Chapter 2 : Kerjasama (Part 1)
Pada hari kesembilan di Istana Kagerou, di koridor lantai dua―
"A-Apa kita benar-benar akan melakukannya...?"
"Tentu saja. Kita tidak punya lagi pilihan lain."
Gadis berambut hitam menyangkal pendapat Lily yang lemah, dengan suara yang anggun seperti biasanya.
Bahkan dalam menghadapi situasi yang berbahaya, kecantikan gadis itu tidak tergoyahkan sedikitpun. Wajahnya terlihat cantik seperti biasa, tapi wajahnya sedikit kemerahan, sedikit keringat mengalir di lehernya, dan dia bernafas lebih cepat dari biasanya.
Kemudian, tepat di bawah Lily, gadis yang lain tiba membawa pesan.
"Ini di atap. Tidak ada masalah disini... Saat ini, target sedang mandi. Dia tidak terlihat dengan jelas karena uap di kamar mandi, tapi sepertinya tidak ada pergerakan..."
Lily melaporkan informasi yang baru saja didengarnya.
Gadis berambut hitam itu mengangguk, kemudian dia memberikan isyarat dengan jari jempolnya kepada gadis-gadis lain yang bersiaga di koridor.
"Bagian pencahayaan, apa kamu sudah siap? Bagian kunci, apa semua kunci angka sudah kamu siapkan?"
Setelah pemeriksaan terakhir, gadis itu merapikan rambutnya, dan mengatakan bahwa semua persiapan sudah matang.
Kamar mandi berada di garis pandangnya.
Istana Kagerou memiliki dua tempat pemandian dan salah satunya merupakan kamar mandi yang besar, biasanya ini digunakan oleh para gadis. Tapi, kali ini mereka menuju ke tempat yang berbeda. Yaitu kamar mandi yang hanya digunakan oleh satu-satunya pria disini.
Suara pancuran dapat terdengar dari kamar mandi tersebut.
"0700, semuanya, waktunya untuk menyerang."
Gadis berambut hitam itu mengulangi instruksinya sekali lagi.
"Serang Sensei yang sedang mandi!"
Tim mata-mata yang baru dibentuk, [Akari], sekarang, mereka pemimpin mereka memberikan metode pelatihan yang kurang masuk akal.
Hanya Lily yang mengerti apa yang akan dimaksud oleh Klaus, itu pun karena mereka pergi kencan sehari sebelumnya.
Selain itu, dia juga orang pertama yang menyadari perubahan di papan tulis.
Ada beberapa kalimat baru di papan tulis "Aturan untuk hidup bersama di Istana Kagerou".
"A-Apa kita benar-benar akan melakukannya...?"
"Tentu saja. Kita tidak punya lagi pilihan lain."
Gadis berambut hitam menyangkal pendapat Lily yang lemah, dengan suara yang anggun seperti biasanya.
Bahkan dalam menghadapi situasi yang berbahaya, kecantikan gadis itu tidak tergoyahkan sedikitpun. Wajahnya terlihat cantik seperti biasa, tapi wajahnya sedikit kemerahan, sedikit keringat mengalir di lehernya, dan dia bernafas lebih cepat dari biasanya.
Kemudian, tepat di bawah Lily, gadis yang lain tiba membawa pesan.
"Ini di atap. Tidak ada masalah disini... Saat ini, target sedang mandi. Dia tidak terlihat dengan jelas karena uap di kamar mandi, tapi sepertinya tidak ada pergerakan..."
Lily melaporkan informasi yang baru saja didengarnya.
Gadis berambut hitam itu mengangguk, kemudian dia memberikan isyarat dengan jari jempolnya kepada gadis-gadis lain yang bersiaga di koridor.
"Bagian pencahayaan, apa kamu sudah siap? Bagian kunci, apa semua kunci angka sudah kamu siapkan?"
Setelah pemeriksaan terakhir, gadis itu merapikan rambutnya, dan mengatakan bahwa semua persiapan sudah matang.
Kamar mandi berada di garis pandangnya.
Istana Kagerou memiliki dua tempat pemandian dan salah satunya merupakan kamar mandi yang besar, biasanya ini digunakan oleh para gadis. Tapi, kali ini mereka menuju ke tempat yang berbeda. Yaitu kamar mandi yang hanya digunakan oleh satu-satunya pria disini.
Suara pancuran dapat terdengar dari kamar mandi tersebut.
"0700, semuanya, waktunya untuk menyerang."
Gadis berambut hitam itu mengulangi instruksinya sekali lagi.
"Serang Sensei yang sedang mandi!"
Tim mata-mata yang baru dibentuk, [Akari], sekarang, mereka pemimpin mereka memberikan metode pelatihan yang kurang masuk akal.
