Langsung ke konten utama

Spy Room Volume 1 Chapter 1 Part 2

Chapter 1 : Ancaman (Part 2)



"Hanya bercanda~Aku belum siap untuk mati."

Di tempat pembakaran sampah dekat asrama. Lily menggumamkan kata-kata itu. Dia melemparkan barang-barang pribadinya ke dalam tungku pembakaran, untuk menghilangkan semua jejak dirinya di sekolah ini. Dia membusungkan dadanya dengan bangga, sambil menyaksikan asap yang mengepul naik ke udara.

"Deduksi sederhana. Misi mustahil ini akan dilakukan oleh tim khusus. Tidak salah lagi, ini adalah perkumpulan para elite. Tim ini jauh lebih aman daripada tim mata-mata biasa. Ini sebuah kesuksesan yang besar! Tidak juga, orang-orang itu bisa melihat kemampuanku meskipun tidak kutunjukkan. Fufu, ternyata mereka pengertian juga, ya."

Di mata para siswa, gadis ini memiliki kepribadian yang baik.

Namun faktanya, dia membuang semua barang yang tidak dia perlukan hanya karena kelulusan sementara tanpa mempedulikan keprihatinan kepala sekolah.

Aku akan menjadi anggota tim elite!

Aku juga akan menerima gaji yang besar!

Saat memikirkan hal-hal itu, Lily menjadi gembira. Dia bersemangat membakar semua buku catatan dan kertas ujian sambil mengatakan "Terbakarlah masa mudaku!". Selama 8 tahun tinggal di sini, sampah di kamar asramanya sudah terkumpul cukup banyak. Ketika akan membakar sampah yang tersisa, dia melihat sebuah dokumen.

(Dengan mempertimbangkan jumlah siswa dan potensimu di masa depan, kali ini kau akan lulus.)

Teks pemberitahuan itu terletak di bagian bawah tempat sampah.

Tanpa ragu-ragu, Lily meremasnya hingga berbentuk bola, lalu melemparnya ke tungku pembakaran.

Dia telah menerima pemberitahuan seperti ini 10 kali berturut-turut.

Potensi masa depan―Lily telah berulang kali mendengarnya. Dengan bakat yang dia miliki, Lily terus menetap di sekolah ini.

Kapan kemampuanku akan berkembang?

Berapa tahun lagi aku harus hidup sebagai orang biasa?

Berapa banyak lagi penghinaan yang akan kuterima?

"Bagaimanapun caranya, aku pasti akan berhasil ..."

Dia mengubah rasa frustasinya dan kesulitan yang dia rasakan di sekolah ini menjadi bahan bakar untuk menyemangati dirinya.

"Aku akan mengembangkan kemampuanku di kalangan para elite. Selamat tinggal, almameterku!"

Setelah membersihkan kamar asrama, Lily meninggalkan sekolah pelatihan. Sayangnya, dia tidak punya waktu untuk mengucapkan selamat tinggal pada teman-temannya. Lagipula, kemungkinan besar teman-temannya tidak begitu peduli meskipun kamarnya terlihat kosong. Palingan mereka akan berkata―Akhirnya si bodoh itu di keluarkan dari sekolah.

Lily naik bus dan kereta yang belum pernah dia tumpangi sebelumnya, lalu dia tiba di kota pelabuhan dalam waktu satu hari. Kota terbesar ketiga di Republik Deen. Lokasinya tidak terlalu jauh dari ibukota, bahkan kota ini bisa di anggap sebagai gerbang koneksi ke berbagai negara. Ketika turun dari kereta, Lily terkagum melihat bangunan-bangunan yang terbuat dari bata berjajar dengan rapat.

Melewati toko penjual bunga dan koran, Lily tiba di tempat tujuan. Di jalan yang di lewati oleh para pegawai dengan stelan kemeja putih, ada sebuah bangunan yang terletak di antara toko jam dan toko cat. Papan nama di gedung itu bertuliskan [Sekolah Agama Garmouth]. Di dekat pintu masuk, ada seorang pria yang terlihat seperti resepsionis sedang merokok. Setelah mengumpulkan keberanian, Lily berkata.. "Aku adalah murid pindahan." Sejenak, pria itu menyipitkan matanya, kemudian dia mengarahkan jari jempolnya ke arah belakang sambil berkata "Pergi lah ke belakang."

Ooh, rasanya seperti mata-mata sungguhan―pikir Lily dengan kagum pada dirinya sendiri.

