengan siapa kau akan berpasangan?"
Ketika dia sudah menyerah, Utomiya mengajukan pertanyaan itu.
"Aku tidak bisa mengatakannya. Tapi satu hal yang pasti, dia bukanlah siswa Kelas C tahun pertama."
Dia mungkin mengerti kenapa aku tidak bisa menjelaskannya secara detail.
Karena 'mereka' sedang bersaing, aku tidak bisa sembarangan memberi informasi.
(Tl note : ' siswa tahun pertama dengan siswa tahun pertama lainnya, contohnya.. Kelas C dengan Kelas B)
"Ayo kita pergi, Utomiya. Tidak baik menghabiskan waktu Ayanokouji-senpai."
"...Ya."
Aku berterima kasih mereka telah mengajakku untuk bekerja sama, tapi aku tidak bisa membuat keputusan dengan cepat.
Data Tsubaki Sakurako terlalu sedikit.
"Setidaknya, terimalah kontakku ini."
Utomiya memberiku selembar kertas yang berisi informasi kontaknya, aku yakin ini sudah disiapkan sebelumnya.
"Aku memang menolaknya, tapi mungkin aku berubah pikiran. Jika saat itu kau masih mau bernegosiasi denganku, aku akan menghubungimu."
"Aku mengerti. Ayo kita pergi Tsubaki."
Tsubaki meletakkan tangannya atas kata-kata Utomiya, lalu dia berdiri dari kursinya.
Kemudian, dia menundukkan kepalanya sedikit dan pergi dengan Utomiya. Sepertinya mereka akan mencari kandidat lain.
"Tsubaki Sakurako dan Utomiya Riku, aku akan mengingatnya."
Aku melepaskan kesempatan untuk mengidentifikasi pasangan, tindakanku dimasa depan akan menjadi penting.
Aku tidak bisa tertawa jika aku menarik lotre dari para siswa baru.
***
Hari itu, dua gadis Kelas D tahun kedua berjalan berdampingan.
Aku Karuizawa Kei dan temanku Satou Maya. Sampai beberapa bulan yang lalu, kami sering bermain bersama. Tapi belakangan ini, kami jarang bertemu. Secara khusus, itu bukan karena kami memiliki masalah. Tapi entah kenapa, aku merasa bersalah dan sulit bagiku untuk mengatasinya.
"Maaf tiba-tiba memanggilmu, Karuizawa-san."
"Tidak apa-apa. Aku juga ingin bertemu dengan Satou-san. Sudah lama kita tidak pergi bermain bersama."
"Ya, itu benar. Saat pertama kali masuk sekolah, kita sering bermain bersama."
Aku berjalan sedikit di depan, lalu aku memiringkan kepalaku dan melihat Satou-san yang berjalan dibelakangku.
"Jadi ada apa? Ini masih terlalu awal untuk pergi makan siang."
Saat ini masih jam 11 siang.
Sebelumnya Satou-san menghubungiku dan mengajak jalan-jalan di Keyaki Mall.
Dan sekarang, ketika kami hampir tiba di pintu masuk Keyaki Mall, dia bergegas mendekatiku.
"Um.."
"Hm?"
"Eng... bagaimana kalau kita kesana?"
Satou-san tidak menunjuk ke arah Keyaki Mall, melainkan ke arah jalan yang menuju gedung sekolah.
"Sekolah? Apa ada sesuatu yang ingin kamu lakukan? Meskipun ini hari libur, kita tidak bisa masuk jika tidak memakai seragam, kan?"
"Tidak ada hubungannya dengan sekolah... Aku hanya ingin pergi ke tempat yang sepi."
Aku mengerutkan dahiku, karena aku tidak mengerti apa yang ingin disampaikan oleh Satou-san.
Tidak, ada kemungkinan mengenai hal itu, aku merasa begitu.
Tapi aku mencoba untuk menghilangkannya dari pikiranku, aku akan menganggap itu mustahil.
