Langsung ke konten utama

Spy Room Volume 1 Chapter 1 Part 5

Chapter 1 : Ancaman (Part 5)



Lily berjalan melewati kerumunan sambil membawa bahan-bahan makanan.

Untungnya dia bisa pergi berbelanja setelah kejadian sebelumnya, tapi dia merasa seperti kehilangan tenaga untuk berjalan. Dengan berat dia melangkahkan kakinya untuk kembali ke Istana Kagerou. Dalam perjalanan, dia beberapa kali menjatuhkan kentang yang dibawanya dan menghela nafas dalam-dalam.

Kenapa jadi begini ...?

Setelah kejadian itu, Klaus mengunci diri dan tidak keluar dari kamar.

Gadis-gadis itu tidak punya pilihan selain berlatih membuka gembok sendiri, tapi itu bisa dikatakan sama saja dengan yang mereka lakukan di sekolah pelatihan. Tidak ada harapan bagi mereka untuk berkembang dengan cepat.

Jika sejak awal mereka memang bisa menanganinya sendiri, mereka tidak akan kesulitan seperti ini.

Kalau begini terus, mereka tidak akan mampu menyelesaikan misi mustahil yang akan di laksanakan satu bulan lagi.

Ya ampun, siapa itu!? Siapa yang mengatakan bahwa Sensei akan memberi kita pelajaran yang sempurna! Bodoh sekali! Alih-alih bakatku yang mekar, yang ada malah bunga yang akan mekar di kuburan ku!

Lily gemetar menghadapi kenyataan ini sambil mengutuk di dalam hati.

Jika dipikirkan kembali, mungkin ini lah maksud dari peringatan yang dikatakan oleh Kepala Sekolah dulu.

(Apa kau akan melarikan diri?)

Lily teringat kembali dengan kata-kata yang diucapkan oleh salah satu rekannya.

Tapi, tidak ada tempat untuk melarikan diri ... Dan juga―

Apa yang akan terjadi pada rekan ku jika aku melarikan diri?

(Kurasa keinginan mu itu tidak begitu buruk.) kata gadis berambut putih.

(Semua orang yang ada disini, hanya perlu menyelesaikan misi dengan selamat!) kata gadis berambut hitam dengan tersenyum.

(Aku merasa lebih tenang sekarang. Sepertinya aku bisa tidur dengan nyenyak malam ini, terima kasih banyak.) kata gadis berambut coklat sambil tersenyum dengan malu-malu.

Padahal Lily hanya menghabiskan satu malam bersama mereka.

Tapi meski begitu, mereka juga mengalami hal yang sama dengan Lily, usia mereka pun tidak jauh berbeda. Membiarkan rekan-rekan nya terbunuh, dan kabur seorang diri ...?

Tapi ... Apa yang bisa kulakukan ...

Pada saat itu, sebuah ide muncul di benak Lily.

―Satu-satunya cara.

Mustahil―dia langsung menyangkal rencana itu.

Tapi, rencana itu tidak menghilang dari pikiran nya. Semakin banyak waktu berlalu, semakin dia menyadari tidak ada pilihan lain.

Dan pada saat itu.

Lily mendengar suara seorang wanita tua dari dalam kerumunan. "Maling!"

Lily secara refleks berbalik ke arah suara itu.

Tampak ada seorang pria berbadan besar sedang membawa tas dan berlari melewati kerumunan. Pria itu mendorong orang-orang yang tak terhitung jumlahnya, dan bertujuan untuk melarikan diri. Dia terus berlari―ke arah Lily.

"Minggir bocah!" Pria itu mendorong Lily dari hadapannya.

Lengan besar yang terlihat seperti batang kayu itu, mendorong Lily hingga membuatnya menjerit "Kyaa~" dan terjatuh di pinggir jalan.

Sementara itu, pria itu terus berlari.

"Aduh, duh ..."

Lily membersihkan debu di pantat nya, lalu dia mengumpulkan kentang yang berserakan di tanah.

Setelah selesai menghitung jumlahnya dan memastikan tidak ada yang kurang, Lily bangkit dari tanah, kemudian seorang wanita tua mendekatinya.

Tampaknya wanita tua itu adalah korban pencurian tadi.

"Apa kamu baik-baik saja, Ojou-chan?"

"Hm? Ah, iya. Aku baik-baik saja."

Wanita tua itu menghela nafas lega.

"Sepertinya kita berdua sama-sama sial, ya. Tapi, syukurlah kita masih hidup ."

"Ya ... Itu benar." Lily membalas dengan senyuman. "Syukurlah kita masih hidup."

"Benar."

"Selama masih hidup, kita bisa memakan makanan yang lezat!"

"Kamu benar-benar berpikiran positif, Ojou-chan."

"Tentu saja! Padahal aku sedang memikirkan sesuatu yang sangat serius, tapi orang bodoh itu malah mengganggu ku! Untuk ke depan nya dia harus lebih hati-hati―itu pun kalau dia masih hidup."

Ekspresi Wanita tua itu menjadi kaku.

"Hm? Siapa yang kamu bicarakan?"

"Eh, bukankah itu sudah jelas?"

