Langsung ke konten utama

Classroom of the Elite 2nd Year Volume 2 Chapter 3 Part 4

Chapter 3 :
Musim panas yang semakin dekat, firasat akan pertempuran sengit (Part 4)



Sepulang sekolah, ponsel siswa yang berbakat dalam bidang akademik dan olahraga, berdering sekaligus. Horikita mendekatiku sambil memperhatikan situasi itu.

"Sepertinya semua orang sudah mulai bergerak. Yah, wajar memilih siswa-siswa berbakat untuk menjadi anggota kelompok."

Tidak peduli strategi macam apa yang dibuat oleh masing-masing kelas, ada baiknya bagi siswa untuk mengambil inisiatif terlebih dahulu.

"Apa kau tidak menerima pesan apapun, Horikita?"

"Tidak ada."

"Yah.. itu wajar sih, karena tidak banyak orang yang mengetahui informasi kontakmu."

"Kamu sudah tahu itu, tapi kamu sengaja menyebutkannya, kamu memiliki kepribadian yang buruk ya. Jadi, apa ada yang mengirim pesan padamu, Ayanokouji-kun, satu-satunya siswa yang mendapat nilai sempurna dalam ujian matematika?"

Aku memutuskan untuk melihat ponselku yang tidak berdering, untuk menghindari kemarahannya.

"Sayangnya, baterai ponselku habis. Aku belum mengisinya 'beberapa hari ini."

(Tl note : ' 2, 3 hari)

"Wajar kalau kamu jarang mengisi baterai ponselmu, karena kamu tidak sering menggunakannya."

Itu tidak benar.. aku ingin menyangkal seperti itu, tapi apa yang dikatakan Horikita memang benar.

Jika seseorang tidak menggunakan ponselnya dalam waktu lama, dia akan lupa mengisi baterainya.

"Bukankah kau seharusnya lebih memperhatikan teman sekelas kita? Jika mereka sembarangan memilih kelompok, kaulah yang akan kesulitan nantinya."

"Itu tidak perlu, aku sudah memberi instruksi pada mereka. Aku mengirimnya dalam bentuk pesan kepada semua orang. Mungkin kamu belum mengetahuinya karena ponselmu sedang mati."

Dengan mengatakan itu, Horikita memperlihatkan layar ponselnya padaku.

○ Jangan membentuk kelompok sebelum Kelas D mencapai kesepakatan.

○ Jika ada yang ingin membentuk kelompok secepatnya, hubungi dulu Horikita.

Tampaknya Horikita telah menetapkan sedikit aturan untuk mengantisipasi hal ini.

"Aku tidak bisa memaksakan aturan ini pada mereka. Hasilnya tergantung keputusan mereka masing-masing."

Memang benar, itu adalah hak mereka untuk memutuskan anggota kelompok. Mereka tidak dapat membentuk kelompok bersama orang yang kepribadiannya tidak sesuai dengan mereka, karena itu bisa saja menyebabkan mereka dikeluarkan dari sekolah. Sekalipun keempat kelas bekerja sama untuk menyelesaikan ujian, tidak akan ada situasi ideal dimana tidak ada seorangpun menerima hukuman.

Oleh karena itu, satu-satunya yang bisa kami lakukan adalah memberi saran.

Kemudian, aku berdiri dari kursiku dan mengisi baterai ponsel dengan charger yang selalu kubawa.

Karena mungkin saja ada siswa yang menguping pembicaraan kami.

"Apakah Ichinose sudah menghubungimu? Aku tidak akan terkejut jika dia mengusulkan rencana kerja sama antara kelas dua."

"Sejauh ini belum ada yang menghubungiku. Bahkan Kelas A maupun Kelas B juga tidak mengajukan proposal. Jika semua kelas dua ingin bekerja sama, mereka harusnya sudah menghubungi kita sekarang."

Seandainya siswa membentuk kelompok atas keinginannya sendiri, kerja sama akan semakin sulit terbentuk. Jika tidak melakukan diskusi dari awal, pada akhirnya semua kelas dua akan saling bertarung satu sama lain. Horikita harusnya sudah bertindak sekarang, jika dia memang ingin bekerja sama.

Horikita tidak menunjukkan ketidakpuasannya melihatku pergi ke koridor. Sebaliknya, dia mengikutiku.

Sepertinya masih ada yang ingin dia katakan, setelah memastikan tidak ada orang di sekitar kami, Horikita mulai bicara padaku.

"Ujian khusus di pulau tak berpenghuni berikutnya... bisakah kamu mendapatkan peringkat pertama seorang diri?"

"Jangan bercanda. Saat ini kita hanya mengetahui kalau ujian akan diadakan di pulau tak berpenghuni."

"Kupikir kamu yang mendapatkan nilai sempurna dalam ujian matematika, tidak membutuhkan kelompok."

Alasan macam apa itu? Dia mengungkapkan pemikirannya dengan menekankan kata-kata itu.

"Jika kita berada di peringkat pertama, Kelas D pasti akan mendapatkan poin kelas yang banyak. Kamu akan mengambil peringkat pertama, lalu kelas tiga dan kelas satu akan menempati peringkat kedua dan ketiga. Itu lebih baik daripada membiarkan kelas dua lainnya."

Lebih mudah diucapkan daripada dilakukan.

"Kalau untuk itu, kita dapat beralasan membentuk kelompok karena tidak ingin menerima hukuman. Dengan begitu, akan lebih mudah untuk membentuk kelompok."