"Ada apa, Satou-san? Apa kamu baik-baik saja?"
Aku terus berpura-pura tidak tahu apa-apa.
"Itu... Ada yang ingin kubicarakan denganmu."
Meskipun aku merasakan firasat yang buruk, tidak ada pilihan selain mendengarkannya.
Aku menyetujuinya, lalu kami meninggalkan Keyaki Mall dan pergi menuju gedung sekolah.
Tempat ini tidak begitu populer, jadi tidak akan ada seseorang yang mendengarkan percakapan kami.
"Tidak perlu sungkan, katakan saja. Kita teman, kan?"
Kata-kataku terdengar tidak baik sama sekali. Itu adalah kata-kata yang buruk.
Aku sadar akan hal itu, tapi aku tidak bisa mengungkapkannya.
Aku Karuizawa Kei.. adalah pemimpin para gadis Kelas D tahun kedua.
Orang yang menghibur diri sendiri, tidak memikirkan perasaan orang lain, melainkan hanya memikirkan dirinya sendiri.
Satou-san juga memahami kepribadianku itu.
Jadi dia tidak akan tersinggung atau berkecil hati.
Jika tidak, hubungan kami selama ini akan hancur begitu saja.
Aku adalah Karuizawa Kei yang merasa bebas untuk memikirkannya, aku akan berkesimpulan dia tidak melihat apa-apa.
Aku pribadi berharap demikian.
Dengan begitu hubunganku dengan Satou-san tidak akan memburuk.
Tapi Satou-san tidak behenti.
"Karuizawa-san... Kenapa kamu putus dengan Hirata-kun?"
"Eh? Apa aku belum mengatakan alasannya?"
Meski secara tidak langsung, pembicaraan yang hampir mendekati tentang Kiyotaka ini membuat jantungku berdetak dengan kencang.
Meski begitu aku berhasil untuk tidak memperlihatkannya, mungkin berkat pengalamanku selama ini.
"Aku sudah mendengar alasannya, tapi aku merasa itu tidak benar."
"Itu benar kok, atau jangan-jangan kamu mengincar Hirata-kun?"
Satou-san sudah tidak memandang Kiyotaka sebagai orang yang dicintai.
Aku mengatakan sesuatu seperti itu, tapi Satou-san tidak mendengarkannya. Sebaliknya, dia malah menggunakan kata-kata itu untuk menyerangku.
"Bukankah Karuizawa-san putus dengan Hirata-kun karena memiliki tujuan lain?"
Ah! Satou-san sudah menyadarinya. Fakta bahwa aku menyukai Kiyotaka dan hubungan kami telah berkembang...
"Apa maksudmu? Aku tidak mengerti apa yang kamu katakan."
Sejauh ini, aku sudah dipaksa untuk bersikap seperti biasa.
Aku tahu cepat atau lambat hubunganku dengan Kiyotaka akan terungkap, tapi meski begitu aku memilih untuk menyembunyikannya, tidak ada pilihan selain melarikan diri.
Tidak peduli apapun kata yang keluar, aku siap untuk mengatasinya.
Tidak, aku sudah bertekad.
"Karuizawa-san... Apa kamu berpacaran dengan Ayanokouji-kun...?"
"Eh?"
Itu adalah serangan mendadak yang tepat sasaran, aku sedikit terlambat meresponnya.
Terlambat merespon perkataan Satou-san akan berakibat fatal, tapi jika itu orang lain, aku tidak akan begitu peduli.
Dia dapat melihat pemikiranku sesuai yang kuduga.
Apa kamu menyukainya? Jika dia mengatakan itu, aku masih bisa menahannya.
Tapi kata-kata Satou-san selanjutnya bukanlah itu.
"...Sudah kuduga!"
"Eh? Tunggu, kenapa kamu berpikir begitu?"
Tentu saja aku menyangkalnya, terlepas dia serius atau tidak.