Lily tersenyum tipis, lalu dia menunjuk ke arah depan.

"Pencuri itu."

Di tempat yang ditunjuk oleh Lily―pria berbadan besar itu pingsan di tanah.

Wanita tua itu, tampaknya tidak mengerti apa yang terjadi.

Pria yang berlari sekitar satu menit yang lalu terbaring di tanah, dia pingsan dengan mulut berbusa.

Itu terjadi hanya dalam sekejap.

"Aku yakin itu penyakit kronis yang tiba-tiba kambuh."

Lily berjalan mendekati pria itu, lalu diam-diam mencabut jarum dari tubuh pria itu.

Kemudian dia mengikat pria itu dengan pita rambutnya, dan mengambil kembali tas curian. Dia yakin sisa nya akan di tangani oleh polisi yang datang.

Melihat pria yang tak sadarkan diri itu, Lily mengangguk dengan ringan.

Bagaimanapun ... kami adalah mata-mata.

Lily memberikan tas itu kepada wanita tua yang sedang kebingungan, lalu dia bertanya dengan tersenyum.

"Nee, Obaa-chan. Dimana tempat wisata yang terkenal di kota ini?"

Tidak ada pilihan lagi selain melakukannya.

Tidak peduli seberapa kuat musuh mu, hanya ada satu cara untuk bertahan hidup.

Merasa ragu hanya akan buang-buang waktu.

Saat tidak ada yang memperhatikan, gadis itu tersenyum dengan tenang.

Jika tidak ada lagi cara lain―maka aku hanya perlu menjatuhkan target.

Dia mengatakan itu di dalam hati nya.

Lily akan memulai rencana nya secara bertahap.

Codename [Hanazono]―sudah waktunya menjadi liar.

*

Kamar Klaus berada di bagian paling ujung di lantai dua Istana Kagerou.

Ada beberapa kamar mewah di Istana Kagerou, tapi karena suatu alasan Klaus tidak menggunakannya. Di lihat dari penataan kamar, kamarnya sendiri tidak begitu besar.

Mungkin Klaus telah memasang sebuah perangkap, sambil membayangkan itu, Lily mengetuk pintu kamarnya.

Tapi, tidak ada jawaban.

Dia mengetuk pintu berulang kali, tapi tetap saja tidak ada jawaban.

Karena frustasi Lily akhirnya membuka pintu, Klaus ternyata ada di dalam ruangan. Mungkin Klaus memiliki prinsip untuk mengabaikan ketukan pintu.

Kamar itu tampak seperti tempat terjadinya adegan pembunuhan.

Cairan merah crimson tersebar ke seluruh ruangan. Itu membuat Lily menjerit. Namun, aroma minyak tercium oleh hidungnya, Lily merasa lega dan meletakkan tangan di dadanya ketika menyadari bahwa itu semua adalah cat.

Sementara itu, Klaus duduk di kursi di depan kanvas dan menyilangkan tangannya.

"Kenapa kau datang kemari?" Klaus mengangkat wajahnya. "Seperti yang kau lihat, aku sedang sibuk."

"Sibuk?"

"Mencari metode baru untuk mengajari kalian."

Bagi ku kamu hanya terlihat seperti sedang membuat sebuah lukisan.

Tapi di dekat kakinya, ada beberapa buku. Semua buku itu berisikan tentang [Pendidikan]. Tampaknya dia sedang melakukan penelitian. Terlebih lagi, dia sepertinya cukup serius.

Itu membuat Lily bertanya-tanya, apa artinya lukisan minyak di atas kanvas itu? Lily memperhatikan lukisan itu lebih dekat. Hampir seluruh bagian di warnai dengan cat merah. Ini seperti lukisan abstrak dengan serangkaian garis kasar.

Di bagian kanan bawah, tertulis kata [Keluarga].

Apakah itu judul lukisan ini? Lukisan yang akan berakhir di tempat sampah ini mewakili [Keluarga]?

Apakah itu benar-benar judulnya ...?

Lily tidak bisa memahami pemikiran pria ini.

"Sensei, apa kamu sudah menemukan metode baru?"

"Belum."

Dia segera memberi jawaban.

Lily menundukkan kepala nya. Dia sekali lagi menyadari bahwa pria ini tidak bisa di andalkan.

"Jangan khawatir. Aku akan membuat keputusan minggu depan. Sampai saat itu, aku ingin kalian belajar sendiri dulu."

Para gadis itu tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Sebab misi akan dilaksanakan bulan depan.

Menelan ludah nya, Lily mengajukan sebuah saran.

"Sensei, aku punya ide."

"Apa itu?"

"Maukah kamu pergi denganku sekarang?"

Alis Klaus terangkat sebelah.

"Untuk apa ...?"

"Untuk ganti suasana."

Lily mengangguk.

"Berada di tempat yang sempit seperti ini, akan membuat ide dan pikiran mu jadi terbatas. Di saat seperti ini, mari kita pergi jalan-jalan! Refreshing itu penting lho."

"Aku sudah jalan-jalan minggu lalu."

"Ah, syukurlah ... Mana mungkin aku akan bilang begitu!"

"Kau benar-benar orang yang energik."

