Chapter 2 : Kerjasama (Part 3)
"Ahhhhhhhhhhhhh! Kenapa kita tidak bisa menang melawannya!?"
"Ahh... A-Aku melihat punya Sensei... Uwaa..."
"Hei. Selanjutnya, biar aku yang mengambil alih komando, aku pasti akan melakukannya dengan baik."
"Untuk sekarang, prioritas utama kita adalah mengumpulkan informasi. Kita harus bersikap tenang agar dapat menemukan kelemahannya..."
Di dalam ruang pertemuan, gadis gadis itu mendiskusikan rencana mereka untuk selanjutnya. Dengan duduk di sekitar meja, mereka saling mengemukakan ide masing-masing tentang peningkatan penyerangan. Waktu mereka tersisa sedikit, mereka harus menghemat waktu sebanyak mungkin. Mereka harus menyerang Klaus dengan rencana lain dalam 12 jam ke depan.
Entah kenapa, metode pengajaran Klaus yang baru ini bekerja dengan sempurna.
Pengalaman gadis-gadis itu semakin bertambah, melalui pertempuran melawan mata-mata nomor satu.
"Tapi, aku tidak mengerti. Apa-apaan tadi itu? Dia seharusnya tidak bisa membuka kunci angka itu?"
Ketika gadis berambut hitam memiringkan kepalanya dengan anggun, seorang gadis yang lain meresponsnya dengan bergumam "Hm?".
"Apa kamu berbicara kepadaku?"
(Tl note : gadis ini menggunakan kata Boku yang kebanyakan digunakan oleh anak laki-laki)
Gadis dengan rambut perak kebiruan menunjukkan senyum yang sombong.
Dari sudut pandang gadis-gadis lain, dia agak sulit dipahami. Dia memiliki postur tubuh yang normal. Usianya 16 tahun. Penampilan wajahnya cukup menarik, tapi kecantikannya tidak begitu menonjol. Hanya gaya rambutnya yang satu-satunya jadi keistimewaannya, namun dia tampak seperti penyendiri.
"Jangan bertingkah seolah ini bukan urusanmu... Bukankah kamu yang bertanggung jawab atas kunci itu?"
"Aku tidak tahu. Aku sudah memasang kunci angka di pintu itu. Kunci itu tidak akan bisa dibuka, kecuali memasukkan 6 angka yang valid."
"...Untuk sekarang, akui saja kesalahanmu."
"Hah? Bukankah tim penyerang yang membuat rencananya lebih kacau?"
"..!"
Itu adalah kebiasaan buruknya, dia cenderung bangga dengan keunggulannya. Ngomong-ngomong, dialah satu-satunya orang yang membuka gembok dalam batas waktu yang ditentukan pada hari kedua kedatangan mereka di Istana Kagerou.
Sebelum perkelahian semakin memanas, Lily bertepuk tangan.
"Sudah cukup, sekarang yang penting adalah kerjasama tim. Bukan konflik internal. Kalian tahu kan, ikatan dengan rekan-rekan itu sangatlah berharga? Jadi tenangkanlah diri kalian masing-masing. Aku akan memberi kalian makanan mewah.. 'kue financier' yang kubeli tadi."
(Tl note : ' kue asal Prancis berbentuk balok kecil)
"Ara... sangat lezat!"
"Oh, rasanya enak sekali."
"Fufu, kalau mau satu lagi, berlututlah dan panggil aku ketua yang luar biasa!"
"Kamu benar-benar cepat menjadi sombong." Ujar salah satu di antara mereka.
Meskipun gadis-gadis itu tidak mengetahui detailnya, Lily tiba-tiba diputuskan menjadi ketua.
Ketika mereka menanyakan alasannya, orang itu sendiri malah―
"Yah, tidak peduli berapa kali mengucapkannya, kata Ketua itu terdengar sangat mengagumkan. Mulai saat ini, Lily-chan yang legendaris akan bangkit. Ufufu."