Kalau kami beralih untuk membentuk kelompok yang kuat demi kemenangan, kelompok yang lemah pasti akan terbentuk.

"Tidak semua orang mampu membayar satu juta poin pribadi untuk menghindari hukuman."

"Ya. Aku ingin mengumpulkan poin pribadi sebanyak mungkin untuk siswa yang mengkhawatirkan, tapi jika siswa yang meminjamkan poin menerima hukuman pengusiran, aku tidak akan bisa berbuat apa-apa."

Tidak ada yang lebih sia-sia daripada membantu orang lain sementara dirinya sendiri gagal.

"Kalau kau tidak ingin itu terjadi, kau hanya perlu meminjamnya pada siswa yang memiliki poin berlebih."

Itu mungkin akan berhasil, tapi siswa yang memiliki poin pribadi dalam jumlah banyak sangatlah terbatas.

"Sebenarnya masih ada cara untuk menghindari hukuman, tapi aku tidak yakin mereka mau melakukannya."

"Mundur dengan sengaja di awal ujian?"

Sepertinya Horikita sudah melihat sedikit celah dalam ujian ini. Menurut aturan, hanya 5 kelompok peringkat terakhir yang akan dikeluarkan dari sekolah. Dalam hal itu, jika kami menyiapkan 5 kelompok tumbal dan membiarkan mereka mundur dengan sengaja, siswa-siswa yang lain tidak perlu khawatir akan menerima hukuman. Namun, untuk melakukannya, kami harus mempersiapkan 30 juta poin pribadi sebelum itu, terlebih lagi poin kelas akan diambil oleh tiga kelompok teratas. Bahkan jika kelompok tumbal dan kelompok teratas berasal dari kelas yang sama, kami tidak akan dapat memulihkan kerugian. Alasan pihak sekolah mengkaitkan tiga kelompok teratas dengan tiga kelompok terbawah, dapat dianggap sebagai tindakan untuk mencegah kecurangan.

"Sepertinya kita hanya bisa mengandalkan kekuatan masing-masing."

"Itu benar. Bisakah aku berkonsultasi lagi denganmu nanti?"

Horikita berhenti berjalan dan berkata begitu.

"Asalkan bisa kujawab."

"Itu sudah cukup, terima kasih."

Sepertinya masih ada yang ingin dibicarakan Horikita denganku nanti.

Setelah melihat Horikita pergi, aku memutuskan pergi menuju tangga.

***

Komentar

ir.uye mengatakan…
nice min
lanjooot
Wamura mengatakan…
mantap sehari 1chapter
Unknown mengatakan…
Mntap min updatenya
Unknown mengatakan…
Lanjut terus min

Postingan populer dari blog ini

Classroom of the Elite 2nd Year Volume 2

Volume 2 Ilustrasi Prolog Chapter 1 Part 1 Chapter 1 Part 2 Chapter 1 Part 3 Chapter 1 Part 4 Chapter 1 Part 5 Chapter 2 Part 1 Chapter 2 Part 2 Chapter 2 Part 3 Chapter 3 Part 1 Chapter 3 Part 2 Chapter 3 Part 3 Chapter 3 Part 4 Chapter 3 Part 5 Chapter 3 Part 6 Chapter 3 Part 7 Chapter 3 Part 8 Chapter 3 Part 9 Chapter 3 Part 10 Chapter 3 Part 11 Chapter 4 Part 1 Chapter 4 Part 2 Chapter 4 Part 3 Chapter 4 Part 4 Chapter 4 Part 5 Chapter 4 Part 6 Chapter 4 Part 7 Chapter 5 Part 1 Chapter 5 Part 2 Chapter 5 Part 3 Chapter 5 Part 4 Epilog [PDF] SS Amasawa Ichika SS Horikita Suzune SS Tsubaki Sakurako SS Shiina Hiyori

Classroom of the Elite 2nd Year Volume 1

Volume 1 Prolog Chapter 1 Chapter 2 Chapter 3 Chapter 4 Chapter 5 Part 1 Chapter 5 Part 2 Chapter 5 Part 3 Chapter 5 Part 4 Chapter 6 Part 1 Chapter 6 Part 2 Epilog SS Horikita Suzune SS Nanase Tsubasa I SS Nanase Tsubasa II SS Karuizawa Kei

Classroom of the Elite 2nd Year Volume 2 Chapter 1 Part 1

Chpater 1 : Perubahan dalam Kehidupan Sekolah (Part 1) Pada hari itu, Kelas 2-D menghadapi situasi aneh yang belum pernah terjadi sebelumnya. Teruhiko Yukimura berkali-kali menghentakkan kakinya, sambil melihat ke arah pintu masuk kelas. "Bisakah kamu tenang sedikit? Ini bahkan belum sampai 5 menit sejak Kiyopon pergi. Dia dipanggil oleh sensei, kan? Berarti dia tidak akan kembali dalam waktu dekat." Hasebe Haruka, teman sekelas sekaligus teman terdekat, berkata begitu kepada Yukimura. Sakura Airi dan Miyake Akito duduk di sebelahnya. "Aku sudah tenang... tidak perlu khawatir," jawab Yukimura. Meskipun dia berhenti menghentakkan kaki, tidak lama setelah itu dia kembali tegang. Diam-diam dia mulai menghentakkan kakinya ke atas dan ke bawah, hingga menggesek celananya. Yukimura berencana untuk bicara dengan Ayanokouji sepulang sekolah, tapi dia menundanya karena kehadiran Horikita. Kemudian dia mendengar dari gadis itu bahwa Chabashira memanggilny