Langsung ke konten utama

Classroom of the Elite 2nd Year Volume 2 Chapter 3 Part 8

Chapter 3 : Musim panas yang semakin dekat, firasat akan pertempurang sengit (Part 8)



"Nasibmu tidak begitu baik ya. Setelah kejadian sebelumnya, kamu malah mendapatkan kartu spesial. Aku yakin kamu akan menarik perhatian lagi."

Horikita yang baru saja memasuki kelas, mendekatiku dan berkata seperti itu padaku.

"Aku juga berpikir begitu tadi pagi."

"Andaikan saja kita bebas menukarkan kartu dengan teman sekelas, pasti akan menyenangkan. Siswa yang tidak percaya diri untuk memenangkan ujian tidak akan menginginkannya, tapi kita juga tidak bisa memberikannya begitu saja pada siswa yang percaya diri untuk menang."

Kartu yang diterima Horikita adalah [Half Off]. Kartu itu akan berguna ketika menerima hukuman, tapi kartu itu tidak berguna bagi siswa yang mengincar peringkat teratas.

"Kamu tidak punya pilihan selain berusaha mendapatkan peringkat 30% teratas, atau meraih peringkat pertama."

"Kau berkata begitu seolah-olah ini tidak ada hubungannya denganmu. Sebagai teman sekelas, bisakah kau sedikit mengkhawatirkanku?"

"Jika kamu benar-benar ingin bergantung padaku, aku pasti akan membantumu."

Lama kelamaan sikap Horikita semakin berani, atau lebih tepatnya dia semakin sulit untuk ditangani.

(Apa yang kamu inginkan?) tatapan matanya yang seolah berkata begitu membuatku tidak ingin bergantung padanya.

"Maaf, jika aku menemukan orang yang ingin membeli kartuku, mungkin aku akan langsung menyerahkan kartuku padanya."

"Terserah apa yang ingin kamu lakukan, itu adalah hakmu. Mudah-mudahan kamu dapat menemukan pembelinya. Namun, kartu Trial yang kamu miliki itu tidak hanya mempengaruhi pemiliknya, tapi juga seluruh anggota kelompok. Tindakanmu bisa saja menimbulkan bahaya."

Dia menjelaskan hal itu dengan sopan, tapi aku merasakan ada ketidakpuasan dalam kata-katanya.

"Perlu kamu ingat, aku sedang menyindirmu."

"Begitulah."

"Ini adalah balasan atas kejahilanmu padaku selama ini."

"Aku tidak ingat aku pernah menjahilimu..."

Kartu Trial ini sungguh merepotkan, tapi bisa saja itu akan berfungsi sebagai jimat pelindung. Aku berpikir kebanyakan siswa tidak akan mau membentuk kelompok denganku. Kemungkinan terburuknya, aku harus melaksanakan ujian ini solo dengan kartu Trial.

"Kalau itu kamu, bisakah aku berasumsi bahwa kamu dapat mengatasinya sendiri?"

Aku bisa saja mengandalkan Horikita, tapi dia adalah pemimpin kelas, pasti banyak siswa lain yang membutuhkan bantuannya. Lebih baik aku meringankan sedikit bebannya.

"Yah, aku akan berusaha."

Setelah aku berkata demikian, aku kembali duduk di kursiku. Kemudian, ketika aku sedang memeriksa kartu apa saja yang diterima oleh siswa, aku mendengar teriakan Ike yang terlambat datang ke kelas.

"Hah? Kau... akan membentuk kelompok dengan seseorang!?"

"Begitulah. Apa ada yang salah?"

Sepertinya Shinohara sudah memutuskan untuk membentuk kelompok saat ditinggalkan Ike tadi.

Anggota kelompoknya mungkin―

"Beberapa saat yang lalu aku baru saja mengundangmu, kan! Selain itu, dilarang membentuk kelompok tanpa izin Horikita!"

"Aku tidak melanggar kesepakatan itu karena aku belum mengkonfirmasinya secara resmi. Tapi, yah, aku bermaksud untuk mengkonfirmasinya hari ini."