Aku tidak bisa mengakuinya saat ini.
"Kenapa aku dan dia..."
Kata-kata penolakanku terhenti karena melihat tatapan mata Satou-san.
Matanya terlihat marah tapi juga terlihat hampir menangis.
Tentu saja alasannya karena Satou-san mempercayaiku, dia bahkan berkonsultasi kepadaku tentang cintanya terhadap Kiyotaka.
Dan juga, aku membantunya dengan menyembunyikan fakta bahwa aku menyukai Kiyotaka. Setelah itu, aku berpacaran dengan Kiyotaka. Jika aku berada diposisi Satou-san, aku mungkin akan menampar pipinya.
Bahkan jika aku menyangkalnya lagi, aku tidak akan bisa meyakinkan Satou-san.
"Apa kamu mengincarnya sejak aku pergi kencan dengan Ayanokouji-kun? Apa kamu menyukainya sejak saat itu?"
"Tu-tunggu sebentar, aku..."
Aku tidak punya pilihan selain menerima kata-kata Satou-san.
"Aku... Aku mengatakan hal yang sama kepada Matsushita. Karuizawa-san putus dengan Hirata-kun karena menyukai Ayanokouji-kun. Tapi asalkan kamu tahu, aku tidak serius saat mengatakan itu! Karena aku mempercayaimu..."
Aku sudah dengar kalau Matsushita-san mencurigai hubunganku dengan Kiyotaka.
Ini adalah situasi yang tidak bisa kuhindari lagi.
"Tolong katakan yang sejujurnya. Kalau tidak, aku... aku tidak akan menganggap Karuizawa-san sebagai temanku lagi."
Satou-san meminta konfirmasi dengan bersungguh-sungguh.
Bahkan sampai akhir, dia tetap mencoba untuk menjadi temanku.
"Itu..."
Aku tidak bisa lagi mengkhianati keseriusan yang terpancar dari mata Satou-san.
Apa yang harus kukatakan?
Tidak, aku tidak perlu menyembunyikannya lagi.
Setidaknya yang bisa kulakukan saat ini adalah meminta maaf pada Satou-san.
"Um... Seperti yang Satou-san katakan. Aku... Aku berpacaran dengan Kiyotaka."
"Barusan kamu memanggilnya apa? Kiyotaka?"
Satou-san bereaksi dengan kuat mendengar perkataanku.
Meskipun aku sudah mengetahui bahwa Satou-san menyukai Kiyotaka, aku masih saja mengejar Kiyotaka.
Saat ini aku benar-benar ingin melarikan diri, tapi aku tidak bisa lepas dari tatapannya yang dingin.
"Aku mulai berpacaran dengannya ketika liburan musim dingin."
"Yang ingin kudengar adalah saat kamu mulai menyukainya."
"...Aku tidak begitu tahu. Tapi yang jelas, semenjak Satou-san membicarakan Kiyotaka, aku mulai memandangnya sebagai lawan jenis."
"Jadi begitu..."
Aku yakin dia tidak puas dengan jawabanku.
"Apa kamu marah?"
Sebelumnya Satou-san menatap langsung wajahku, tapi sekarang aku tidak bisa melihat matanya.
"Aku merasa kesal. Kamu memperpendek jarak dengan Ayanokouji-kun dibelakangku, meski kamu sudah mengetahui bagaimana perasaanku padanya"
Tidak ada yang salah akan hal itu.
"Tapi, aku sudah ditolak oleh Ayanokouji-kun... Aku tidak berhak untuk marah. Hanya saja..."
Angin musim semi berhembus dengan ringan dihadapanku.
Setelah suara angin itu berhenti, aku baru sadar bahwa Satou-san telah menampar pipi kiriku.
"Kamu tidak masalah dengan ini kan, Karuizawa-san...?"
Sedikit tidak terduga Satou-san akan menamparku.
"Apa kamu mau melakukannya satu kali lagi?"