Dalam isi surat yang diterima Lily sebelumnya, dia telah dinominasikan sebagai siswa sekolah agama fiksi. Dia juga menerima kartu ID siswa dan seragam sekolah. Ruang penerimaan siswa baru yang di tunjukkan oleh resepsionis barusan terlihat seperti ruang penyimpanan. Ruangan itu sebagian besar di isi dengan kotak kayu. Begitu kotak kayu tersebut di pindahkan, muncul sebuah tangga menuju jalan bawah tanah. Setelah berjalan mengikuti lorong dengan pencahayaan yang minim, terlihat sebuah pemandangan baru.

Sebuah gedung bergaya barat.

Tanpa sadar mulutnya terbuka ketika melihat bangunan yang mirip seperti istana tempat para bangsawan tinggal.

Darimana mereka mendapatkan ruang untuk bangunan seperti ini di bawah kota? Bangunan yang memiliki dinding berwarna putih. Kemungkinan besar, orang-orang yang tinggal di kota ini selama bertahun-tahun tidak mengetahui keberadaan bangunan ini.

Jadi semua anggota [Akari] dikumpulkan di sini, ya ...

Lily menelan ludahnya.

Seperti yang diharapkan, tempat ini memang cocok untuk pertemuan para elite yang akan menjalankan misi mustahil.

Jenius seperti apa yang sudah menantinya? Lily merasa cemas sekaligus penasaran, tapi dia berharap akan bertemu dengan orang-orang yang luar biasa. Kalau tidak, siapa lagi yang akan membuat bakatnya berkembang?

Sambil menahan perasaan gelisah, Lily membuka pintu gedung tersebut.

"Lapor ... Codename [Hanazono] telah tiba!"

Tidak seperti mata-mata yang seharusnya, Lily mengungkapkan namanya secara terang-terangan.

―Nah, tunjukkanlah diri kalian. Wahai para elite.

Lily menantikan mereka dengan wajah penuh harapan sekaligus kecemasan.

"Eh ...?"

Dia memiringkan kepalanya.

Di pintu masuk gedung bergaya barat ini, ada enam gadis seusia Lily yang berkumpul.

Mereka membawa tas travel berukuran besar, dan sekarang.. mereka semua mengarahkan mata kepada pengunjung yang baru saja tiba. Tampaknya mereka juga baru sampai di tempat ini. Mereka memakai seragam sekolah yang sama seperti seragam yang diterima Lily sebelumnya.

"Hei, kau."

Salah satu dari mereka, seorang gadis berambut putih memanggilnya.

Gadis itu memiliki rambut pendek dan tatapan sedingin es. Dengan mata terangkat, dia memberikan tatapan yang tajam ke arah Lily seolah siap untuk menikam nya. Meskipun dengan tubuh yang langsing, dia terlihat sangat menakutkan.

"Beritahu tentang nilai-nilai mu selama di sekolah pelatihan."

"U-Um ... Dimana semua anggota [Akari] berada?"

"Pertama, jawab dulu pertanyaanku. Jangan mengatakan hal konyol seperti berbohong."

―Apa-apaan pertanyaan yang mendadak ini? Apa ini semacam wawancara?

Lily berusaha untuk melihat mata gadis yang menakutkan itu.

"Se-Sejujurnya, aku hampir dikeluar―"

Sebelum Lily menyelesaikan kalimatnya, terdengar suara mencurigakan dari arah pintu masuk.

Bunyi jam lonceng.

Jam pendulum yang tergantung di bagian depan, menghasilkan suara yang bergema di dalam gedung.

Melihat jam itu, akhirnya waktu yang ditentukan sebelumnya sudah tiba yaitu jam 6 sore.

"Di atas."

Tujuh gadis mengangkat kepala mereka secara bersamaan.

Tiba-tiba, seseorang yang mengenakan jas muncul di tangga besar di depan pintu masuk.

Untuk sesaat, dia terlihat seperti seorang wanita karena rambutnya yang panjang dan kulitnya yang putih, tapi setelah melihat postur tubuhnya yang tinggi dan ramping serta berotot, akhirnya mereka bisa menilai bahwa dia adalah seorang pria. Pria yang rupawan. Ketika pria itu menyesuaikan matanya ke arah para gadis, tatapannya terlihat sangat dingin, berlawanan dengan wajahnya yang menawan. Di lihat dari rambutnya yang rapi, sepertinya dia baru saja kembali dari kota. Namun untuk beberapa alasan, jasnya bernoda merah, seperti warna darah.


"Selamat datang di Istana Kagerou. Aku adalah Klaus, pemimpin tim [Akari]."

Istana Kagerou―sepertinya itu adalah nama dari bangunan ini.