"Apa..."

"Dan apa maksudmu mengatakan bahwa kamu telah mengundangku. Apa kamu tidak ingat, siapa yang menjadi bersemangat setelah menerima undangan dari seorang gadis dan meninggalkanku sendiri?"

"Ah, itu tidak benar! Kau tahu, aku bahkan menolak undangannya demi dirimu!"

"Kamu menolaknya? Ah, kamu membuatku kesal. Kamu benar-benar yang terburuk."

"Dengan siapa... kau membentuk kelompok?"

"Itu tidak ada hubungannya denganmu, kan?"

"Memang, aku hanya ingin tahu."

"Komiya-kun dari Kelas 2-B. Dia sudah mengundangku kemarin tepat setelah ujian khusus diumumkan."

Ternyata memang Komiya. Mungkin salah satu dari mereka memutuskan untuk membentuk kelompok ketika mereka berangkat ke sekolah bersama pagi ini.

"Ah? Komiya? Orang aneh yang masuk tim basket, ya? Baguslah untukmu!"

Jauh di dalam hatinya, Ike berharap bisa membentuk kelompok dengan Shinohara.

"Dia bukan orang aneh. Dan kami juga sudah janjian untuk bertemu di kafe sepulang sekolah nanti."

Setelah mengatakan itu, Shinohara berbalik dan menjauh dari Ike. Bagi siswa di kelas yang mendengarkan pembicaraan kedua orang itu, mereka akan beranggapan bahwa itu tidak lebih dari pertengkaran seperti biasa.

Kemudian ...

Sepulang sekolah, Shinohara meninggalkan kelas lebih awal seperti yang dia katakan sebelumnya.

Ike hanya diam melihat Shinohara pergi, tapi beberapa saat kemudian.. dia segera meninggalkan kelas dengan mata yang penuh tekad, seolah-olah telah memutuskan sesuatu.

"Apa aku bisa bicara denganmu sebentar?"

Yousuke yang telah menyaksikan situasi sebelumnya, mendekatiku setelah Ike pergi.

Yousuke mengajakku bicara di koridor agar tidak terdengar oleh siswa lain, dan aku menuruti keinginannya.

"Ini mengenai Ike-kun, kurasa tidak baik meninggalkannnya sendirian saat ini."

"Ya. Meskipun Ike sedikit sombong, tapi pengetahuan dan pengalamannya sangat berguna dalam ujian khusus di pulau tak berpenghuni. Ada kemungkinan masalah dengan Shinohara akan membuat Ike tidak bisa menunjukkan potensi penuhnya."

"Kau benar. Melihat kejadian tadi pagi, aku khawatir apa yang akan terjadi jika dia melihat Shinohara-san bertemu dengan Komiya-kun."

Aku bisa mengerti kekhawatiran Yousuke.

Saat ini bukan ide yang bagus untuk berselisih dengan Kelas B.

"Aku ingin melihat keadaannya. Kalau kau tidak keberatan, maukah kau menemaniku? Kupikir Ike-kun tidak begitu menyukaiku."

Kalau bicara tentang hal itu, Ike juga tidak begitu menyukaiku.

Namun, tak heran jika Yousuke merasa khawatir.

"Shinohara-san mengatakan kalau dia akan bertemu dengan Komiya-kun di kafe, kan?"

"Ya. Untuk berjaga-jaga, bagaimana kalau kita pergi melihatnya?"

"Tentu."

Aku memutuskan pergi menuju kafe Keyaki Mal bersama Yousuke.

Dalam perjalanan, kami juga bicara sedikit tentang pembentukan kelompok kecil pada tahap ini

"Aku ingin menyarankan sebuah rencana dimana kelas dua bekerja sama untuk menghadapi kelas satu dan kelas tiga, tapi kelas lain tidak menunjukkan niat untuk menyatukan kekuatan. Masing-masing kelas hanya berusaha membentuk kelompok yang ideal. Bukan hal yang mustahil bagi kita untuk bersatu agar tidak ada satupun siswa kelas dua dikeluarkan dari sekolah, tapi sepertinya itu tidak akan mudah."