―mengatakan itu dengan bahagia.
Pada akhirnya mereka menyerah untuk bertanya.
Selain Lily yang sedang melihat ke samping dan mengatakan bahwa eranya telah datang, para gadis yang lain melanjutkan diskusi metode penyerangan mereka berikutnya. Jawaban untuk pertanyaan itu memang tidak bisa didapatkan dengan mudah, tapi setidaknya mereka masih bersemangat. Tentu saja alasannya karena rasa frustasi dan kemarahan mereka terhadap Klaus.
Sebagian besar memang karena emosi, tapi selain itu.. mereka juga telah mempertimbangkannya secara rasional.
Tingkat kematian 90%―persentase itu membuat para gadis menjadi gelisah.
Klaus berjanji bahwa mereka semua akan kembali hidup-hidup, tapi para gadis tidak bisa mempercayai perkataannya begitu saja tanpa ada jaminan.
"Pokoknya sekarang kita harus memperdalam kerja sama kita." Gadis berambut hitam menyatakan solusinya. "Aku tidak berpikir kita bisa menyelesaikan misi mustahil tanpa mengalahkan pria itu."
"Hmm. Yah, hanya itu yang bisa kita lakukan sekarang."
Gadis berambut perak kebiruan mendengus arogan, tapi dia tetap menyetujuinya. Kemudian, dia tiba-tiba melihat ke arah seorang gadis yang duduk di sofa, jauh dari meja.
"Hei, kamu diam terus sepanjang waktu―"
Gadis berambut perak kebiruan memanggil nama gadis itu.
"Elna, apa kamu tidak punya pendapat?"
Gadis berambut pirang―Elna, menaikkan kepalanya.
Dia memiliki rambut berwarna pirang dan kulit seputih salju. Dia terlihat seperti boneka. Alasannya karena dia mengenakan gaun dengan banyak hiasan. Tidak hanya penampilannya saja, dirinya yang selalu tenang sampai membuatnya semakin mirip dengan boneka. Gadis yang merupakan salah satu anggota [Akari] ini, tidak terlalu banyak bicara.
Usianya 14 tahun. Dia adalah yang paling muda di antara mereka semua.
Dengan enggan, gadis itu membuka mulutnya.
"―Bukan begitu."
Itu adalah kata-kata pertamanya.
"Elna terus memikirkan perkataan Lily-Oneechan."
"Hm...?" Lily memiringkan kepalanya.
"Ikatan dan koneksi hanya sekedar formalitas. Kita adalah mata-mata. Kita seharusnya tidak mempercayai siapapun dengan mudah."
Dia mengatakan ungkapan yang kasar.
Gadis-gadis lain langsung menatap Elna. Mereka tidak tahu mengapa dia mengucapkan pernyataan, yang bisa menghancurkan seluruh tim, di dalam situasi yang penting ini. Mata mereka dipenuhi keraguan bercampur kritikan.
"U-Um, apa kamu ingin makan kue financier?"
Menyadari suasana mulai menegang, Lily memaksakan diri untuk tersenyum.
"Tidak butuh."
Setelah menolak tawaran Lily, Elna berdiri dari sofa.
"Aku ingin pergi jalan-jalan... Selamat tinggal."
Elna tidak menunjukkan minat untuk berpartisipasi dalam diskusi.
Setelah melihat penolakan yang jelas itu, para anggota terbagi antara tercengang dan tidak puas.
Tanpa mempedulikan mereka, Elna tidak berhenti berjalan.
Lily memanggilnya.
"Elna-chan, percayalah pada rekan-rekanmu. Itulah artinya sebuah tim."
Tiba-tiba gadis itu berhenti, lalu dia berbalik.
"Jika kamu mempercayai seseorang, maka kamu akan kalah. Itulah artinya mata-mata."
Dia menunjukkan tatapan yang dingin.