Sekarang aku menawarkan pipi kananku.
Meski begitu, rasa sakit yang diderita Satou-san jauh lebih besar dari yang kurasakan.
"Tidak, itu... Aku tidak berani untuk melakukannya lagi... Malahan, aku minta maaf karena sudah menamparmu."
"Jangan pedulikan itu. Akulah yang seharusnya minta maaf, karena pada akhirnya aku menyukai... orang yang sama."
"Apa boleh buat. Lagipula Ayanokouji-kun sangat keren, lebih keren dari Hirata-kun."
Aku secara reflek memeluk Satou-san dengan kedua tanganku.
"Eh? Ada apa, Karuizawa-san!?"
"...Aku benar-benar minta maaf!"
"Tidak apa-apa."
Aku tidak bisa lagi menahan perasaanku ini yang terasa sangat menyesal sekaligus bahagia.
Sulit untuk mencintai orang yang sama. Tapi itu berarti dia juga tahu pesona dari pasanganmu.
Aku tidak merasa menang atau kalah.
Aku yakin akan semakin banyak orang yang memperhatikan daya tarik Kiyotaka.
Jika aku merasa puas dengan posisiku sekarang, aku yakin akan melewatkannya.
Mungkin saja saingan itu adalah Satou-san.
"Mau pergi minum teh?"
Satou-san mengangguk setuju dan memaafkan diriku yang egois ini.
Aku tahu cepat atau lambat hubunganku dengan Kiyotaka akan terungkap, tapi meski begitu aku memilih untuk menyembunyikannya, tidak ada pilihan selain melarikan diri.
Tidak peduli apapun kata yang keluar, aku siap untuk mengatasinya.
Tidak, aku sudah bertekad.
"Karuizawa-san... Apa kamu berpacaran dengan Ayanokouji-kun...?"
"Eh?"
Itu adalah serangan mendadak yang tepat sasaran, aku sedikit terlambat meresponnya.
Terlambat merespon perkataan Satou-san akan berakibat fatal, tapi jika itu orang lain, aku tidak akan begitu peduli.
Dia dapat melihat pemikiranku sesuai yang kuduga.
Apa kamu menyukainya? Jika dia mengatakan itu, aku masih bisa menahannya.
Tapi kata-kata Satou-san selanjutnya bukanlah itu.
"Eh? Tunggu, kenapa kamu berpikir begitu?"
Tentu saja aku menyangkalnya, terlepas dia serius atau tidak.
Aku tidak bisa mengakuinya saat ini.
"Kenapa aku dan dia..."
Kata-kata penolakanku terhenti karena melihat tatapan mata Satou-san.
Matanya terlihat marah tapi juga terlihat hampir menangis.
Tentu saja alasannya karena Satou-san mempercayaiku, dia bahkan berkonsultasi kepadaku tentang cintanya terhadap Kiyotaka.
Dan juga, aku membantunya dengan menyembunyikan fakta bahwa aku menyukai Kiyotaka. Setelah itu, aku berpacaran dengan Kiyotaka. Jika aku berada diposisi Satou-san, aku mungkin akan menampar pipinya.
Bahkan jika aku menyangkalnya lagi, aku tidak akan bisa meyakinkan Satou-san.
"Apa kamu mengincarnya sejak aku pergi kencan dengan Ayanokouji-kun? Apa kamu menyukainya sejak saat itu?"
"Tu-tunggu sebentar, aku..."
Aku tidak punya pilihan selain menerima kata-kata Satou-san.
"Aku... Aku mengatakan hal yang sama kepada Matsushita. Karuizawa-san putus dengan Hirata-kun karena menyukai Ayanokouji-kun. Tapi asalkan kamu tahu, aku tidak serius saat mengatakan itu! Karena aku mempercayaimu..."
Aku sudah dengar kalau Matsushita-san mencurigai hubunganku dengan Kiyotaka.
Ini adalah situasi yang tidak bisa kuhindari lagi.