Kemarin aku juga membahas tentang ini dengan Horikita, dia berencana menggunakan strategi mundur dari awal untuk mencegah teman sekelas yang lain dikeluarkan dari sekolah. Tapi strategi itu menimbulkan kerugian yang besar. Jujur saja, mustahil untuk mengharapkan kelas lain bersedia menanggung beban yang sama.

Itulah sebabnya, bahkan setelah satu hari berlalu, tidak ada satupun kelas yang mengajukan 'saran tersebut'.

(Tl note : ' saran ideal seperti yang disebutkan Hirata tadi)

"Sepertinya kita tidak punya pilihan selain membentuk kelompok tanpa meninggalkan penyesalan."

"Kau benar..."

"Yousuke, kau pasti sudah di undang oleh beberapa orang kan?"

Rasanya tidak mungkin Yousuke yang sangat populer dan berbakat dalam beberapa hal, belum menerima undang dari siapapun.

"Aku hanya ingin membentuk kelompok dengan siswa Kelas 2-D. Daripada mengincar peringkat teratas, aku lebih memilih berusaha mencegah teman sekelas kita dikeluarkan dari sekolah."

Dia ingin melindungi teman sekelas, bukan siswa dari kelas lain. Pemikirannya itu cukup masuk akal. Bagi siswa yang berbakat dan populer, mereka tidak akan kesulitan membentuk kelompok, tapi bagi siswa yang kemampuannya di bawah standar, mereka akan kesulitan mendapatkan kerja sama dari siswa lain.

"Apakah Sakura-san baik-baik saja?"

Yousuke mengkhawatirkan Airi, teman grupku sekaligus siswa yang berkemampuan rendah.

"Sekarang ini, dia sedang dalam proses membentuk kelompok dengan Akito dan Haruka."

"Kurasa itu adalah kelompok yang seimbang, Miyake-kun memiliki keterampilan motorik yang baik."

Keisei memang tidak ikut serta, tapi berkat kemampuan akademiknya yang tinggi, beberapa siswa dari kelas lain datang merekrutnya. Kelompoknya akan menjadi tangguh jika dia bisa memilih anggota yang bisa menutupi kekurangannya dalam kemampuan fisik.

Namun, saat kami mengikuti Ike, masalah baru muncul.

Yaitu keberadaan orang yang mengikuti kami. Orang itu telah berusaha sebaik mungkin untuk menghapus keberadaannya, tapi sekarang dia sepertinya sudah siap untuk ditemui.

Ike langsung berjalan menuju Keyaki Mal. Kemudian aku dan Yousuke mengikutinya, begitu juga dengan orang yang mengikuti kami. Situasi menguntit ganda ini terus berlanjut. Aku bisa saja mengabaikan orang itu, tapi kalau ini terus dibiarkan, akan merepotkan nantinya.

Saat kami hampir tiba di Keyaki Mal, aku berhenti berjalan.

"Maaf, Yousuke. Bisakah kau pergi duluan?"

"Ada apa?"

"Aku baru ingat ada sesuatu yang harus kulakukan. Aku akan menyusulmu sekitar 10 menit lagi."

"Baiklah. Aku akan menghubungimu jika terjadi sesuatu."

Tanpa menanyakan detailnya, Yousuke masuk ke dalam Keyaki Mal.

Beberapa saat kemudian, orang yang mengikuti kami berjalan mendekatiku.

Dia adalah teman sekelasku, Matsushita Chiaki.

"Kamu sepertinya tidak terkejut melihatku. Apa kamu sudah menyadarinya dari awal?"

"Aku hanya tidak menunjukkan wajahku yang terkejut."

Apakah ini pertama kalinya aku bicara berdua dengan Matsushita semenjak liburan musim semi lalu?

Tidak, bahkan jika tidak berduaan, ini adalah pertama kalinya kami melakukan kontak sejak saat itu.