Setelah dia pergi, keheningan yang panjang memenuhi ruang pertemuan.
"Ahh... A-Aku melihat punya Sensei... Uwaa..."
"Hei. Selanjutnya, biar aku yang mengambil alih komando, aku pasti akan melakukannya dengan baik."
"Untuk sekarang, prioritas utama kita adalah mengumpulkan informasi. Kita harus bersikap tenang agar dapat menemukan kelemahannya..."
Di dalam ruang pertemuan, gadis gadis itu mendiskusikan rencana mereka untuk selanjutnya. Dengan duduk di sekitar meja, mereka saling mengemukakan ide masing-masing tentang peningkatan penyerangan. Waktu mereka tersisa sedikit, mereka harus menghemat waktu sebanyak mungkin. Mereka harus menyerang Klaus dengan rencana lain dalam 12 jam ke depan.
Entah kenapa, metode pengajaran Klaus yang baru ini bekerja dengan sempurna.
Pengalaman gadis-gadis itu semakin bertambah, melalui pertempuran melawan mata-mata nomor satu.
"Tapi, aku tidak mengerti. Apa-apaan tadi itu? Dia seharusnya tidak bisa membuka kunci angka itu?"
Ketika gadis berambut hitam memiringkan kepalanya dengan anggun, seorang gadis yang lain meresponsnya dengan bergumam "Hm?".
"Apa kamu berbicara kepadaku?"
(Tl note : gadis ini menggunakan kata Boku yang kebanyakan digunakan oleh anak laki-laki)
Gadis dengan rambut perak kebiruan menunjukkan senyum yang sombong.
Dari sudut pandang gadis-gadis lain, dia agak sulit dipahami. Dia memiliki postur tubuh yang normal. Usianya 16 tahun. Penampilan wajahnya cukup menarik, tapi kecantikannya tidak begitu menonjol. Hanya gaya rambutnya yang satu-satunya jadi keistimewaannya, namun dia tampak seperti penyendiri.
"Jangan bertingkah seolah ini bukan urusanmu... Bukankah kamu yang bertanggung jawab atas kunci itu?"
"Aku tidak tahu. Aku sudah memasang kunci angka di pintu itu. Kunci itu tidak akan bisa dibuka, kecuali memasukkan 6 angka yang valid."
"...Untuk sekarang, akui saja kesalahanmu."
"Hah? Bukankah tim penyerang yang membuat rencananya lebih kacau?"
"..!"
Itu adalah kebiasaan buruknya, dia cenderung bangga dengan keunggulannya. Ngomong-ngomong, dialah satu-satunya orang yang membuka gembok dalam batas waktu yang ditentukan pada hari kedua kedatangan mereka di Istana Kagerou.
Sebelum perkelahian semakin memanas, Lily bertepuk tangan.
"Sudah cukup, sekarang yang penting adalah kerjasama tim. Bukan konflik internal. Kalian tahu kan, ikatan dengan rekan-rekan itu sangatlah berharga? Jadi tenangkanlah diri kalian masing-masing. Aku akan memberi kalian makanan mewah.. 'kue financier' yang kubeli tadi."
(Tl note : ' kue asal Prancis berbentuk balok kecil)
"Ara... sangat lezat!"
"Oh, rasanya enak sekali."
"Fufu, kalau mau satu lagi, berlututlah dan panggil aku ketua yang luar biasa!"
"Kamu benar-benar cepat menjadi sombong." Ujar salah satu di antara mereka.
Meskipun gadis-gadis itu tidak mengetahui detailnya, Lily tiba-tiba diputuskan menjadi ketua.
Ketika mereka menanyakan alasannya, orang itu sendiri malah―
"Yah, tidak peduli berapa kali mengucapkannya, kata Ketua itu terdengar sangat mengagumkan. Mulai saat ini, Lily-chan yang legendaris akan bangkit. Ufufu."
―mengatakan itu dengan bahagia.
