Chapter 3 : Musim panas yang semakin dekat, firasat akan pertempuran sengit (Part 7)
Pagi hari selanjutnya.
Setelah aku menyelesaikan persiapanku untuk pergi ke sekolah, aku menyalakan ponselku.
Aku menerima pemberitahuan dari sekolah melalui email.
Di situ tertulis bahwa aku telah di beri [Kartu Trial].
"Tak kusangka aku akan mendapatkan kartu spesial..."
Tepat ketika rumor tentang nilai matematika ku yang sempurna berakhir, aku malah mendapatkan kartu spesial. Meski begitu, kartu ini bisa dikatakan sebagai pedang bermata dua, ada kemungkinan aku akan menarik perhatian lagi karena efek kartu Trial cukup kuat. Aku bisa saja menjualnya kepada siswa yang membutuhkan, tapi karena efek kartu ini, aku tidak bisa sembarangan menukarkannya dengan orang lain. Seandainya kelompok siswa yang memegang kartuku menempati peringkat pertama, itu akan jadi tanggung jawabku.
Ada kemungkinan Tsukishiro memberiku kartu ini untuk meningkatkan peluang mengeluarkanku dari sekolah, tapi mengingat bahwa kartu ujian bisa ditransfer, rencana ini terlalu lemah untuk menekanku. Lebih masuk akal untuk menafsirkannya sebagai kebetulan. Tampaknya dua kartu spesial yang tersisa [More People] dan [Nullifily], masing-masing diterima oleh Asakura Mako dari Kelas C dan Koharu Yano dari Kelas A. Mungkin ini adalah keberuntungan karena pembagiannya terpisah seperti ini, setidaknya sampai batas tertentu.
Aku meninggalkan asrama sedikit lebih awal dari biasanya, sambil memikirkan apa yang harus kulakukan selanjutnya.
Lalu, aku bertemu Shinohara di dalam lift.
"Selamat pagi."
"Pagi."
Dia adalah teman sekelasku, tapi aku tidak begitu dekat dengannya, jadi tidak ada lagi percakapan lebih lanjut. Kami hanya bertukar salam sederhana. Tidak butuh waktu lama sampai lift tiba di lantai pertama, aku menekan tombol pintu lift dan membiarkan Shinohara keluar lebih dulu.
Ike yang biasanya datang terlambat ke sekolah, terlihat sedang menunggu seseorang di lobi. Dia menjadi gelisah ketika melihat Shinohara keluar dari lift.
Kupikir dia sedang menunggu Sudou, tapi sepertinya tidak begitu.
Ike menyapa Shinohara dan melihatnya pergi meninggalkan gedung asrama, tapi beberapa saat kemudian, dia segera mengikutinya.
Aku memutuskan untuk memperlambat jalanku, dan menjaga jarak yang cukup agar tidak mengganggu mereka.
"Hei, Shinohara."
"Apa?"
Ketika aku tiba di luar, aku bisa mendengar percakapan mereka dari belakang, meskipun samar-samar.
"Umm, tentang hal itu. Kelompok untuk ujian khusus di pulau tak berpenghuni... apa kau sudah memdiskusikannya dengan seseorang?"
"Belum sama sekali ... memangnya kenapa?"
"Tidak ada. Aku hanya bertanya saja."
"Oh begitu... Kamu sendiri bagaimana? Yah, palingan kamu akan bersama Sudou-kun dan Hondou-kun, benar kan?"
"Apa salahnya? Kupikir akan menyenangkan jika bersama kedua orang itu."
"Begitulah~"
Shinohara tertawa seolah-olah mengejeknya, tapi Ike sepertinya tidak peduli dengan itu.
Tampaknya ada sesuatu yang ingin Ike katakan, dia berusaha mengungkapkannya.
"Meski begitu, mereka berdua bisa bertahan sendiri... apalagi Ken, dia sangat kuat, dia akan sangat membantu dalam kelompok."
"Mungkin begitu."
Meskipun Shinohara menunjukkan reaksi yang cuek, dia sepertinya tidak benci berbicara dengan Ike.
"Bagaimana aku mengatakannya, ya. Kurasa aku bisa membantumu kalau memang dibutuhkan... jadi kalau kau dalam kesulitan, aku... itu, aku bersedia membentuk kelompok denganmu."