"Apa yang kamu bicarakan dengan Hirata-kun? Tentang Ike-kun? Atau mengenai ujian khusus di pulau yang akan datang?"

Matsushita yang berdiri di sebelahku, mengangkat wajahnya sambil menganalisis situasi.

"Apakah itu ada hubungannya dengan Matsushita?"

"Daripada berhubungan denganku, lebih tepatnya berhubungan dengan kelas kita. Ayanokouji-kun adalah keberadaan yang penting untuk naik ke Kelas A."

Dia sepertinya menilai diriku terlalu tinggi, sebenarnya apa tujuannya?


Bagi siswa pintar seperti Matsushita, harusnya dia sudah tahu, kata-kata seperti itu tidak akan berpengaruh padaku.

Tapi aku rasa mustahil dia mendekatiku tanpa alasan.

"Tidak perlu waspada. Aku mendekatimu karena ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu."

"Sesuatu yang ingin kau katakan padaku?"

"Kartu Trial sangat berpengaruh dalam ujian. Tapi sulit untuk menggunakannya. Seandainya kamu memiliki masalah dengan itu, aku akan membantumu Ayanokouji-kun. Bagaimana?"

Terlepas dari apa yang kupikirkan, Matsushita menyatakan bahwa dia bersedia membantuku dan menjadi sekutu.

Di saat aku tidak memberi jawaban apapun, dia jadi sedikit malu.

"Apa kamu tidak akan menjawab kecuali aku menanyakannya secara langsung?"

Bukan berarti aku mencoba bersikap kejam padanya, tapi aku tidak ingin membicarakan hal itu di depan keramaian. Sekarang masih waktunya siswa pulang sekolah, banyak yang berkeliaran di sekitar kami. Matsushita seharusnya juga menyadari itu.

Dia mulai bicara tanpa menunggu jawabanku,.

"Untuk masuk ke peringkat teratas dan menghindari hukuman, kamu pasti kesulitan menemukan siswa yang mau membentuk kelompok denganmu, kan? Jadi, aku ingin kamu mengandalkanku ketika kamu dalam kesulitan."

Setelah mengatakan itu, seolah-olah lupa memberitahuku sesuatu yang penting, Matsushita menambahkan...

"Tentu saja selama ujiian berlangsung, aku akan menuruti semua instruksi Ayanokouji-kun."

(Tl : semua instruksi? hmm, sedikit menggiurkan)

Tampaknya itulah yang ingin dia katakan padaku setelah mengikutiku sejauh ini.

"Sejujurnya, aku senang mengetahui kau mau membantuku, tapi jika kita tidak bisa meraih peringkat 30% teratas, kita akan menerima hukuman. Kau mengerti maksudku kan, Matsushita?"

"Aku mengerti kok. Karena itulah aku ingin membantu dan bekerja sama denganmu, Ayanokouji-kun."

Aku tidak berpikir kalau Matsushita memiliki niat buruk terhadapku. Tapi tersirat maksud lain dalam kata-katanya itu.

Sambil menekan keinginanku untuk segera menyusul Yousuke, aku melirik Matsushita yang berjalan di sampingku.

"Apa kau berpikir kalau membentuk kelompok denganku akan meningkatkan peluangmu untuk bertahan dalam ujian ini?"

Normalnya, kelompok yang memiliki kartu Trial beresiko lebih tinggi dikeluarkan dari sekolah. Meski begitu, Matsushita tetap menawarkan diri untuk bekerja sama denganku tanpa mempedulikan resiko tersebut. Itu tidak bisa di artikan sebagai niat baik.

"... Ketahuan ya?"

Matsushita menyipitkan matanya dan tertawa, dia langsung mengibarkan bendera putih (menyerah).

"Jika membentuk kelompok dengan Ayanokouji-kun, kupikir tidak sulit untuk masuk ke peringkat teratas. Bahkan jika kita tidak bisa meraih tiga peringkat teratas, setidaknya kita bisa menempati 30% teratas. Akan lebih berbahaya jika aku mengutamakan teman-teman dan masuk ke dalam kelompok setengah jadi."