Pada akhirnya mereka menyerah untuk bertanya.
Selain Lily yang sedang melihat ke samping dan mengatakan bahwa eranya telah datang, para gadis yang lain melanjutkan diskusi metode penyerangan mereka berikutnya. Jawaban untuk pertanyaan itu memang tidak bisa didapatkan dengan mudah, tapi setidaknya mereka masih bersemangat. Tentu saja alasannya karena rasa frustasi dan kemarahan mereka terhadap Klaus.
Sebagian besar memang karena emosi, tapi selain itu.. mereka juga telah mempertimbangkannya secara rasional.
Tingkat kematian 90%―persentase itu membuat para gadis menjadi gelisah.
Klaus berjanji bahwa mereka semua akan kembali hidup-hidup, tapi para gadis tidak bisa mempercayai perkataannya begitu saja tanpa ada jaminan.
"Pokoknya sekarang kita harus memperdalam kerja sama kita." Gadis berambut hitam menyatakan solusinya. "Aku tidak berpikir kita bisa menyelesaikan misi mustahil tanpa mengalahkan pria itu."
"Hmm. Yah, hanya itu yang bisa kita lakukan sekarang."
Gadis berambut perak kebiruan mendengus arogan, tapi dia tetap menyetujuinya. Kemudian, dia tiba-tiba melihat ke arah seorang gadis yang duduk di sofa, jauh dari meja.
"Hei, kamu diam terus sepanjang waktu―"
Gadis berambut perak kebiruan memanggil nama gadis itu.
"Elna, apa kamu tidak punya pendapat?"
Gadis berambut pirang―Elna, menaikkan kepalanya.
Dia memiliki rambut berwarna pirang dan kulit seputih salju. Dia terlihat seperti boneka. Alasannya karena dia mengenakan gaun dengan banyak hiasan. Tidak hanya penampilannya saja, dirinya yang selalu tenang sampai membuatnya semakin mirip dengan boneka. Gadis yang merupakan salah satu anggota [Akari] ini, tidak terlalu banyak bicara.
Usianya 14 tahun. Dia adalah yang paling muda di antara mereka semua.
Dengan enggan, gadis itu membuka mulutnya.
"―Bukan begitu."
Itu adalah kata-kata pertamanya.
"Elna terus memikirkan perkataan Lily-Oneechan."
"Hm...?" Lily memiringkan kepalanya.
"Ikatan dan koneksi hanya sekedar formalitas. Kita adalah mata-mata. Kita seharusnya tidak mempercayai siapapun dengan mudah."
Dia mengatakan ungkapan yang kasar.
Gadis-gadis lain langsung menatap Elna. Mereka tidak tahu mengapa dia mengucapkan pernyataan, yang bisa menghancurkan seluruh tim, di dalam situasi yang penting ini. Mata mereka dipenuhi keraguan bercampur kritikan.
"U-Um, apa kamu ingin makan kue financier?"
Menyadari suasana mulai menegang, Lily memaksakan diri untuk tersenyum.
"Tidak butuh."
Setelah menolak tawaran Lily, Elna berdiri dari sofa.
"Aku ingin pergi jalan-jalan... Selamat tinggal."
Elna tidak menunjukkan minat untuk berpartisipasi dalam diskusi.
Setelah melihat penolakan yang jelas itu, para anggota terbagi antara tercengang dan tidak puas.
Tanpa mempedulikan mereka, Elna tidak berhenti berjalan.
Lily memanggilnya.
"Elna-chan, percayalah pada rekan-rekanmu. Itulah artinya sebuah tim."
Tiba-tiba gadis itu berhenti, lalu dia berbalik.
"Jika kamu mempercayai seseorang, maka kamu akan kalah. Itulah artinya mata-mata."
Dia menunjukkan tatapan yang dingin.
Setelah dia pergi, keheningan yang panjang memenuhi ruang pertemuan.
***
Komentar
Posting Komentar
Tulis komentar