"Apa-apaan itu? Kenapa kamu malah jadi sombong?"
"Kau melihatnya tahun lalu, kan? Aku sudah terbiasa berkemah, jadi kupikir aku bisa diandalkan dalam ujian seperti ini."
Ike berusaha membujuk Shinohara dengan keterampilannya bertahan hidup di pulau tak berpenghuni.
Intinya, dia menggunakan itu untuk membentuk kelompok dengan Shinohara.
"Yah, aku akan mempertimbangkannya... apa kamu yakin ingin berada dalam kelompok yang sama denganku?"
"Eh, ah, jangan salah paham. Kau salah satu siswa yang beresiko putus sekolah, kan? Karena itulah aku yang baik hati ini akan berkorban untuk melindungimu."
Ike tidak mengatakan yang sejujurnya, dia mengucapkan kata-kata yang akan membuatnya dibenci.
"Hah!? Pengorbanan apanya? Aku bahkan tidak meminta bantuanmu!"
Setelah mendengar kata-kata Ike, tidak mungkin Shinohara mau membentuk kelompok dengannya.
Suasana di antara mereka berdua mulai berubah.
"Ah, selamat pagi, Ike-kun. Apa kamu punya waktu luang sekarang? Ada yang ingin kubicarakan denganmu."
Tepat ketika suasana menjadi berat, Kushida muncul dari belakang dan memanggil Ike.
Pada saat itu juga, Ike memalingkan wajahnya dari Shinohara, dan melambaikan tangan pada Kushida dengan penuh semangat.
"Apa itu? Aku punya waktu luang sekarang."
Dengan berkata begitu, Ike meninggalkan Shinohara dan berlari ke arah Kushida.
Shinohara melihatnya dengan tatapan dingin.
"Sebenarnya, Kobashi-san dari Kelas C ingin mengundangmu ke dalam kelompoknya. Dia sepertinya sudah tiba di sekolah. Maukah kamu menemuinya nanti?"
"Benarkah!? Aku akan menemuinya sekarang juga!"
Setelah mengetahui seorang gadis mengundangnya, Ike menjadi sangat bersemangat.
"Ah, tapi sepertinya kamu sedang berbicara dengan Shinohara-san... apakah tidak apa-apa?"
Kushida melihat Shinohara untuk memastikannya.
"Tidak apa-apa. Malahan aku merasa terganggu karena keberadaannya. Bawa saja dia pergi."
"Akulah yang merasa terganggu!"
Mereka saling memaki satu sama lain. Ike yang jelas-jelas bersalah di sini, pergi bersama Kushida.
Shinohara berhenti berjalan, dia terlihat sedih ketika melihat kedua orang itu pergi.
Tidak lama kemudain, aku menyusul Shinohara dan melewatinya.
Bagaimanapun, Ike adalah tipe orang yang mudah terbawa suasana.
Dia sangat bersemangat menerima undangan dari seorang gadis.., sehingga melupakan sesuatu yang penting.
"Satsuki."
Tiba-tiba, suara orang yang memanggil nama Shinohara terdengar dari arah belakang. Aku reflek melihat ke belakang.
"Ah, Komiya-kun... selamat pagi."
Kukira siapa, ternyata orang itu adalah Komiya Kyougo, siswa Kelas 2-B.
"Ada apa? Apa kau siap nangis?"
"Eh? Ke-Kenapa kamu bertanya begitu?"
"Yah, karena matamu terlihat merah."
"Ah, begitu ya? Barusan ada debu yang masuk ke mataku... aduh-duh."
Itu adalah akting, Shinohara ingin menyembunyikan perasaannya yang sesungguhnya.
"Ngomong-ngomong, aku dengar dari Sudou-kun kalau kamu akan menjadi pemain inti di tim basket?"
"Benar. Akhirnya tiba juga waktunya."
"Kamu selalu berlatih sampai larut malam. Bohong jika aku bilang kamu tidak pantas mendapatkannya."
Jarak antara aku dan Shinohara, yang berhenti berjalan dan berbicara dengan Komiya, perlahan-lahan semakin jauh, hingga akhirnya aku tidak bisa lagi mendengar percakapan mereka.