Inilah tujuan Matsushita yang sebenarnya. Setelah memikirkan pilihan antara aku dan siswa lain, dia memutuskan untuk berkelompok denganku.

"Aku merasa kamu bisa menemukan anggota kelompok dengan mudah, Ayanokouji-kun."

Jadi karena itu dia mendekatiku secepat mungkin. Tapi berkat itu aku jadi lebih mudah menebak niatnya.

Meskipun ini adalah sesuatu yang patut di syukuri, sejak awal aku tidak berniat mencapai kesimpulan di sini.

Bukan berarti aku tidak mau bekerja sama dengan Matsushita, tapi siapapun rekanku, hasilnya akan tetap sama.

"Setidaknya untuk saat ini, aku tidak berniat membentuk kelompok dengan siapapun."

"Jadi kamu hanya akan duduk manis dan memperhatikan situasinya begitu saja?"

"Aku ingin melihat bagaimana kelas-kelas lain akan bertindak."

Aku memberitahunya faktor yang penting.

Tapi bagian yang aku pedulikan, berbeda dari apa yang dipedulikan oleh siswa biasa.

Aku butuh banyak persiapan untuk menghadapi ujian khusus yang akan datang.

Aku ragu kalau Tsukishiro tidak terlibat dalam hal ini.

Satu setengah bulan telah berlalu semenjak ujian khusus yang lalu, tapi sampai saat ini aku masih belum melihat pergerakannya.

Hari demi hari.. kami semakin jauh dari bulan April, pada saat itu, dia berniat mengeluarkanku dari sekolah.

Mungkin rencananya menjadi berantakan karena siswa White Room berada di luar kendalinya.

Ada kemungkinan Tsukishiro telah melakukan sesuatu dalam pembentukan kelompok saat ini, itu pun juga bisa disebut sebagai awal pertempuran kami.

Matsushita tidak tahu asal usul bahaya yang sedang kuhadapi. Kalau dia ikut terlibat, dia tidak akan bisa selamat dengan mudah.

"Kelihatannya saat ini aku tidak akan menerima jawaban yang memuaskan. Kalau begitu, silahkan kamu pikirkan dulu."

Mungkin dia tidak ingin memaksaku. Dia melambaikan tangannya dan mengucapkan salam perpisahan.

"Oh, iya. Ini kontak pribadiku."

Ini jelas sudah dipersiapkan sebelumnya, dia menyerahkan sebuah kertas yang bertuliskan nomor ponselnya kepadaku.

"Aku sudah mengatakan apa yang ingin kukatakan padamu, selamat tinggal."

Setelah berkata begitu, Matsushita berbalik dan berjalan menuju gedung asrama.

"Yah, bukan hal yang buruk mendapatkan kontak seorang gadis."

Saat ini masih belum diketahui apakah aku dapat memenuhi harapan Matsushita di masa depan.

Setelah itu, aku menemui Yousuke di Keyaki Mal.

"Bagaimana situasinya?"

"Tidak seburuk yang aku pikirkan, tapi..."

Mengikuti arah pandangan Yousuke, aku dapat melihat Shinohara dan Komiya sedang asyik mengobrol di kafe.

Lalu.. aku menemukan Ike agak jauh dari sana, dia berada di depan kami. Dengan merasa tertekan, dia memperhatikan Shinohara dan Komiya secara diam-diam.

"Apa yang harus kita lakukan?"

"Untuk saat ini, jika Ike tidak berniat mencari masalah, kita hanya perlu menunggu dan melihat perkembangan situasinya. Mendekati Ike dengan sembarangan bukanlah solusi yang tepat."

Yousuke mengangguk setuju.

"Pertama, kita harus mengetahui tentang Komiya. Apa alasannya mengajak Shinohara membentuk kelompok? Jika kita tidak mengetahui itu, kita tidak akan bisa mengambil tindakan apa pun."

"Aku akan mencari siswa yang cocok untuk berkelompok dengan Ike-kun jika dia tidak dapat membentuk kelompok dengan Shinohara-san."

"Kuserahkan padamu."