***
Alasan ini semua terjadi karena lima hari yang lalu, itu adalah hari keempat sejak Lily dan gadis yang lain tiba di Istana Kagerou.
Gadis-gadis dari tim mata-mata [Akari], terpana ketika duduk di ruang pertemuan Istana Kagerou.
Demi menyelesaikan [Fukanou Ninmu], sebuah misi yang sangat berbahaya dan memiliki resiko tinggi, Klaus akan mendidik mereka semua―atau begitulah seharusnya, tapi karena kurangnya pengalaman Klaus dalam mendidik orang lain, gadis-gadis itu menjadi kecewa. Ketika Klaus memanggil gadis-gadis itu lagi, dia menulis [Kalahkan Aku] di papan tulis, setelah itu dia pergi meninggalkan ruangan. Instruksi ini kurang bisa dipahami oleh para gadis.
Gadis-gadis dari tim mata-mata [Akari], terpana ketika duduk di ruang pertemuan Istana Kagerou.
Demi menyelesaikan [Fukanou Ninmu], sebuah misi yang sangat berbahaya dan memiliki resiko tinggi, Klaus akan mendidik mereka semua―atau begitulah seharusnya, tapi karena kurangnya pengalaman Klaus dalam mendidik orang lain, gadis-gadis itu menjadi kecewa. Ketika Klaus memanggil gadis-gadis itu lagi, dia menulis [Kalahkan Aku] di papan tulis, setelah itu dia pergi meninggalkan ruangan. Instruksi ini kurang bisa dipahami oleh para gadis.
Hanya Lily yang mengerti apa yang akan dimaksud oleh Klaus, itu pun karena mereka pergi kencan sehari sebelumnya.
Selain itu, dia juga orang pertama yang menyadari perubahan di papan tulis.
Ada beberapa kalimat baru di papan tulis "Aturan untuk hidup bersama di Istana Kagerou".
(Aturan 28 : Siapapun yang bisa membuat bos mengatakan [Aku menyerah], dia akan menerima hadiah)
[Aturan 29 : Selama pertempuran, tidak peduli waktu, tidak peduli metodenya, semua di izinkan]
[Aturan 30 : Terakhir, harus ada serangan setiap 12 jam]
"Apa-apaan ini?"
Salah satu gadis meneriakkan kebingungannya.
Gadis-gadis lain juga tidak dapat memahaminya, mereka hanya bisa mengulangi setiap kalimat itu.
"Apa ini metode baru yang dia maksud...?"
Kalimat itu diucapkan oleh gadis berambut merah dengan potongan rambut bob.
Dia memiliki tubuh yang tinggi dan ramping. Usianya 18 tahun. Tubuh yang indah tanpa lemak berlebih, dan kulit yang halus. Suaranya terdengar begitu menenangkan yang membuatnya terkesan agak rapuh. Sama seperti kaca yang halus, dia bisa pecah jika digunakan dengan kasar.
"Mungkin ini adalah bentuk pelatihan yang mirip seperti pertempuran yang sebenarnya... Negosiasi, intimidasi, dan rayuan (tipuan)... Itu untuk menciptakan situasi yang membuatmu bebas mengendalikan target... Itu semua adalah keterampilan yang penting bagi mata-mata."
Gadis berambut merah memberikan penjelasan.
Gadis-gadis lain mungkin juga menyadarinya dengan samar-samar, tapi pada akhirnya dialah yang paling memahaminya diantara mereka semua.
"Tapi, 'tidak peduli waktu, tidak peduli metodenya', lo."
Gadis berambut hitam kebingungan dan memiringkan kepalanya dengan elegan.
"Tidak peduli seberapa kuatnya Sensei itu, kalau kita menyerangnya 7 lawan 1, dia tidak akan bisa melawan balik. Kita dapat menyerangnya ketika dia tidur. Atau memasukkan racun kedalam makanannya dan melumpuhkannya, Atau, kita temukan kelemahannya dan mengancamnya. Ini terlalu mudah."
"Kamu terlalu cepat menyimpulkan..." Gadis berambut merah mengerutkan dahinya.
"Apa maksudmu?"
"Orang itu adalah mata-mata kelas atas... Dia pasti tahu semua metode yang akan digunakan oleh mata-mata..."
Gadis berambut hitam menjilat bibirnya, dan tersenyum.
"Ara. Itu sangat menarik, bukan?"
Sebagian besar para gadis itu menunjukkan reaksi yang positif, sebagai respons terhadap provokasi Klaus.
Tapi, sebagian yang lain masih belum bisa menerima situasi ini.
"Tunggu dulu, kenapa kalian sangat termotivasi?"