Klaus mendengus dan menggelengkan kepalanya.

"Aku senang dengan ajakanmu ... tapi, aku tidak bisa pergi denganmu."

"Tapi, menetap di ruangan ini seharian juga tidak akan memberimu sebuah solusi, kan?"

"Kata-katamu itu membuat hatiku tersakiti."

Klaus menyipitkan matanya sejenak.

Jantung Lily berdetak lebih cepat, dia mengira telah membuat Klaus marah, tapi ekspresi Klaus tidak jauh berubah.

Sebaliknya, dia seperti sedang tertawa.

"Ayo kita pergi, Sensei! Aku sudah bertanya pada orang-orang sekitar tempat wisata yang terkenal di kota ini!"

"Begitu ya. Lalu, apa ada yang menarik?"

"Hehe! Ada banyak. Misalnya, Museum Kotoko, pameran reruntuhan bersejarah yang sudah berusia 2000 tahun, tempat wisata yang paling terkenal."

"Aku tidak tertarik. Apa ada yang lain?"

"Yang lain ...? Um ... Aku dengar tentang 'Kaede Yokochou', tempat yang menyediakan berbagai makanan eksotis, pantai yang kabar nya ada hantu, dan gereja dengan kaca patri yang indah."

(Tl note : ' Kaede=pohon maple)

Klaus tidak tertarik sama sekali, Lily mencoba untuk mengatakan semua hal berbeda dari yang di dengarnya.

"....."

Klaus mendengarkan Lily dengan tenang untuk beberapa saat, setelah itu dia berkata "Menakjubkan." dan menyilangkan tangannya dengan puas.

"Baiklah, aku akan pergi denganmu. Tapi sekarang sudah malam. Kita akan pergi besok."

Melihat ke luar jendela, langit sudah berwarna kemerahan.

Sebenarnya Lily tidak keberatan pergi sekarang. Tapi dia tidak ingin memaksa Klaus lebih dari ini, kalau dia terus bersikeras, itu bisa beresiko mengubah suasana hati Klaus.

"Baiklah! Kalau begitu, sampai ketemu besok!"

Lily membalas dengan menunjukkan senyum yang riang.

Tahap pertama selesai.

*

Selanjutnya Chapter 1 Part 6

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Classroom of the Elite 2nd Year Volume 2

Volume 2 Ilustrasi Prolog Chapter 1 Part 1 Chapter 1 Part 2 Chapter 1 Part 3 Chapter 1 Part 4 Chapter 1 Part 5 Chapter 2 Part 1 Chapter 2 Part 2 Chapter 2 Part 3 Chapter 3 Part 1 Chapter 3 Part 2 Chapter 3 Part 3 Chapter 3 Part 4 Chapter 3 Part 5 Chapter 3 Part 6 Chapter 3 Part 7 Chapter 3 Part 8 Chapter 3 Part 9 Chapter 3 Part 10 Chapter 3 Part 11 Chapter 4 Part 1 Chapter 4 Part 2 Chapter 4 Part 3 Chapter 4 Part 4 Chapter 4 Part 5 Chapter 4 Part 6 Chapter 4 Part 7 Chapter 5 Part 1 Chapter 5 Part 2 Chapter 5 Part 3 Chapter 5 Part 4 Epilog [PDF] SS Amasawa Ichika SS Horikita Suzune SS Tsubaki Sakurako SS Shiina Hiyori

Classroom of the Elite 2nd Year Volume 1

Volume 1 Prolog Chapter 1 Chapter 2 Chapter 3 Chapter 4 Chapter 5 Part 1 Chapter 5 Part 2 Chapter 5 Part 3 Chapter 5 Part 4 Chapter 6 Part 1 Chapter 6 Part 2 Epilog SS Horikita Suzune SS Nanase Tsubasa I SS Nanase Tsubasa II SS Karuizawa Kei

Classroom of the Elite 2nd Year Volume 2 Chapter 1 Part 1

Chpater 1 : Perubahan dalam Kehidupan Sekolah (Part 1) Pada hari itu, Kelas 2-D menghadapi situasi aneh yang belum pernah terjadi sebelumnya. Teruhiko Yukimura berkali-kali menghentakkan kakinya, sambil melihat ke arah pintu masuk kelas. "Bisakah kamu tenang sedikit? Ini bahkan belum sampai 5 menit sejak Kiyopon pergi. Dia dipanggil oleh sensei, kan? Berarti dia tidak akan kembali dalam waktu dekat." Hasebe Haruka, teman sekelas sekaligus teman terdekat, berkata begitu kepada Yukimura. Sakura Airi dan Miyake Akito duduk di sebelahnya. "Aku sudah tenang... tidak perlu khawatir," jawab Yukimura. Meskipun dia berhenti menghentakkan kaki, tidak lama setelah itu dia kembali tegang. Diam-diam dia mulai menghentakkan kakinya ke atas dan ke bawah, hingga menggesek celananya. Yukimura berencana untuk bicara dengan Ayanokouji sepulang sekolah, tapi dia menundanya karena kehadiran Horikita. Kemudian dia mendengar dari gadis itu bahwa Chabashira memanggilny