Kami sepakat untuk mengumpulkan informasi secara terpisah dan saling membagikannya satu sama lain.

***

Selanjutnya Chapter 3 Part 9

Komentar

Fort mengatakan…
Gua akan share ke teman-teman gua min mantapppp min
Kiyopon mengatakan…
K-Lanjut min! mantul!
Makeca mengatakan…
Lanjut min
Anjay mengatakan…
Apa emang ente kalo apdet tengah malem terus ya min? Gak ngantuk tuh?
Btw, nice min apdetannya dan tetap jaga kesehatan 😁
Faruno mengatakan…
👏👍⛩️🔥
Faruno mengatakan…
👏👍⛩️🔥
Faruno mengatakan…
👏👍⛩️🔥
Unknown mengatakan…
Update Nya setiap hari apa?
Unknown mengatakan…
Mantap min!!!
Semangat update-nya!!
Rizuki Blast mengatakan…
Ntaps min makasih dh TL
Nirwansyah mengatakan…
Sepertinya matshusita jg mulai tumbuh ke kyopon ,, wkwkwkw

Postingan populer dari blog ini

Classroom of the Elite 2nd Year Volume 2

Volume 2 Ilustrasi Prolog Chapter 1 Part 1 Chapter 1 Part 2 Chapter 1 Part 3 Chapter 1 Part 4 Chapter 1 Part 5 Chapter 2 Part 1 Chapter 2 Part 2 Chapter 2 Part 3 Chapter 3 Part 1 Chapter 3 Part 2 Chapter 3 Part 3 Chapter 3 Part 4 Chapter 3 Part 5 Chapter 3 Part 6 Chapter 3 Part 7 Chapter 3 Part 8 Chapter 3 Part 9 Chapter 3 Part 10 Chapter 3 Part 11 Chapter 4 Part 1 Chapter 4 Part 2 Chapter 4 Part 3 Chapter 4 Part 4 Chapter 4 Part 5 Chapter 4 Part 6 Chapter 4 Part 7 Chapter 5 Part 1 Chapter 5 Part 2 Chapter 5 Part 3 Chapter 5 Part 4 Epilog [PDF] SS Amasawa Ichika SS Horikita Suzune SS Tsubaki Sakurako SS Shiina Hiyori

Classroom of the Elite 2nd Year Volume 1

Volume 1 Prolog Chapter 1 Chapter 2 Chapter 3 Chapter 4 Chapter 5 Part 1 Chapter 5 Part 2 Chapter 5 Part 3 Chapter 5 Part 4 Chapter 6 Part 1 Chapter 6 Part 2 Epilog SS Horikita Suzune SS Nanase Tsubasa I SS Nanase Tsubasa II SS Karuizawa Kei

Classroom of the Elite 2nd Year Volume 2 Chapter 1 Part 1

Chpater 1 : Perubahan dalam Kehidupan Sekolah (Part 1) Pada hari itu, Kelas 2-D menghadapi situasi aneh yang belum pernah terjadi sebelumnya. Teruhiko Yukimura berkali-kali menghentakkan kakinya, sambil melihat ke arah pintu masuk kelas. "Bisakah kamu tenang sedikit? Ini bahkan belum sampai 5 menit sejak Kiyopon pergi. Dia dipanggil oleh sensei, kan? Berarti dia tidak akan kembali dalam waktu dekat." Hasebe Haruka, teman sekelas sekaligus teman terdekat, berkata begitu kepada Yukimura. Sakura Airi dan Miyake Akito duduk di sebelahnya. "Aku sudah tenang... tidak perlu khawatir," jawab Yukimura. Meskipun dia berhenti menghentakkan kaki, tidak lama setelah itu dia kembali tegang. Diam-diam dia mulai menghentakkan kakinya ke atas dan ke bawah, hingga menggesek celananya. Yukimura berencana untuk bicara dengan Ayanokouji sepulang sekolah, tapi dia menundanya karena kehadiran Horikita. Kemudian dia mendengar dari gadis itu bahwa Chabashira memanggilny