Gadis berambut putih berteriak.
"Aku tahu dia mata-mata yang luar biasa, tapi sebagai instruktur, dia sangat payah, kan? Apa kalian akan mendengarkannya begitu saja? Aku tidak bisa mempercayainya sama sekali. Kita bahkan belum tahu tujuan tim kita secara detail, kan?"
"Bukankah ini lebih mudah?"
"Hmm?"
"Jika kita bisa membuat situasi dimana kita menyerangnya, mengikatnya, menyiksanya, dan memaksanya mengatakan 'Aku menyerah', dia akan menuruti keinginan kita. Kita bisa mengintrogasinya sesuka hati, dan meminta bos yang berbeda untuk menggantikannya."
"Oh, itu benar juga."
Berbeda dengan gadis berambut putih yang setuju dengan ide itu, gadis berambut coklat masih belum merasa yakin.
"Tidak, tidak, aku tidak bisa mengancam seseorang demi keuntungan pribadi meskipun itu hanya pelatihan..."
"Kalau ancaman, Lily sudah melakukannya, lo."
"Lily-san sudah pernah melakukannya?"
"Terlebih lagi, itu tidak terkait dengan pelatihan."
"Bukankah itu namanya kejahatan?"
"Aku hanya memberinya sedikit racun..." Lily menggaruk pipinya.
"Benarkah?" Gadis berambut coklat tampak terkejut.
Bagaimanapun, setelah diskusi singkat, para gadis itu memutuskan untuk menyerang secara agresif.
Sampai sekarang, kemampuan Klaus yang mereka tahu hanyalah sedikit. Selain itu, mereka juga ingin menguji apakah dia punya bakat yang cukup untuk menjadi pemimpin tim mereka. Kalau dia tidak memiliki keterampilan yang cukup untuk menyelesaikan misi mustahil, maka mereka akan mengancamnya untuk membubarkan [Akari], seperti yang dilakukan Lily sebelumnya.
Pada akhirnya, gadis berambut hitam menghasut mereka, dia mengangkat jarinya dengan gerakan yang elegan.
"Sepertinya kebijakan kita sudah diputuskan. Menurutku inilah kesempatan kita. Aku yakin Sensei meremehkan kita. Dia melihat kita sebagai siswa yang gagal! Mari kita beri dia pelajaran! Dengan kekuatan kita sendiri!"
Gadis berambut hitam mengangkat kepalan tangannya.
"Mari kita selesaikan ini dalam waktu 10 detik!"
Gadis-gadis lain menjadi termotivasi dan mengangkat kepalan tangan mereka ke atas sambil meneriakkan "Ya!" dengan semangat.
Ngomong-ngomong, upaya pertama mereka benar-benar berlangsung hanya dalam waktu 10 detik.
Ketika Klaus berjalan di lorong, para gadis itu menyerangnya dari langit-langit dengan pisau pelatihan. Mereka mengelilinginya dari kiri dan kanan, kemudian mereka berlari ke arahnya, tapi pada saat itu juga, kaki mereka tersangkut kawat.
Para gadis itu jatuh bersamaan, dengan wajah terbenam di lantai.
"... Ini bahkan belum cukup untuk bermain bersamaku."
Klaus menginjak punggung para gadis itu, dan berjalan menyusuri lorong.
Sejak saat itu, tidak ada lagi yang mengeluhkan metode pelatihan yang baru ini.
[Aturan 30 : Terakhir, harus ada serangan setiap 12 jam]
"Apa-apaan ini?"
Salah satu gadis meneriakkan kebingungannya.
Gadis-gadis lain juga tidak dapat memahaminya, mereka hanya bisa mengulangi setiap kalimat itu.
"Apa ini metode baru yang dia maksud...?"
Kalimat itu diucapkan oleh gadis berambut merah dengan potongan rambut bob.
Dia memiliki tubuh yang tinggi dan ramping. Usianya 18 tahun. Tubuh yang indah tanpa lemak berlebih, dan kulit yang halus. Suaranya terdengar begitu menenangkan yang membuatnya terkesan agak rapuh. Sama seperti kaca yang halus, dia bisa pecah jika digunakan dengan kasar.
"Mungkin ini adalah bentuk pelatihan yang mirip seperti pertempuran yang sebenarnya... Negosiasi, intimidasi, dan rayuan (tipuan)... Itu untuk menciptakan situasi yang membuatmu bebas mengendalikan target... Itu semua adalah keterampilan yang penting bagi mata-mata."
Gadis berambut merah memberikan penjelasan.
Gadis-gadis lain mungkin juga menyadarinya dengan samar-samar, tapi pada akhirnya dialah yang paling memahaminya diantara mereka semua.