Pagi hari selanjutnya.
Setelah aku menyelesaikan persiapanku untuk pergi ke sekolah, aku menyalakan ponselku.
Aku menerima pemberitahuan dari sekolah melalui email.
Di situ tertulis bahwa aku telah di beri [Kartu Trial].
"Tak kusangka aku akan mendapatkan kartu spesial..."
Tepat ketika rumor tentang nilai matematika ku yang sempurna berakhir, aku malah mendapatkan kartu spesial. Meski begitu, kartu ini bisa dikatakan sebagai pedang bermata dua, ada kemungkinan aku akan menarik perhatian lagi karena efek kartu Trial cukup kuat. Aku bisa saja menjualnya kepada siswa yang membutuhkan, tapi karena efek kartu ini, aku tidak bisa sembarangan menukarkannya dengan orang lain. Seandainya kelompok siswa yang memegang kartuku menempati peringkat pertama, itu akan jadi tanggung jawabku.
Ada kemungkinan Tsukishiro memberiku kartu ini untuk meningkatkan peluang mengeluarkanku dari sekolah, tapi mengingat bahwa kartu ujian bisa ditransfer, rencana ini terlalu lemah untuk menekanku. Lebih masuk akal untuk menafsirkannya sebagai kebetulan. Tampaknya dua kartu spesial yang tersisa [More People] dan [Nullifily], masing-masing diterima oleh Asakura Mako dari Kelas C dan Koharu Yano dari Kelas A. Mungkin ini adalah keberuntungan karena pembagiannya terpisah seperti ini, setidaknya sampai batas tertentu.
Aku meninggalkan asrama sedikit lebih awal dari biasanya, sambil memikirkan apa yang harus kulakukan selanjutnya.
Lalu, aku bertemu Shinohara di dalam lift.
"Selamat pagi."
"Pagi."
Dia adalah teman sekelasku, tapi aku tidak begitu dekat dengannya, jadi tidak ada lagi percakapan lebih lanjut. Kami hanya bertukar salam sederhana. Tidak butuh waktu lama sampai lift tiba di lantai pertama, aku menekan tombol pintu lift dan membiarkan Shinohara keluar lebih dulu.
Ike yang biasanya datang terlambat ke sekolah, terlihat sedang menunggu seseorang di lobi. Dia menjadi gelisah ketika melihat Shinohara keluar dari lift.
Kupikir dia sedang menunggu Sudou, tapi sepertinya tidak begitu.
Ike menyapa Shinohara dan melihatnya pergi meninggalkan gedung asrama, tapi beberapa saat kemudian, dia segera mengikutinya.
Aku memutuskan untuk memperlambat jalanku, dan menjaga jarak yang cukup agar tidak mengganggu mereka.
"Hei, Shinohara."
"Apa?"
Ketika aku tiba di luar, aku bisa mendengar percakapan mereka dari belakang, meskipun samar-samar.
"Umm, tentang hal itu. Kelompok untuk ujian khusus di pulau tak berpenghuni... apa kau sudah memdiskusikannya dengan seseorang?"
"Belum sama sekali ... memangnya kenapa?"
"Tidak ada. Aku hanya bertanya saja."
"Oh begitu... Kamu sendiri bagaimana? Yah, palingan kamu akan bersama Sudou-kun dan Hondou-kun, benar kan?"
"Apa salahnya? Kupikir akan menyenangkan jika bersama kedua orang itu."
"Begitulah~"
Shinohara tertawa seolah-olah mengejeknya, tapi Ike sepertinya tidak peduli dengan itu.
Tampaknya ada sesuatu yang ingin Ike katakan, dia berusaha mengungkapkannya.
"Meski begitu, mereka berdua bisa bertahan sendiri... apalagi Ken, dia sangat kuat, dia akan sangat membantu dalam kelompok."
"Mungkin begitu."
Meskipun Shinohara menunjukkan reaksi yang cuek, dia sepertinya tidak benci berbicara dengan Ike.
"Bagaimana aku mengatakannya, ya. Kurasa aku bisa membantumu kalau memang dibutuhkan... jadi kalau kau dalam kesulitan, aku... itu, aku bersedia membentuk kelompok denganmu."