"Tolong katakan yang sejujurnya. Kalau tidak, aku... aku tidak akan menganggap Karuizawa-san sebagai temanku lagi."
Satou-san meminta konfirmasi dengan bersungguh-sungguh.
Bahkan sampai akhir, dia tetap mencoba untuk menjadi temanku.
"Itu..."
Aku tidak bisa lagi mengkhianati keseriusan yang terpancar dari mata Satou-san.
Apa yang harus kukatakan?
Tidak, aku tidak perlu menyembunyikannya lagi.
Setidaknya yang bisa kulakukan saat ini adalah meminta maaf pada Satou-san.
"Um... Seperti yang Satou-san katakan. Aku... Aku berpacaran dengan Kiyotaka."
"Barusan kamu memanggilnya apa? Kiyotaka?"
Satou-san bereaksi dengan kuat mendengar perkataanku.
Meskipun aku sudah mengetahui bahwa Satou-san menyukai Kiyotaka, aku masih saja mengejar Kiyotaka.
Saat ini aku benar-benar ingin melarikan diri, tapi aku tidak bisa lepas dari tatapannya yang dingin.
"Aku mulai berpacaran dengannya ketika liburan musim dingin."
"Yang ingin kudengar adalah saat kamu mulai menyukainya."
"...Aku tidak begitu tahu. Tapi yang jelas, semenjak Satou-san membicarakan Kiyotaka, aku mulai memandangnya sebagai lawan jenis."
"Jadi begitu..."
Aku yakin dia tidak puas dengan jawabanku.
"Apa kamu marah?"
Sebelumnya Satou-san menatap langsung wajahku, tapi sekarang aku tidak bisa melihat matanya.
"Aku merasa kesal. Kamu memperpendek jarak dengan Ayanokouji-kun dibelakangku, meski kamu sudah mengetahui bagaimana perasaanku padanya"
Tidak ada yang salah akan hal itu.
"Tapi, aku sudah ditolak oleh Ayanokouji-kun... Aku tidak berhak untuk marah. Hanya saja..."
Angin musim semi berhembus dengan ringan dihadapanku.
Setelah suara angin itu berhenti, aku baru sadar bahwa Satou-san telah menampar pipi kiriku.
"Kamu tidak masalah dengan ini kan, Karuizawa-san...?"
Sedikit tidak terduga Satou-san akan menamparku.
"Apa kamu mau melakukannya satu kali lagi?"
Sekarang aku menawarkan pipi kananku.
Meski begitu, rasa sakit yang diderita Satou-san jauh lebih besar dari yang kurasakan.
"Tidak, itu... Aku tidak berani untuk melakukannya lagi... Malahan, aku minta maaf karena sudah menamparmu."
"Jangan pedulikan itu. Akulah yang seharusnya minta maaf, karena pada akhirnya aku menyukai... orang yang sama."
"Apa boleh buat. Lagipula Ayanokouji-kun sangat keren, lebih keren dari Hirata-kun."
Aku secara reflek memeluk Satou-san dengan kedua tanganku.
"Eh? Ada apa, Karuizawa-san!?"
"...Aku benar-benar minta maaf!"
"Tidak apa-apa."
Aku tidak bisa lagi menahan perasaanku ini yang terasa sangat menyesal sekaligus bahagia.
Sulit untuk mencintai orang yang sama. Tapi itu berarti dia juga tahu pesona dari pasanganmu.
Aku tidak merasa menang atau kalah.
Aku yakin akan semakin banyak orang yang memperhatikan daya tarik Kiyotaka.
Jika aku merasa puas dengan posisiku sekarang, aku yakin akan melewatkannya.
Mungkin saja saingan itu adalah Satou-san.
"Mau pergi minum teh?"
Satou-san mengangguk setuju dan memaafkan diriku yang egois ini.
~Chapter 5 End~
Komentar
Nice min
Posting Komentar
Tulis komentar