"Tapi, 'tidak peduli waktu, tidak peduli metodenya', lo."
Gadis berambut hitam kebingungan dan memiringkan kepalanya dengan elegan.
"Tidak peduli seberapa kuatnya Sensei itu, kalau kita menyerangnya 7 lawan 1, dia tidak akan bisa melawan balik. Kita dapat menyerangnya ketika dia tidur. Atau memasukkan racun kedalam makanannya dan melumpuhkannya, Atau, kita temukan kelemahannya dan mengancamnya. Ini terlalu mudah."
"Kamu terlalu cepat menyimpulkan..." Gadis berambut merah mengerutkan dahinya.
"Apa maksudmu?"
"Orang itu adalah mata-mata kelas atas... Dia pasti tahu semua metode yang akan digunakan oleh mata-mata..."
Gadis berambut hitam menjilat bibirnya, dan tersenyum.
"Ara. Itu sangat menarik, bukan?"
Sebagian besar para gadis itu menunjukkan reaksi yang positif, sebagai respons terhadap provokasi Klaus.
Tapi, sebagian yang lain masih belum bisa menerima situasi ini.
"Tunggu dulu, kenapa kalian sangat termotivasi?"
Gadis berambut putih berteriak.
"Aku tahu dia mata-mata yang luar biasa, tapi sebagai instruktur, dia sangat payah, kan? Apa kalian akan mendengarkannya begitu saja? Aku tidak bisa mempercayainya sama sekali. Kita bahkan belum tahu tujuan tim kita secara detail, kan?"
"Bukankah ini lebih mudah?"
"Hmm?"
"Jika kita bisa membuat situasi dimana kita menyerangnya, mengikatnya, menyiksanya, dan memaksanya mengatakan 'Aku menyerah', dia akan menuruti keinginan kita. Kita bisa mengintrogasinya sesuka hati, dan meminta bos yang berbeda untuk menggantikannya."
"Oh, itu benar juga."
Berbeda dengan gadis berambut putih yang setuju dengan ide itu, gadis berambut coklat masih belum merasa yakin.
"Tidak, tidak, aku tidak bisa mengancam seseorang demi keuntungan pribadi meskipun itu hanya pelatihan..."
"Kalau ancaman, Lily sudah melakukannya, lo."
"Lily-san sudah pernah melakukannya?"
"Terlebih lagi, itu tidak terkait dengan pelatihan."
"Bukankah itu namanya kejahatan?"
"Aku hanya memberinya sedikit racun..." Lily menggaruk pipinya.
"Benarkah?" Gadis berambut coklat tampak terkejut.
Bagaimanapun, setelah diskusi singkat, para gadis itu memutuskan untuk menyerang secara agresif.
Sampai sekarang, kemampuan Klaus yang mereka tahu hanyalah sedikit. Selain itu, mereka juga ingin menguji apakah dia punya bakat yang cukup untuk menjadi pemimpin tim mereka. Kalau dia tidak memiliki keterampilan yang cukup untuk menyelesaikan misi mustahil, maka mereka akan mengancamnya untuk membubarkan [Akari], seperti yang dilakukan Lily sebelumnya.
Pada akhirnya, gadis berambut hitam menghasut mereka, dia mengangkat jarinya dengan gerakan yang elegan.
"Sepertinya kebijakan kita sudah diputuskan. Menurutku inilah kesempatan kita. Aku yakin Sensei meremehkan kita. Dia melihat kita sebagai siswa yang gagal! Mari kita beri dia pelajaran! Dengan kekuatan kita sendiri!"
Gadis berambut hitam mengangkat kepalan tangannya.
"Mari kita selesaikan ini dalam waktu 10 detik!"
Gadis-gadis lain menjadi termotivasi dan mengangkat kepalan tangan mereka ke atas sambil meneriakkan "Ya!" dengan semangat.
Ngomong-ngomong, upaya pertama mereka benar-benar berlangsung hanya dalam waktu 10 detik.
Ketika Klaus berjalan di lorong, para gadis itu menyerangnya dari langit-langit dengan pisau pelatihan. Mereka mengelilinginya dari kiri dan kanan, kemudian mereka berlari ke arahnya, tapi pada saat itu juga, kaki mereka tersangkut kawat.
Para gadis itu jatuh bersamaan, dengan wajah terbenam di lantai.
"... Ini bahkan belum cukup untuk bermain bersamaku."
Klaus menginjak punggung para gadis itu, dan berjalan menyusuri lorong.
Sejak saat itu, tidak ada lagi yang mengeluhkan metode pelatihan yang baru ini.
***
Komentar
Posting Komentar
Tulis komentar