"Apa-apaan itu? Kenapa kamu malah jadi sombong?"
"Kau melihatnya tahun lalu, kan? Aku sudah terbiasa berkemah, jadi kupikir aku bisa diandalkan dalam ujian seperti ini."
Ike berusaha membujuk Shinohara dengan keterampilannya bertahan hidup di pulau tak berpenghuni.
Intinya, dia menggunakan itu untuk membentuk kelompok dengan Shinohara.
"Yah, aku akan mempertimbangkannya... apa kamu yakin ingin berada dalam kelompok yang sama denganku?"
"Eh, ah, jangan salah paham. Kau salah satu siswa yang beresiko putus sekolah, kan? Karena itulah aku yang baik hati ini akan berkorban untuk melindungimu."
Ike tidak mengatakan yang sejujurnya, dia mengucapkan kata-kata yang akan membuatnya dibenci.
"Hah!? Pengorbanan apanya? Aku bahkan tidak meminta bantuanmu!"
Setelah mendengar kata-kata Ike, tidak mungkin Shinohara mau membentuk kelompok dengannya.
Suasana di antara mereka berdua mulai berubah.
"Ah, selamat pagi, Ike-kun. Apa kamu punya waktu luang sekarang? Ada yang ingin kubicarakan denganmu."
Tepat ketika suasana menjadi berat, Kushida muncul dari belakang dan memanggil Ike.
Pada saat itu juga, Ike memalingkan wajahnya dari Shinohara, dan melambaikan tangan pada Kushida dengan penuh semangat.
"Apa itu? Aku punya waktu luang sekarang."
Dengan berkata begitu, Ike meninggalkan Shinohara dan berlari ke arah Kushida.
Shinohara melihatnya dengan tatapan dingin.
"Sebenarnya, Kobashi-san dari Kelas C ingin mengundangmu ke dalam kelompoknya. Dia sepertinya sudah tiba di sekolah. Maukah kamu menemuinya nanti?"
"Benarkah!? Aku akan menemuinya sekarang juga!"
Setelah mengetahui seorang gadis mengundangnya, Ike menjadi sangat bersemangat.
"Ah, tapi sepertinya kamu sedang berbicara dengan Shinohara-san... apakah tidak apa-apa?"
Kushida melihat Shinohara untuk memastikannya.
"Tidak apa-apa. Malahan aku merasa terganggu karena keberadaannya. Bawa saja dia pergi."
"Akulah yang merasa terganggu!"
Mereka saling memaki satu sama lain. Ike yang jelas-jelas bersalah di sini, pergi bersama Kushida.
Shinohara berhenti berjalan, dia terlihat sedih ketika melihat kedua orang itu pergi.
Tidak lama kemudain, aku menyusul Shinohara dan melewatinya.
Bagaimanapun, Ike adalah tipe orang yang mudah terbawa suasana.
Dia sangat bersemangat menerima undangan dari seorang gadis.., sehingga melupakan sesuatu yang penting.
"Satsuki."
Tiba-tiba, suara orang yang memanggil nama Shinohara terdengar dari arah belakang. Aku reflek melihat ke belakang.
"Ah, Komiya-kun... selamat pagi."
Kukira siapa, ternyata orang itu adalah Komiya Kyougo, siswa Kelas 2-B.
"Ada apa? Apa kau siap nangis?"
"Eh? Ke-Kenapa kamu bertanya begitu?"
"Yah, karena matamu terlihat merah."
"Ah, begitu ya? Barusan ada debu yang masuk ke mataku... aduh-duh."
Itu adalah akting, Shinohara ingin menyembunyikan perasaannya yang sesungguhnya.
"Ngomong-ngomong, aku dengar dari Sudou-kun kalau kamu akan menjadi pemain inti di tim basket?"
"Benar. Akhirnya tiba juga waktunya."
"Kamu selalu berlatih sampai larut malam. Bohong jika aku bilang kamu tidak pantas mendapatkannya."
Jarak antara aku dan Shinohara, yang berhenti berjalan dan berbicara dengan Komiya, perlahan-lahan semakin jauh, hingga akhirnya aku tidak bisa lagi mendengar percakapan mereka.
***
Komentar
Posting Komentar
Tulis komentar