Pria itu meneruskan penjelasan nya dari atas tangga.

"Terima kasih sudah jauh-jauh datang kemari. Kuucapkan selamat datang. Aku dan kalian bertujuh adalah anggota tim [Akari]. Kita akan menjalankan misi mustahil."

"Eh?" Lily bertanya balik.

"Misi akan dilaksanakan satu bulan lagi. Sampai saat itu tiba aku akan melatih kalian semua ... Tapi hari ini, kalian pasti lelah setelah melakukan perjalanan yang panjang. Kita akan memulai latihan besok, jadi untuk sekarang, perdalam ikatan kalian terlebih dahulu."

Klaus berbalik dan menghilang ke bagian belakang gedung.

Lily kebingungan.

Apa yang baru saja dikatakan pria itu?

Anggota tim [Akari], hanya ada satu laki-laki dan tujuh perempuan?

Dan misi mustahil akan dilaksanakan satu bulan lagi?

"Pria itu, apa yang dia rencanakan?"

Gadis berambut putih yang sebelumnya bertanya pada Lily, berkata begitu dengan penuh keheranan.

"Kelihatannya anak-anak yang bermasalah telah dikumpulkan di sini, untuk melaksanakan misi mustahil."

Gadis berambut putih mengangguk setuju.

Mata Lily terbuka lebar, mendengar informasi baru secara tiba-tiba.

"Ya, itu benar. Kita bertujuh―telah dikeluarkan dari sekolah masing-masing."

Lily beserta enam gadis lainnya, serta pria misterius itu, mereka akan mencoba untuk melaksanakan misi mustahil dengan tingkat kematian 90 persen ...

*

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Classroom of the Elite 2nd Year Volume 2

Volume 2 Ilustrasi Prolog Chapter 1 Part 1 Chapter 1 Part 2 Chapter 1 Part 3 Chapter 1 Part 4 Chapter 1 Part 5 Chapter 2 Part 1 Chapter 2 Part 2 Chapter 2 Part 3 Chapter 3 Part 1 Chapter 3 Part 2 Chapter 3 Part 3 Chapter 3 Part 4 Chapter 3 Part 5 Chapter 3 Part 6 Chapter 3 Part 7 Chapter 3 Part 8 Chapter 3 Part 9 Chapter 3 Part 10 Chapter 3 Part 11 Chapter 4 Part 1 Chapter 4 Part 2 Chapter 4 Part 3 Chapter 4 Part 4 Chapter 4 Part 5 Chapter 4 Part 6 Chapter 4 Part 7 Chapter 5 Part 1 Chapter 5 Part 2 Chapter 5 Part 3 Chapter 5 Part 4 Epilog [PDF] SS Amasawa Ichika SS Horikita Suzune SS Tsubaki Sakurako SS Shiina Hiyori

Classroom of the Elite 2nd Year Volume 1

Volume 1 Prolog Chapter 1 Chapter 2 Chapter 3 Chapter 4 Chapter 5 Part 1 Chapter 5 Part 2 Chapter 5 Part 3 Chapter 5 Part 4 Chapter 6 Part 1 Chapter 6 Part 2 Epilog SS Horikita Suzune SS Nanase Tsubasa I SS Nanase Tsubasa II SS Karuizawa Kei

Classroom of the Elite 2nd Year Volume 2 Chapter 1 Part 1

Chpater 1 : Perubahan dalam Kehidupan Sekolah (Part 1) Pada hari itu, Kelas 2-D menghadapi situasi aneh yang belum pernah terjadi sebelumnya. Teruhiko Yukimura berkali-kali menghentakkan kakinya, sambil melihat ke arah pintu masuk kelas. "Bisakah kamu tenang sedikit? Ini bahkan belum sampai 5 menit sejak Kiyopon pergi. Dia dipanggil oleh sensei, kan? Berarti dia tidak akan kembali dalam waktu dekat." Hasebe Haruka, teman sekelas sekaligus teman terdekat, berkata begitu kepada Yukimura. Sakura Airi dan Miyake Akito duduk di sebelahnya. "Aku sudah tenang... tidak perlu khawatir," jawab Yukimura. Meskipun dia berhenti menghentakkan kaki, tidak lama setelah itu dia kembali tegang. Diam-diam dia mulai menghentakkan kakinya ke atas dan ke bawah, hingga menggesek celananya. Yukimura berencana untuk bicara dengan Ayanokouji sepulang sekolah, tapi dia menundanya karena kehadiran Horikita. Kemudian dia mendengar dari gadis itu bahwa Chabashira memanggilny